7. Lucky Strike

252 54 74
                                    

"cause you're safe like spring time"

Bahasa
Surabaya, Desember 2019

Minggu kedua Desember selalu hectic!

Tolong tandai ya kata 'selalu' karena baru saja adalah fakta bukan opini. Persiapan Pemilu Raya (Pemira), minggu (tidak) tenang, dan Ujian Akhir Semester (UAS). Triple kill!

Setidaknya selama beberapa minggu belakangan ini, unconsciously secara terjadwal yang aku lakukan hanya rapat - nugas - rapat - nugas, dalam mode on repeat.

Kapan makan? Sewaktu kelaparan.

Kapan tidur? Kalau sempat dan ingat.

Masih tersimpan jelas dalam benak ini ingatan perihal sambutan yang disampaikan Bapak Dekan Fakultas Teknik sewaktu aku masih berstatus sebagai mahasiswa baru.

Lucunya, di antara kalimat panjang kali lebar yang sarat akan semangat, hanya ada satu yang berhasil meninggalkan jejak sampai dengan hari ini.

"Mahasiswa Teknik, menurut kalian tidurnya berapa lama?"

"Lima jam, Pak!"

"Enam Jam, Pak!"

Tahu kalian jawabnya berapa?

"Empat jam sudah bersyukur, tiga jam saja sudah cukup."

Aku kira semua itu hanya candaan. Jujur saja aku ikut tertawa bersama jajaran mahasiswa baru lain. Semua itu, sampai datang hari ketika aku bahkan harus bersyukur untuk mendapat satu jam tidur.

Sungguh aku nggak sedang melebihkan, tapi memang setidaknya begitu situasi yang sedang aku lewati saat ini.

Someone please save me!

Kalau begini caranya, bukan mendapat gelar sarjana bisa-bisa aku gila lebih dahulu.

Semua kesibukan itu berhasil membawaku melupakan satu sosok penting, Haris Prabu Taraka. Dia yang dapat ditemui di kampus pada siang hari dan warung kopi pada dini hari.

Terhitung sudah tujuh hari kami mulai kehilangan waktu untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Namun, aku sama sekali nggak merasa kesal mengingat fakta itu. Justru, aku tiba-tiba saja merasa khawatir memikirkan kabar si adam yang terakhir kali bertemu denganku di gedung sekretariat dua hari yang lalu.

'Haris ingat makan nggak ya? Haris sudah ngerjain tubesnya belum ya? Haris apa kepikiran minggu depan UAS?'

Begitu aja terus tapi actionnya tuh nggak ada. Nyatanya memang tidak satupun pesan terkirim pada sosok tampan dengan status 'kekasih'ku itu.

Kedua netra ini berfokus pada roomchatku dengan Haris selama beberapa saat, memutuskan untuk menghubungi sosoknya. Hampir saja jemari ini menekan tombol call, tapi aku urungkan karena takut mengganggu kegiatan diskusi dini harinya.

'Sejak kapan aku terlalu banyak berpikir begini ya? Biasanya kalau aku mau telfon, ya telfon aja kali!' batinku merutuk, memutuskan untuk segera menghubungi si adam.

Baru saja aku menunggu pada dering ketiga, Haris langsung menjawab panggilanku.

'Hey,' ujarnya, terdengar setengah mengantuk.

Apa dia sudah tidur?

'Hmmm. Kamu sehat, Ris?'

'Ngantuk banget but doing good. Kamu, Sa?'

'As usual, i'm fine.'

Lalu hening, sama sekali nggak terdengar suara riuh individu yang saling bercakap. Maupun musik yang biasa terputar untuk mengiringi diskusi sekumpulan nokturnal dengan agenda pembahasan kaderisasi maupun isu sosial masyarakat Indonesia.

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang