[epilog : lembaran baru]

243 49 80
                                    

✮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[yuk di play dulu mulmednya:'D]

✮ ✮ ✮

pada akhirnya, yang bisa aku tarik sebagai sebuah kesimpulan dari semua rentetan kejadian ini adalah hidup itu laksana sebuah novel.

ada begitu banyak tokoh dan konflik yang bersatu padu di setiap detiknya. namun selama kita masih bertemu dengan tanda koma, maka tidak akan ada yang namanya sebuah akhir. sekeras apapun usaha kita untuk mencoba lari darinya, sebesar apapun pengorbanan kita untuk memaksa mempercepat alurnya, pada akhirnya kita hanya akan bertemu dengan kegagalan dan kembali berpangku tangan kepada sang pemilik semesta. dan selayaknya sebuah novel juga, akhir yang terdapat di dalamnya tentu tidak dapat diketahui sebelum kita menjalani semua lika-liku dan tanjakan-tanjakan yang menghiasi sepanjang jalan untuk menujunya. dan kita juga tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi berikutnya apabila tidak kita sendiri yang membalik halaman selanjutnya, bukan?

begitu juga dengan kasus yang baru saja hadir dalam hidupku ini. di tahun dua ribu dua puluh kemarin, ketika aku baru saja resmi melepas embel-embel sebagai seorang murid berseragam putih abu-abu, aku dijatuhkan dengan tamparan keras dari alur cerita semesta. perjodohan sepihak, berhentinya perjuangan frasa, kepergian dirga, kehilangan kemampuan untuk berjalan, adaptasi dengan lingkungan baru, dan kebenaran tentang garuda. semuanya benar-benar membuat aku runtuh bersama puing-puing harapanku yang pernah aku titip kepada lambaian kejora di atas mata. semua yang terjadi itu benar-benar berada di luar batas khayalan terliarku. bahkan sampai hari di mana aku memutuskan untuk menerima lamarannya, aku masih belum bisa memastikan apakah ini nyata adanya atau hanya sekedar tipuan semata.

namun sekali lagi, bukankah tuhan telah menyiapkan satu akhir yang terbaik untuk semua hamba-Nya? kalau begitu, tidak ada salahnya juga dengan aku yang mencoba untuk mencari kembali bahagiaku sendiri, bukan? toh aku yakin, dirga pasti juga tidak ingin melihat aku terus-menerus terjebak di dalam lembah kesedihan, lebih-lebih lagi kebanyakan dari penyebab tangisanku adalah karena ia, karena kepergiannya, karena besarnya rasa cinta yang ia punya sementara aku tidak memberinya kesempatan untuk mengutarakannya padaku secara nyata.

sudah cukup rasanya untuk aku bersedih, patah hati, menangis, memaki, hampir menyerah, hancur—karena pada akhirnya juga tidak ada yang benar-benar dapat aku lakukan selain berhenti sebentar, menolehkan kepala kepada sekitar, dan menyadari bahwa ternyata masih ada begitu banyak orang-orang di luar sana yang berada dalam kondisi yang jauh lebih mengenaskan dari yang aku dapatkan. benar, harusnya peristiwa ini bukannya membuat aku mengutuk takdir atau berpikir untuk mengambil akhir yang bukan seharusnya. sebaliknya, aku seharusnya bersyukur. bersyukur karena dengan rentetan kejadian ini jugalah aku menjadi mendapat banyak sekali ilmu baru. tentang frasa dan mimpinya, tentang dirga dan arti cinta, tentang pengorbanan, tentang harapan dan doa, serta yang terpenting adalah tentang rasa syukur di atas segala kesedihan yang terasa sangat menyiksa. ah, benar, jangan lupakan juga, bahwa, bersama kejadian ini, tuhan memang pisahkan aku dengan dua sosok penting dalam hidupku—frasa dan dirga—namun sebagai gantinya, Ia kirimkan sosok garuda yang sekarang merangkap sebagai teman hidupku.

[3] nirmala. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang