Disinilah kau sekarang. Di sebuah rumah sakit dimana tadinya kau hanya ingin menemui sosok yang kata Woo Jin, telah ditolong olehnya. Namun siapa sangka, kau kenal dengan baik sosok itu sebenarnya.
Tentu saja awalnya kau tidak percaya. Bagaimana bisa hal ini terjadi?
Adalah Im Ah Ra, adik kelasmu semasa sekolah menengah atas dulu. Kalian cukup dekat karena kalian sama-sama mengikuti ekstrakurikuler yang sama. Terlalu dekatnya hingga orang awam mengira kalian adalah saudara.
Baik kau dan Ah Ra tidak menjadikan hal tersebut sebagai masalah. Toh bagi kalian rasanya memang sudah seperti saudara. Hubungan pertemanan kalian berhenti begitu saja setelah kau meneruskan studi ke Jepang. Kontak kalian terputus ketika kalian sama-sama sibuk dalam urusan pendidikan. Sampai kau menikah dengan Woo Jin, baru sekarang kau bertemu dengan Ah Ra kembali.
Kau senang bisa berjumpa dengannya lagi, akan tetapi tidak dengan keadaan seperti ini. Kau menghembuskan nafas sembari melirik Ah Ra yang menunduk. Kau yakin gadis itu sedang bingung dan takut.
"Woo Jin bilang kepadaku kalau dia menemukanmu berdiri di pagar jembatan, lalu membawamu kemari tanpa pikir panjang. Dia menungguimu yang pingsan hingga kau tersadar. Meskipun tidak kenal, aku tahu dia tidak enak meninggalkanmu begitu saja."
Ah Ra bungkam. Ia merasa bersalah.
"Dia juga mengatakan padaku jika sebelum dia pamit, kau sempat menahannya dan mengajukan sebuah permintaan."
"Aku tidak akan meminta dia menikahiku jika aku tahu dia suamimu, eonni. Aku tidak mungkin sejahat itu."
Bukan. Bukan Woo Jin yang menghamili Ah Ra. Gadis itu frustasi, sebab dia hamil tanpa mendapat pertanggungjawaban dari pelaku yang menidurinya. Dia berpikir pendek dengan mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Tetapi untungnya, Woo Jin memergokinya secara tidak sengaja lalu suamimu itu menolongnya.
Ah Ra tak tahu jika Woo Jin merupakan suamimu. Dia menyesal meminta Woo Jin menikahinya hanya karena alasan Ah Ra tertarik dan bisa menjadikan Woo Jin sebagai ayah tiri bagi anaknya.
"Aku mengerti perasaanmu, Ah Ra-ya. Meski aku tak tahu siapa yang menghamilimu, mengapa dia enggan mempertanggungjawabkan perbuatannya, sampai kau frustasi dan berniat bunuh diri. Tapi aku percaya, ada jalan lain yang masih bisa kau tempuh tanpa bertindak sebodoh itu. Aku akan dengan senang hati membantumu, tapi maaf, tidak dengan cara suamiku menikahimu. Bukan karena aku egois atau bagaimana, aku hanya-"
Kau tidak mampu melanjutkan kalimatmu, tenggorokanmu rasanya tercekik dan air matamu lolos begitu saja. Ah Ra menatapmu pilu kemudian menghapus lembut pipimu yang basah.
"Kau pasti paham sebagai sesama perempuan, bukan? Aku sangat mencintai Woo Jin. Dia laki-laki terbaik setelah ayahku, Ah Ra. Aku begitu bergantung padanya. Aku tidak bisa melihatnya membagi perhatiannya pada wanita lain kecuali ibunya walaupun itu sekedar bentuk tanggungjawab sebagai suamimu. Aku tidak rela, Ah Ra. Kau tahu, aku belum juga dikaruniai buah hati meski kami sudah menikah selama dua tahun. Aku sempat ingin berbuat nekad sama sepertimu sebab aku putus asa. Aku merasa gagal sebagai perempuan. Tapi Woo Jin terus mendampingiku, mendekapku tanpa mengeluh karena aku belum bisa memberinya keturunan. Aku tidak mau kehilangan laki-laki seperti dia, Ah Ra. Maafkan aku."
Ah Ra menggeleng. Betapa besar dosanya nanti. Membayangkan bagaimana jika dirinya benar-benar merebut Woo Jin darimu, padahal kau sendiri bersusah payah menahan keterpurukan dan Woo Jin adalah satu-satunya peganganmu.
"Jika kau merasa keberatan merawatnya, aku bersedia mengadopsinya. Jika tidak, aku siap membantumu mencari pria itu, kau tetap berhak meminta tanggungjawab darinya. Entah dia menikahimu atau tidak, setidaknya dia harus mengerti, ada darah dagingnya disini yang mau tak mau menjadi tanggungjawabnya."
Ah Ra mengangguk cepat lantas memelukmu.
"Maafkan aku eonni, sungguh aku menyesal. Aku tidak tahu jika Woo Jin oppa adalah suamimu, jika aku tahu, aku takkan menuntutnya demikian. Aku tak mau merusak kebahagiaan kalian. Dan eonni, aku yakin, suatu hari nanti, akan hadir buah hati diantara kalian. Eonni dan oppa hanya perlu bersabar."
Kau tersenyum seraya membalas pelukannya.
"Terimakasih."
.
"Kim Ah Ra, dimana kau?"
Teriak Woo Jin mencari dimana gadis itu bersembunyi. Tiba-tiba Woo Jin mendengar bunyi kardus berjatuhan dan tampaklah sosok yang sedari tadi dicarinya.
"Ketahuan kan? Mau kemana kalian? Dasar nakal, ayo kita ke ruang makan, eomma memasak makanan kesukaan kalian."
"Maafkan kami, appa."
"Maaf appa."
Woo Jin tersenyum. Dia menggendong putranya yang berdiri bersebelahan dengan putrinya itu. Putranya selalu mengikuti kata-kata yang diucapkan oleh kakak perempuannya. Membuat Woo Jin gemas karena ekspresi polos di wajahnya.
Kim Ah Ra adalah putri Im Ah Ra, kau dan Woo Jin benar-benar mengadopsinya karena sesaat setelah melahirkan, Ah Ra meninggal. Hal tersebut menjadi tamparan keras bagi pria yang menghamili Ah Ra, apalagi mereka baru saja menikah di usia kandungan Ah Ra yang telah mencapai delapan bulan. Semula sang pria ingin merawat putrinya seorang diri namun karena mengetahui keadaanmu dari Ah Ra, ia berubah pikiran. Sementara beberapa tahun kemudian, kau benar-benar mengandung dan kini Kim Woo Jae tumbuh bersama keluarga kecil kalian.
.
.
.Aku datang bawa drama lagi😂. Semoga suka ya. Disini ada nggak yang kalau dengerin lagu skz, pas mau part-nya woojin, kalian kayak ancang-ancang sambil bilang, duh woojin suaramu bikin kangen? To be honest, aku sendiri kayak gitu, padahal kan cuma lagu ya😔.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Woojin Imagines (Completed)
ContoIni salah satu caraku mengekspresikan rasa sayang serta dukunganku untuk Kim Woojin. Dimanapun kamu sekarang, apapun yang kamu lakukan, aku harap kamu selalu sehat dan bahagia, Woojin. Aku tidak akan lupa dengan kamu beserta kenangan darimu. Terim...