i. kebohongan kecil

199 70 79
                                    

✮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"tapi, tumben sekali kak dirga nggak ikut ke sini juga. dia lagi sibuk sekolah, ya, kak?"

satu pertanyaan tidak berdosa dari mulut alaska itu sukses buat aku menegang. ya tuhan, haruskah aku mengatakan yang sebenarnya kepada mereka sekarang juga?

"ih, aska! tuh, lihat, kak nillanya jadi sedih, tahu, gara-gara ucapan kamu."

kelereng kecokelatan milik alaska lalu memandangku dengan tatapan bersalah, ia menggaruk tengkuknya dengan canggung. "maafin aku, ya, kak?"

aku mengangguk sambil mengusak pelan surai hitamnya, "eh, nggak apa-apa, kok, aska."

aku menghela napas, setidaknya aku harus katakan sesuatu agar mereka tidak terus bertanya tentang dirga, 'kan? setidaknya sampai aku benar-benar telah siap betul untuk buka mulut dan ceritakan semuanya.

"oh iya, kak dirganya lagi pergi ke suatu tempat."

"dia cuma titip pesan sama kakak buat disampaikan sama kalian semua."

manik polos mereka bertiga langsung berbinar terang begitu aku berkata demikian. aku tersenyum miris, andai saja mereka tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

"gana, kasa! ayo cepat ke sini, katanya kak nilla, kak dirga punya pesan buat kita semua!"

dua orang anak laki-laki lain yang dipanggil gana dan kasa itu lalu tiba dengan napas tersengal, sepertinya mereka habis berlari untuk menuju ke arah kami.

"nah, kita sekarang udah lengkap, kak." aksara menghitung jumlah mereka semua dengan jari-jari mungilnya sebelum beralih menatapku dengan sebuah senyum secerah mentari.

"ayo sini, sini, semuanya mendekat dulu,"

aku mengecilkan suara, sembari menyuruh mereka untuk menunduk, mendekatkan daun telinga mereka ke mulutku.

"katanya kak dirga, dia mau kalian semua untuk terus semangat dan hidup dengan bahagia,"

aku menjeda kalimatku, air mataku telah berkumpul di pelupuk mata tanpa bisa kucegah.

"dan dia mau kalian semua menggantungkan mimpi kalian bersama lautan kejora di cakrawala sana."

mereka semua mengangguk serempak, membuatku lagi-lagi tersenyum miris. dirga, tidakkah kamu ingin melihat mereka sekali lagi? tidakkah kamu ingin bersama kami sekali lagi untuk saling berbagi kehangatan yang ada?

"kak nilla,"

panggilan kecil dari morgana sadarkan aku dari lamunan. aku cepat-cepat mengalihkan perhatian kepada anak kecil dengan gaya rambut mullet itu yang sedang menatapku dengan sebuah tanda tanya di wajah tampannya.

"kak nilla sedang sedih, ya?"

"kakak, kok, nangis, sih?"

aku terkejut, refleks memegang kelopak mataku dan benar saja. aku  bahkan tidak bisa mencegah air mataku sendiri untuk tidak turun di depan mata mereka.

"kakak jangan sedih, ya? kita semua di sini terima kehadiran kakak, kok."

"kita semua senang banget kakak ada di sini."

"kita akan tunggu kedatangan kak dirga sama-sama, ya?"

aku merentangkan kedua lengan, meminta mereka untuk berlari ke dalam pelukanku. aku bahagia sekali dapat merasakan kehangatan ini sekali lagi, meskipun rasanya tentu tidak sama seperti dirga yang juga berada di tengah-tengah kami semua.

"terima kasih, kids, terima kasih banyak."

"tapi, kak,"

"cakrawala itu apa, ya?"

kami semua serempak memandang sagara yang tengah menunjukkan wajah polosnya. lucu sekali, dia bahkan mengerjap-ngerjapkan kedua matanya bingung.

angkasa yang tepat berada di sampingnya lalu menggerutu keras, "ih, dek saga! makanya kalau dikasih kosakata baru sama bu guru, tuh, ditulis di buku, terus dihafalin biar lekas pandai!"

sagara merengut, dia benar-benar lucu sekali. sinar dalam mata rubahnya seketika meredup, seakan-akan hendak menumpahkan sesuatu yang tidak dikehendaki.

"huh, aku benci yang namanya belajar! enakan juga main bola sama kak ruda, nggak usah pakai mikir yang ribet-ribet!"

dia lalu melepaskan diri dari pelukanku, menghentak-hentakkan tungkai mungilnya lalu berlari menjauh, meninggalkan kami semua.

"kasa, kamu nggak boleh kasar gitu, dong. kasian, tahu, dek saga."

"lagipula, tidak semua orang, 'kan, bisa cepat hafal sesuatu seperti kamu?"

aku menatap aksara dengan lekat. persis seperti frasa, perangai anak itu memang sangatlah lembut dan penyayang terhadap orang lain. dirga juga beberapa kali pernah berkata, bahwa aksara sering menjadi penengah apabila ada yang sedang bertengkar di antara mereka.

"eh, omong-omong, kak ruda juga sudah lama sekali, ya, tidak mampir ke sini?"

"apa jangan-jangan dia lagi sakit?"

aku lalu alihkan pandangan ke morgana dan alaska yang sekarang sudah miliki dunia mereka sendiri.

merasa asing dengan sebuah nama, aku lantas memberi tanya kepada angkasa yang sedari tadi diam membisu, "kasa, kak ruda itu siapa?"

[]

salam hangat dari dek aska, hehe.

salam hangat dari dek aska, hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[3] nirmala. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang