3. Problem

372 94 36
                                    

"i get a little bit breathless"

Bahasa
Surabaya, Juni 2019

Haris Prabu Taraka.

Who doesn't know him?

Smells like trouble, but way too attractive to be passed on.

Aku hanya satu dari sekian gadis yang kebetulan sedang menjadi 'sasaran' baru seorang Haris. Dia pikir aku ini nggak paham dengan semua geriknya yang sedang mencoba flirting denganku?

Duh boy, you play with the wrong person, darling.

I can make you fall head over heels if i want to.

And i want to.

I got you, Haris!

"Oh you're here," baru saja adalah Marko, kekasih Gita, dan teman dekat Haris.

Sebuah senyum terukir pada rautku, sembari kedua netra gelapku tergerak untuk menatap sosok Haris yang benar benar jauh dari kata sober saat ini, "yep, here i am."

Marko terkekeh, "i thought you wouldn't come even if i beg you."

"Marko, you really are too much," aku menggeleng, nggak habis pikir dengan kekasih si gadis Imaji yang tampak 'sedikit' wasted dan mulai sibuk berceloteh beberapa hal lain.

Pandangku, sayangnya sama sekali nggak memperhatikan Marko. Sibuk mengamati sosok Haris Prabu Taraka.

'Gotcha.'

Jujur saja, aku nggak suka dengan Haris Prabu Taraka. Haris sounds like trouble and he's bad news for every girl out there. He's mesmerizing but he's out to make you go crazy over him.

Haris definitely not my type at all.

Semua itu sampai aku menyadari permainan yang sedang ia mainkan. Haris, yang tampak flawless dengan semua spek terlampau sempurna, dan raut kelewat tampan. 

He has his own hobby to play with girls. Oh! And i love to play games, way too much.

Until i realize, it's not just about the game.

I want him.

I want Haris.

But i won't give up on his game. Aku paling benci kalah apalagi harus mengalah.

So i'll just make him lose on his own game.

"Ko?? Mau aku telfonin Gita? Kamu kayaknya mulai nggak sober," pandangku beralih dari sosok Haris selama beberapa saat, mengarah pada Marko yang mulai kehilangan sadarnya.

"No no no!! No Gita, she's mad at me. Very. Mad. Right now. Me and Gita," Marko terkekeh, sembari mencoba untuk mengembalikan kesadarannya sendiri dengan mengusap rautnya.

"Do you want me to take you home? I'll take Haris with me," aku menawarkan diri pada Marko, sesekali mengarahkan ekor pandangku pada Haris yang masih sibuk berceloteh.

He has quite a cute drunk habit, you know.

"Nah, thank you, but Bang Jeff promise to come," baru saja ketika Marko menyelesaikan kalimatnya, aku dapat menangkap siluet sosok Bang Jeffrey.

"Si Marko disini Bang!" aku berteriak cukup keras, berhasil menarik atensi sosok dengan siluet tegap yang kini balas melempar senyum sembari membawa langkahnya mendekat pada sosok Marko.

"Wah Ko, kalau Gita tahu kalian bukannya baikan malah makin gawat sih ini," Bang Jeff menarik lengan Marko, membawa lelaki yang lebih muda darinya itu untuk bangkit dari posisinya.

"Gita.... Who's Gita? Oh Gita! Oh yes Gita."

Sumpah ya, mereka berdua ini sudah habis berapa botol sih memangnya sampai sibuk meracau seperti ini?

Benar-benar. Sudah tahu sama-sama punya toleransi rendah, justru mereka pergi berdua.

"Eh, Tari kan ya? Adek tingkatnya Kayana?" Bang Jeff beralih mengarahkan pandangnya menuju arahku, kemudian pada Haris yang bahkan nggak menyadari keberadaannya.

"Yep and please don't mind Haris. I'll take him," bibirku membentuk sebuah lengkung, menjawab kekhawatiran sosok jangkung sebelum ia bahkan menyuarakan pikiran.

Bang Jeff mengangguk, kemudian si adam dengan lesung itu tampak memikirkan sesuatu. Jelas sekali ia sedang menimbang untuk menyuarakan pikirnya atau tidak.

"Do you perhaps have something to ask me, Kak?"

"Shoot," lelaki itu terkekeh, tampak cukup terkejut dengan tanyaku, "Haris was right, kamu memang nggak baik dengan ilmu kebatinan," aku balas ucapnya dengan sebuah anggukan, memberi jawab pada tanya retoris si adam.

"I thought you don't like Haris? He said, you hate him," kekasih kakak tingkatku itu nampak memikirkan pertanyaannya, sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "kalau kamu nggak suka, kenapa kamu kesini? you don't seems to be that kind of person tho."

"What kind of person?" balasku cepat, sembari mengerutkan kening membalas pandang sosok yang lebih tua tiga tahun dariku itu.

"That kind of person yang segan meluangkan waktu for the person that she hates."

Aku terkekeh, secara nggak langsung cukup terkesan dengan kejujuran Bang Jeffrey. Ternyata kekasih Mbak Kayana ini nggak jauh berbeda dengan si hawa.

"I don't hate him and i said it to Haris before," netraku teralih pada sosok yang berada tepat dihadapku, masih dalam wasted statenya, "what he doesn't know is that i want him."

"I like him. I like Haris."

***

((HARIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

((HARIS..... OH HARIS))

apa kata ara?

Is it even legal for him to be that good looking?? Goodness gracious, someone please save me!! Aduh Haechan...

Anyway that's just a sneak peak awal kisah cinta Haris - Asa. Dude aku benar-benar nggak terbiasa dengan whole carefree character milik Asa hahahaha. But i dooo enjoy write her point of view.

Have a good day, fellas!

ps. jangan lupa perhatiin latar waktunya ya! enjoy!

-ara

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang