Tidur Woo Jin terusik. Bukan sentuhan dari tanganmu atau suara tangis bayi kalian yang membangunkannya, melainkan aroma menggoda dari makanan yang sengaja kau letakkan diatas nakas kamar kalian. Apalagi jika bukan bau ayam goreng yang belum lama mentas.
Dan benar saja tebakan Woo Jin. Dia bahkan mengucek-ucek kedua matanya untuk memastikan kalau yang dilihatnya pagi ini benar-benar makanan favoritnya itu. Tumben sekali, pikir Woo Jin.
Pasalnya, kau memang jarang membuatkannya ayam goreng, meski faktanya itu adalah kesukaan Woo Jin. Menurutmu tak baik saja banyak mengkonsumsi ayam goreng, sementara kau sadar betul seperti apa profesi suamimu. Yang tentunya menuntut Woo Jin pandai menjaga kesehatannnya. Belum lagi kau memperkirakan sewaktu Woo Jin bekerja, bisa saja dia membeli ayam goreng dalam porsi tertentu yang tentu saja tidak bisa kau awasi sepenuhnya. Jelas, ini membuatmu cemas.
Tetapi senyum indah milik Woo Jin mendadak meluntur setelah dirinya membaca secarik kertas yang berada di dekat piring ayam goreng. Surat singkat darimu.
Alangkah indahnya pagi ini jika aku
bisa menikmati udara segar.
Selagi suamiku libur dari pekerjaannya,
dia juga siap berganti peran sebagai ayah
yang hebatAku mencintaimu Woo Jin sayang😘😘
Woo Jin mengusap wajahnya kasar. Sepertinya dia harus membatalkan niatnya untuk memujimu habis-habisan..
Setelah sekitar satu setengah jam kau meninggalkan Woo Jin dan bayi kalian, akhirnya kau bisa sampai rumah dengan selamat. Usai memastikan mobil yang kau naikki terparkir secara layak, kau bergegas turun dan mengeluarkan semua belanjaanmu dari dalam bagasi. Sedikit susah kau membawanya masuk ke rumah, memang bukan barang-barang berat yang kau beli, tetapi jumlahnya cukup banyak.
Di ruang tamu, kau disambut oleh pemandangan Woo Jin yang menggendong buah hati kalian. Terlihat jelas betapa jengkelnya wajah Woo Jin, berbanding terbalik dengan Woo Jae, putramu yang tampak antusias melihat kedatanganmu.
Kau meletakkan belanjaanmu ke atas meja ruang tamu lalu menghampiri Woo Jin, lebih tepatnya mendekatkan dirimu pada Woo Jae yang rupanya sudah wangi. Kau yakin, sepeninggalmu, Woo Jin telah memandikannya.
"Kau sudah mandi sayang? Uh tampannya putra eomma. Sini ikut eomma."
Kau merebut Woo Jae dari gendongan Woo Jin. Woo Jae tertawa membuatmu gemas.
"Aku yang belum mandi."
Kalian pasti tahu, siapa yang menyahut demikian. Ada perasaan bersalah dihatimu. Kau menduga, mungkin Woo Jin juga belum sempat mencicipi hidangan rayuanmu.
"Itu urusan gampang, Woo Jae appa. Sebaiknya kau bantu aku menata barang-barang itu dulu. Yang kantong besar taruh di kulkas, paper bag kecil-kecil taruh diatas keranjang baju milik Woo Jae ya. Setelah itu, kau boleh mandi dan memakan sarapanmu. Terimakasih Woo Jae appa."
Lagi-lagi kau mendahului Woo Jin yang nyaris melempar protes kepadamu.
.
Woo Jin terpaku di depan pintu kamar mandi. Gerakannya mengusap rambut menggunakan handuk terhenti menyaksikan kau tengah asyik memotret Woo Jae yang tengkurap diatas kasur. Tak tanggung-tanggung, kau menggunakan kamera, karena memang hobimu sejak sma adalah fotografi.
Woo Jin mendekat, awalnya dia heran sebab menemukan paper bag kecil-kecil yang kau bawa isinya hanya baju bayi yang beraneka bentuk. Rupanya itu sangat lucu kalau dikenakan oleh Woo Jae.
"Jadi, kau merayuku mengurus Woo Jae pagi-pagi demi berbelanja ini dan memakaikannya untuk kau potret."
Fokusmu beralih pada suamimu seketika disertai kekehan pelan dari mulutmu.
"Aku minta maaf ya. Aku hanya ingin membuat kenangan sederhana tentang perkembangan Woo Jae. Cuacanya tidak bagus dan kebetulan sekali kau ada di rumah. Jadi aku putuskan untuk berangkat sendirian. Sekali lagi, aku minta maaf, Woo Jin."
"Hei, aku tidak marah, sayang. Meskipun awalnya aku kesal karena kau merencanakan ini diam-diam tapi aku senang, kau begitu memperhatikan pertumbuhan anak kita. You're the best mom."
Kau meringis.
"But, after your mom, right?"
Woo Jin tertawa kecil. Bagaimana bisa ia melupakan ibunya sendiri?
"Of course."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Woojin Imagines (Completed)
Short StoryIni salah satu caraku mengekspresikan rasa sayang serta dukunganku untuk Kim Woojin. Dimanapun kamu sekarang, apapun yang kamu lakukan, aku harap kamu selalu sehat dan bahagia, Woojin. Aku tidak akan lupa dengan kamu beserta kenangan darimu. Terim...