4. Pour Up

328 87 73
                                    

"girl now i'm looking for love"

Bahasa
Surabaya, Juni 2019

Haris itu unpredictable dan menyebalkan.

Apa sudah kubilang pada kalian sebelumnya? That he is good at playing his games.

Satu malam aku bertemu dengan dia yang sibuk meracau namaku. Seperti sedang patah hati saja. Lalu, hari berikutnya si tampan justru sibuk memesona sekumpulan gadis pada sebuah sudut gedung jurusannya.

Menyebalkan. Haris Prabu Taraka itu benar benar menyebalkan.

Kalau ia pikir aku akan kesal dan cemburu dengan segala tingkahnya, jawabnya adalah ya!

Aku cemburu.

Sangat amat cemburu.

Beraninya dia meracau memanggil namaku semalaman. Lalu setelah kami saling berpisah tak lebih dari dua puluh empat jam kemudian, ia kembali mengedar senyum tengil tampannya itu pada gadis-gadis lain.

Sungguh, aku marah.

Ekor pandangku melirik sosoknya yang tampak berusaha keras menghindari tatapku, sembari kedua langkah ini bergegas untuk melewati Haris dan koloninya. Sampai tiba-tiba sosok Marko berhasil menghalau gerakku. 

"Apa?" ujarku setengah kesal karena si adam ini sama sekali nggak mempermudah usahaku untuk segera kabur dari Haris.

Marko terhenyak, tampak menimbang kalimatnya, "about yesterday," ia memberi jeda kalimatnya, tampak ragu untuk melanjutkan, "do not tell Gita, please?"

Aku menimbang, sedikit ragu untuk menuruti inginnya. Namun rasa ingin menjauh dari Haris ini semakin menikam setiap detiknya, "minggir, i am not interested in others business."

Begitu saja, langkahku kembali tergerak dengan cepat menjauhi zona anak anak Elektro begitupula sosok tidak tahu diri dengan nama Haris Prabu Taraka.

***

Lima hari.

God damn five days.

And Haris treats me as if i am nobody for him. Oh iya! Memang aku siapa untuknya?

Sudah lima hari terhitung sejak aku membawa Haris Prabu Taraka pulang ke apartemen miliknya dalam keadaan wasted. Empat hari sejak ia sibuk menebar pesona dan tertangkap dalam sesi flirting bersama sekumpul gadis yang berbeda tiap harinya.

Apa yang kuharapkan? Dia ini Haris Prabu Taraka! Bermain dengannya bukan sesuatu yang menyenangkan, i am supposed to know.

Lalu seperti deja-vu sebuah panggilan dari nomor yang nggak tersimpan dalam daftar kontak ini, kembali mengganggu malamku.

'Tari, can you please come and take Haris with you? Gita suddenly call and i have to leave now,' itu Marko, memanggilku sama seperti lima hari yang lalu.

'I can't' balasku cepat, menolak permintaan si adam.

Biar saja, dasar Haris tidak tahu terima kasih! Dia pikir dia bisa wasted seenaknya dan memanggilku? Lalu bersikap acuh setiap sober?

Memangnya dia kira aku ini tipikal orang bodoh dan terlampau baik?

'You should, because no one would come for him. Bang Jeffrey lagi nemenin Mbak Yana and i do really have to go. It is up to you now.'

Tanpa menunggu balasku, Marko sudah memutus sambungan terlebih dahulu. Meninggalkanku dengan sebuah pilihan.

No one would come for him...

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang