9. It's Not Living If It's Not With You

256 53 55
                                    

"and all i do is sit and think about you"

Bahasa
Surabaya, Agustus 2019

'I am dissapointed with you'

Kecewa?

Untuk apa orang lain merasakan satu yang berujung pada kesedihan, kalau semua itu adalah bagian reaksi dari aksi berupa ekspektasinya.

That's funny karena sejak awal aku nggak dapat memahami mengapa individu kerap menyalahkan orang lain atas ekspektasi yang ditanamnya?

What's funnier is the fact that for the first time, i am actually bothered by that.

Semua ini asing dan aku nggak menyukai partikel baru yang diam diam merayap, mengganggu tidur malamku setiap hari.

"Bestari?" lamunanku terhenti, pandangku teralih pada sosok Marko. Entah sejak kapan ia tau-tau saja menempati kursi di hadapku bersama semangkuk soto ayam.

Keningku berkerut. Bingung tentu saja, karena terakhir kuingat aku nggak cukup dekat dengan Marko. Setidaknya kami tidak sedekat itu untuk berbagi meja di food court dan makan siang bersama.

Baru saja aku memutuskan untuk meninggalkan sosok kekasih temanku itu, ucapnya berhasil menghentikan langkahku, "it's about Haris."

Haris.

Haris Prabu Taraka.

Sosok yang berhasil mengacaukan akal ini selama tiga hari terakhir sejak percakapan kami di Brio abu miliknya. Ia yang membuat kepala ini berdengung keras setiap malam, menghantui tidurku dengan setiap ucapnya.

Netra gelap itu, sebuah tatap final yang ia berikan, dan bahkan dingin ucapnya. Semuanya masih terpatri begitu jelas, seakan baru saja terjadi beberapa jam yang lalu alih alih tiga hari yang lalu.

Haris, what did you do to me?

"It is about Haris," ulang Marko kembali, memulai percakapan, sementara aku memutuskan mendengar si adam dalam diam.

"Can you, can you please talk to him?"

Kedua netra milikku terpejam, mendadak ada sebuah perasaan aneh yang merayap. Sebuah rasa bersalah, mungkin?

"I can't," putusku, menjawab permintaan Marko dengan sebuah penolakan, "i won't."

"I think we're done here, right?" beranjak dari posisiku, aku meninggalkan Marko lebih dahulu sebelum si adam sempat kembali mencecarku.

Namun, aku salah karena mengira bahwa Marko menganggap percakapan kami telah usai. Because he clearly doesn't think that it's over ketika dia mengejarku, meninggalkan semangkuk soto ayamnya yang masih utuh.

 "You're the one that gave him hope, Bestari."

"I don't!" balasku setengah berteriak, mengabaikan beberapa mahasiswa yang mengalihkan pandangnya pada kami.

"Yes you are, you look as if you are in love with him. You make him believe that. It's you."

"It is his fault, it's on him. It's not my fault, to begin with. It is his expectation, so why would i should be responsible for that?"

"Because if you are a decent human, you should know at least when to stop playing with others feeling, Bestari."

"Stop. You just crossed the line, Marko. Now go tell your friend that i have nothing left to say."

Mengabaikan amarah Marko, aku berjalan meninggalkan kekasih si gadis Imaji. Memutuskan untuk pulang dibandingkan kembali ke gedung sekretariat dan mengikuti rapat terjadwal terkait pembahasan persiapan evaluasi paruh periode.

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang