Jika orang-orang beranggapan kalau rumah tanggamu dan Woo Jin selalu harmonis, mereka salah besar. Itu merupakan suatu kewajaran dalam sebuah hubungan, tetapi yang paling membekas adalah ketika awal-awal pernikahan kalian. Kala itu, Woo Jin masih eksis di dunia hiburan, bahkan merambah akting juga.
Woo Jin mendapatkan peran utama dimana dirinya dipasangkan juga dengan seorang idol perempuan yang cukup tenar. Banyak penggemar yang menyukai chemistry yang terbangun diantara keduanya ketika berakting. Bahkan beberapa mengharapkan mereka berkencan dalam kehidupan nyata.
Semula kau menganggap ini sesuatu yang wajar, tetapi tidak lagi manakala kau mendengar penggemar Woo Jin membandingkan antara dirimu dan idol perempuan tersebut. Meski tak menjelaskan secara gamblang, kalian memang menutupi hubungan secara sengaja, kau mengerti kalau mereka terang-terangan lebih membanggakan Woo Jin seandainya dia sungguhan berkencan dengan sang idol perempuan.
Maka saat Woo Jin akan berpartisipasi pada drama kedua yang akan menjadikannya pemeran utama lagi, kau melarangnya. Ketidaksetujuanmu ini mengakibatkan Woo Jin meradang. Ia heran denganmu yang tiba-tiba tak sejalan dengan rencananya.
"Setelah menikah, kau jadi kekanakan, sayang. Bukankah kau sudah paham prinsip kita? Haruskah aku mengingatkan?"
Masa pacaran kalian memang tidak begitu lama berlangsung. Dan pada masa-masa itu, kau masih bisa menahan segalanya. Kecemburuan-kecemburuanmu terhadap Woo Jin. Terdengar sepele, tapi kau juga tahu, setiap orang berbeda kapasitas perasaan.
"Oh jadi kau menyuruhku terus tutup mata dan telinga setiap aku mendengar suara-suara yang memuji suamiku dan perempuan itu, mereka memuja pasangan yang hanya bersifat fiksi, semata karena keberhasilan kalian 'menghidupkan' karakter. Mereka berkata, "Tidak ada yang lebih pantas mendampingi Woo Jin selain perempuan itu", bukankah itu sudah menghinaku, Woo Jin. Pikirkan kalau kita bertukar posisi, sejauh apa kau akan membiarkanku?"
Kau tak memberi akses Woo Jin yang akan menyanggahmu. Kesabaranmu telah habis.
"Aku bukannya lupa pada prinsip, tapi aku seorang wanita biasa, Woo Jin. Apalagi kau adalah suamiku, salahkah aku membatasimu bersama perempuan lain? Oh ya sudah biar saja suamiku begitu, tidak masalah kalau aku harus membiarkan dia mencari nafkah dengan cara melakukan sentuhan dengan wanita lain, bukankah itu hanya sandiwara. Hatiku kan kuat seperti baja. Begitu? Aku akan selalu kalah di depan publik karena kau melakukannya karena uang bukan? Tugasku sebagai istri hanya menahan perasaan dan menerima uangmu. Iya kan?"
Woo Jin sudah tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya memandangimu dengan perasaan iba menggeluti hatinya. Tak pernah terlintas dalam benaknya memposisikan dirimu serendah itu.
"Dan siapa yang kekanakan, Woo Jin? Ketika orang yang kau sebut kekanakan ini sedang mengandung benih darimu? Kau sangat lucu."
Detik itu Woo Jin menyadari, kalau seharusnya ia tidak terlalu mengedepankan pendapatnya sendiri. Memang benar, Woo Jin tidak melakukan sesuatu yang melenceng sebagai seorang suami, tapi bagaimanapun juga kau memiliki hati. Dimana begitu wajar jika kau merasa cemburu, Woo Jin adalah hakmu, walau dia melakukannya demi menghidupi keluarga kecil kalian, bukan berarti kau dilarang membatasinya.
Karena ini adalah kehidupan kalian berdua, dimana kedua belah pihak terikat satu sama lain, yang artinya senang maupun susah dua-duanya ikut merasakan. Dan kau sudah membuktikan kesetiaanmu mendampinginya tanpa mengeluh selama ini. Lantas apa yang harus Woo Jin lakukan?
Sebenarnya kau tak bermaksud melarang Woo Jin sepenuhnya. Bagaimanapun itu impiannya. Hanya ucapan Woo Jin yang seolah merendahkanmu, terasa menusuk, sedangkan selama ini tak terhitung sebanyak apa kau berkorban perasaan untuknya. Tidakkah dia menghargai itu? Paling tidak, Woo Jin akan mempertimbangkannya terlebih dahulu. Dan semua keputusan tetap kau serahkan padanya. Dia yang menjalaninya, tugasmu cukup mendukung.
Pada akhirnya, setelah Woo Jae lahir, Woo Jin memilih berhenti dari karirnya sebagai idol dan fokus pada keluarga kalian serta perusahaan yang dipercayakan ayahmu. Awalnya Woo Jin berniat membuka les vokal, namun ayahmu mendesaknya. Sehingga kini, Woo Jin-lah yang memimpin perusahaan keluarga.
Terkadang Woo Jin juga masih memperdengarkan suaranya, melalui media sosial demi mengobati rasa rindu penggemarnya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Woojin Imagines (Completed)
Short StoryIni salah satu caraku mengekspresikan rasa sayang serta dukunganku untuk Kim Woojin. Dimanapun kamu sekarang, apapun yang kamu lakukan, aku harap kamu selalu sehat dan bahagia, Woojin. Aku tidak akan lupa dengan kamu beserta kenangan darimu. Terim...