b. rasa nyaman

371 107 66
                                    

✮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku sengaja sibukkan diri dengan urus informasi penerimaan kampus dengan tanganku sendiri. sebab aku sama sekali tidak mau tolehkan wajah untuk ketahui segala urusan tentang perjodohan sialan itu. aku pikir ayah bahkan terlalu sibuk sampai lupa untuk pikirkan kembali rencana gilanya itu, namun ternyata aku salah besar. gaun pengantin telah dipesan, dan tanggal pernikahan juga telah ditentukan.

palu sudah diketuk, dan aku tidak dapat berkutik, barang satu jengkal pun dari di mana batas kuasaku berada. mau lari sampai ke ujung merauke, pun, aku pasti akan menikah juga pada akhirnya. susah sekali memang menjadi anak semata wayang dari kedua orangtua yang benar-benar strict macam mereka.

"dirga, kalau aku mati lebih dulu, tolong titip pesan sama kak fras, ya."

begitu panggilanku direspon, aku langsung menghujaninya dengan ucapan aneh. membuat dia berteriak kaget lalu misuh-misuh tidak kalah anehnya.

"heh—mati, mati, sembarangan banget kamu ngomongnya!"

"bilangin, aku masih cinta mati padanya." tidak peduli, aku terus saja meneruskan ucapan anehku.

"duh, vanilla, jangan berlebihan, deh,"

aku lalu mendengus, sementara ia tertawa.

"lagi di mana?" tanyanya kemudian.

"di perpustakaan daerah."

"aku temani, ya?"

aku menggeleng, meski tentu saja ia tidak dapat melihatnya. dia sudah membantuku banyak sekali, aku jadi tidak enak hati kalau terus-terusan menjadi inangnya.

"nggak perlu, ga, aku hanya—"

"aku masih bisa tunda proyekku ini, kok. lagipula deadlinenya juga bulan depan."

tuhan, mengapa aku tidak dijodohkan dengan dirga, saja, sih? setidaknya walaupun aku tidak miliki rasa lebih padanya, ia selalu berhasil ciptakan rasa nyaman di sekitar diriku. bahkan aku sering sekali berlari bersamanya ketika frasa terlalu sibuk dengan segala tugas dan organisasinya di kampus hingga tidak sempat berikan aku sebuah perhatian.

"aku siap-siap dulu, nih, mau sekalian aku bawain ramyeon sama es krim vanila?"

aku tertawa, dia sudah hafal betul bagaimana cara menyogok aku yang sedang berada di titik rendah seperti sekarang.

"nggak usah, dirga. aku hanya perlu waktu buat sendiri. buat mikirin semua ini, pada akhirnya aku juga nggak bisa lari dari masalah, 'kan?"

aku mendapat helaan nafas dari dirga. aku suka sekali setiap kali dia memberikan aku perhatian berlebih. namun kami berdua juga sama-sama tahu, bahwa aku tetap tidak bisa melangkah menuju hubungan yang lebih intens dengannya.

"oke, kalau kamu maunya sendiri. aku senang kamu sudah lebih dewasa sekarang,"

"tapi jangan ragu buat telpon aku kalau ada apa-apa, ya?"

aku lekas menjawab, "kemana juga aku bisa berlari selain kepada pelukmu?" dirga tertawa keras. aku tebak pasti dia sedang senyam-senyum tidak jelas sekarang.

"bahagia terus, ya, kamu, vanilla."

"asal kamu tahu, aku juga ikut sakit setiap kali melihat duniaku runtuh."

ingin aku menjerit, meminta kepada tangan semesta untuk alihkan semua rasaku padanya. namun aku tidak mampu, semuanya sudah terlalu nyaman di titik ini. aku takut, kalau aku mulai membuka hati untuk terima dia dengan semua rasa yang ia punya, aku takut kalau hubungan kami tidak akan senyaman ini lagi.

"terima kasih, dirga. terima kasih banyak karena selalu terulur padaku."

[]

sengaja dikasih pendek, biar chapter depan siap-siap dikasih sedikit guncangan, hihi:p

salam hangat dari dirga.

salam hangat dari dirga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[3] nirmala. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang