Woojae (2)

98 12 0
                                    

Sesuai perjanjian yang disepakati oleh Woo Jin dan Woo Jae, kini buah hatimu itu terlihat lebih sibuk dari biasanya. Iya, tambahan ekstra menyanyi kadang mengharuskan Woo Jae pulang terlambat. Namun, dia selalu memberitahumu sebelum berangkat sekolah jika hari itu Woo Jae akan pulang terlambat.

Kau dan Woo Jin tentu saja khawatir pada awalnya, tapi kenyataannya, Woo Jae sudah membuktikan ucapannya. Nilai-nilai ujian Woo Jae tetap stabil meskipun waktunya berkurang karena ekstra menyanyi.

"Yak! Appa kalah lagi! Payah."

Woo Jin melempar stick playstation yang tadi dipegangnya sembari mengacak rambutnya. Sudah tiga kali dia kalah bermain game dengan Woo Jae. Woo Jin merebahkan diri dengan salah satu siku dia gunakan sebagai penyangga kepala.

"Aku menagih janji appa sekarang."

Woo Jae menggerakkan dagunya ke atas dan bawah seolah dagunya sedang dicolek.

"Aduh. Appa mengantuk."

Woo Jin sepenuhnya telentang sekarang dan pura-pura memejamkan mata. Tapi Woo Jae termasuk golongan yang sulit ditipu.

"Kemarin kan appa tidak lembur. Kata eomma malah tidur lebih awal."

Woo Jin masih tak bergerak. Otaknya sedang berputar mencari akal.

"Ayolah appa. Kalau tidak, aku akan mencari kuncinya bersama eomma dan pergi kesana dengannya."

Woo Jae telah bangkit dari duduknya bersamaan Woo Jin yang ikut bangun.

"Baiklah, jagoan. Ayo ikut appa."

Woo Jin segera menggandeng Woo Jae layaknya anak balita. Ketika akan menaikki tangga, mereka berdua sempat berpapasan denganmu yang baru keluar dari dapur.

"Pancake eomma sudah-Woo Jae, mau kemana?"

Woo Jin tidak menjawab, ia terus menarik putra kalian, sementara anak itu mengedipkan sebelah matanya ke arahmu. Ya, kau memang sudah bicara empat mata dengan Woo Jae soal rencana mengajak Woo Jin ke gudang untuk melihat piano milik Woo Jin sewaktu muda.

Kau tersenyum mengerti dan memilih  kembali ke dapur untuk menyiapkan pancake buatanmu yang sudah selesai kau masak.

.

Setibanya di gudang, Woo Jae merasa kagum dengan kondisi ruangan itu yang tetap bersih seolah tetap dirawat dengan baik. Walau kau bilang kalau jarang sekali Woo Jin kesana. Mungkin satu bulan sekali Woo Jin sendiri yang berinisiatif membersihkannya.

Sebenarnya ruang itu tidak bisa dikatakan gudang juga. Benar digunakan menyimpan barang, tetapi barang yang ditaruh disana tergolong masih bagus. Bukan berisi alat-alat tertentu, melainkan beberapa macam alat musik, album, beserta buku-buku tebal. Ruangan itu dilengkapi jendela yang bisa memberikan penerangan cukup dikala siang. Pada saat kalian merenovasi rumah ini, Woo Jin sengaja memindahkan peralatan musiknya kemari agar tidak memenuhi ruang-ruang di bawah dan supaya Woo Jae leluasa bermain, mengingat saat itu bocah tersebut masih balita.

Bahkan setiap kali Woo Jin bosan atau lelah dengan pekerjaannya di kantor, suamimu itu menyempatkan diri kesini. Woo Jin membuka gorden jendela lalu membuka kain yang dipakai menutup pianonya.

Woo Jae kembali terkesima. Memang dia kagum dengan musik, tapi baru kali ini ia melihat secara langsung, di rumahnya ada alat musik yang dapat dimainkan. Woo Jin mengisyarati putra kalian untuk duduk di sampingnya agar bisa mengajarinya bermain piano.

"Appa akan membawakan satu lagu. Simak baik-baik, Nak."

Woo Jae mengangguk antusias, siap mendengarkan kelihaian ayahnya.

Kim Woojin Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang