e. dirga dan bisikannya

265 85 64
                                    

✮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sekarang aku telah kembali ke rumah keduaku; taman belakang rumah sakit, yang berhadapan langsung dengan pentas matahari terbenam di ufuk barat.

frasa telah pamit pulang beberapa menit yang lalu dengan menyerahkan selembar surat dirga padaku. aku miliki firasat bahwa ini bukan sesuatu yang bagus, oleh sebab itu aku memilih untuk membacanya di sini. sendiri, sehingga kalau aku runtuh kapan saja, tidak akan ada mulut-mulut yang mampu berkata kejam padaku.

aku menghela nafas, membiarkan setitik air mataku jatuh sekali lagi sebelum mulai membuka surat itu. tulisan tangan dirga yang khas langsung menyapa pandanganku. tidak terlalu rapi, tapi begitu berbeda dari yang lainnya. dirga selalu unik dan itu adalah salah satu dari sekian juta pesonanya.

aku masih ingat betul hari itu,
di saat semesta seolah menertawakanku ketika aku mengadu bahwa aku telah rasakan cinta.

tetapi pada kenyataannya, debar dalam dadaku saat itu sedang tidak mengajakku bercanda.

karena pada kenyataannya, satu senyum yang kau beri padaku di petang itu, sukses buat aku terjaga.

karena pada kenyataannya, satu sapa yang kau balas padaku hari itu, berhasil kenalkan aku dengan banyak sekali warna.

aku benar-benar tidak peduli,
kalau pada akhirnya dunia malah akan berbalik dan membenci,

karena terlalu seringnya aku yang gantungkan harap dengan namamu yang terselip selalu di dalam sanubari.

silakan saja, aku benar-benar tidak peduli.

dan tolong biarkan aku menjadi makhluk bumi yang paling egois kali ini.

biarkan saja aku jatuh sedalam-dalamnya ke dalam seribu satu jerat pesonamu dan jangan pinta aku untuk kembali.

agar bila nanti aku yang akan capai akhir lebih dulu,

tidak ada secuil pun rasa sesal yang datang menghampiri,

sebab aku telah coba untuk berikan yang terbaik padamu.

lalu kalaupun pada akhirnya dunia malah akan berbalik membencimu,

ingatlah selalu, bahwa aku bukanlah salah satu dari pemeran itu.

bahwa masih ada aku, yang selalu siap terima cacat dan sempurnamu.

bahwa masih ada aku, yang selalu sedia tuk bagi sisa detik dalam hidupku bersamamu.

bahwa masih ada aku, yang selalu berdiri paling depan, dengan semua hangatku, tuk sambut kembali puing-puing keruntuhanmu.

maafkan aku, vanilla.

maafkan aku yang selama ini selalu paksa kamu untuk memandang rasa yang aku punya.

namun semata-mata itu hanya karena aku ingin kenalkan kamu dengan arti cinta.

aku tidak bisa meraih kejora untuk ganti setiap tangis yang pernah ada.

pun aku juga tidak bisa beri mentari untuk basuh habis setiap duka yang pernah ikut ambil cerita.

sebab aku hanya miliki sebuah rasa.

sebuah rasa yang luasnya melebihi semesta, yang siap aku serahkan padamu kapan saja kau memintanya.

maafkan aku, vanilla.

maafkan aku, duhai pemicu debaran dalam dada.

sebab aku tidak miliki waktu yang banyak tuk sempat pamerkan kamu pada setiap insan dunia.

sebab aku tidak miliki waktu yang banyak tuk bisa pandang kamu jauh lebih lama.

sebab ternyata aku telah bekerja sama dengan waktu, tuk peluk aku lebih dulu dan temui Sang Pemilik Insan yang rasakan cinta dalam dada.

sekali lagi, kumohon maafkan aku, vanilla.

sebab aku harus capai cakrawala tanpa sempat ucapkan pamit kepadamu; sang pelipur lara dan duka yang aku rasa.

selamat tinggal, vanilla.

aku akan menunggu saat di mana semesta beriku izin tuk tatap sinar matamu sekali lagi,

meskipun itu berarti di penghujung dunia, aku akan selalu setia menunggumu.

aku akan setia menungggu,
seperti rasa cintaku yang masih setia temani aku yang jemput nafas terakhirku.

aku mencintaimu selalu, gravitasiku.

- dengan segenap rasa yang aku punya;
dirga.

sekali lagi, aku merasa duniaku ditarik runtuh begitu saja. setiap carik kata yang dibisikkan dirga melalui kertas dalam genggamku ini berhasil membuat aku tertampar berkali-kali. ternyata ia telah temukan rasa itu sejak pertemuan pertama kami sore itu, ternyata ia lebih dulu miliki rasa itu bahkan jauh sebelum aku bertemu dengan frasa, ternyata selama ini ia tidak pernah dusta saat singgung masalah cinta, ternyata ia-

"dirga-maaf, sungguh, maafkan aku."

aku bahkan tidak bisa bayangkan betapa perihnya menjadi ia, yang selama ini selalu menjadi tempat pelarian kisah cintaku dengan frasa. ia, dengan segala ejekan dan senyum jenakanya, nyatanya telah rasakan begitu banyak luka, dan itu semua karena aku. karena aku, yang terlalu bodoh dan terlambat untuk beri ruang kepada dirga dan segala rasa yang dia punya.

"maafkan aku, dirga."

[]

ambyar sendiri pas nulis suratnya dirga, huhu, dasar aku:'(

ambyar sendiri pas nulis suratnya dirga, huhu, dasar aku:'(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku lagi jatuh cinta parah sama dia:')

[3] nirmala. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang