v. ketukan

157 54 53
                                    

✮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"jadi selama ini, kak nilla bohong sama kita semua?"

aku terkejut bukan main melihat angkasa yang sudah terlepas dari bunga tidurnya, tengah menatapku dengan raut kecewa yang tercetak jelas di wajah manisnya.

"kasa, kakak bisa jelasin sem—"

angkasa menggeleng-gelengkan kepalanya, "kenapa?! kenapa kakak bohongin kita semua?!" dia memotong ucapanku dan mulai menangis, menjambak rambutnya sendiri, dan menjerit-jerit, persis seperti tadi malam.

"kasa, kasa, dengerin penjelasan kakak dulu—"

"nggak! kak nilla jahat! aku nggak mau bicara sama kakak lagi! aku benci sama kakak!"

"aku mau ketemu sama kak dirga!"

"antarin aku ketemu sama kak dirga sekarang juga!"

bu kejora dan embun segera datang setelah mendengar teriakan angkasa yang semakin tidak terkontrol. nafasnya juga sudah mulai terdengar putus-putus sementara aku masih diam membeku dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

"nak ruda, bisa tolong bantu kami sekarang? angkasa perlu dibawa ke rumah sakit."

aku masih setia diam membeku. memperhatikan semua yang terjadi di depan mataku; angkasa yang masih saja memanggil-manggil nama dirga dengan jeritan pilu dan tendangan kakinya, serta bu kejora yang terus-menerus mencoba membuatnya untuk lebih tenang.

sepuluh menit kemudian garuda tiba dengan nafas yang juga berlarian. semuanya terjadi begitu cepat. dia membantu mengangkat tubuh angkasa yang sudah tidak sadarkan diri lalu ada embun dengan kedua tangan mungilnya yang susah payah membantuku mendorong kursi roda.

✮ ✮ ✮

"kak nilla!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kak nilla!"

lamunanku buyar begitu mendengar teriakan kencang dari sagara yang berlari di sepanjang lorong rumah sakit. di belakangnya sudah ada alaska dan aksara yang mengekor tak kalah cepatnya.

"kak kasa di mana, kak?"

aku menatap lautan legam milik sagara dengan sendu, "kak kasanya masih di dalam, dek. belum boleh ditemui sama banyak orang."

"soalnya dia masih disuruh istirahat sama pak dokter."

"kasa kambuh lagi, ya, kak?" tanya aksara. wajah manisnya yang dipenuhi bintik-bintik cantik itu benar-benar menampilkan raut khawatir. begitu juga dengan alaska yang langsung berjalan mendekat ke arah pintu ruangan angkasa, lalu berjinjit untuk mengintip keadaan di dalam.

embun yang berada di sebelahku mengusap permukaan tanganku lembut. ia lalu mengambil alih pertanyaan tersebut, aku tidak menyangka kalau anak perempuan berusia empat itu sudah pintar sekali membaca situasi.

"kata pak dokter, kak kasanya nggak apa-apa, kok. dia cuma butuh tidur yang banyak sama konsumsi makanan-makanan sehat biar bisa cepat main sama kita-kita lagi."

aksara dan sagara lalu mengangguk patuh.

"oh iya, morgana mana?"

"si gana nggak bisa ikut pulang duluan, kak. soalnya dia ada ujian sejarah tadi."

"terus kalian di antar sama siapa ke sini?"

"kita bertiga dijemput sama kak ruda. tuh, dia."

aku mengangguk. benar juga. sudah pasti itu garuda. memang apa lagi yang aku harapkan? sebuah keajaiban yang tiba-tiba datang dengan membawa kembali sosok dirga? atau frasa yang tiba-tiba melepas prioritasnya hanya untuk sebuah urusan lain yang mendadak tiba? mustahil.

"kak nilla,"

"kakak nggak ikut kita masuk ke dalam?"

aku menggeleng pelan, lalu mempersilakan mereka berempat masuk ke dalam untuk menemui angkasa yang dari tadi ditemani oleh bu kejora. untuk saat ini, aku masih belum sanggup bila harus bertatap muka dengan angkasa, lagipula dia juga pasti masih kecewa sekali denganku. sebab semuanya memang terjadi dengan begitu tiba-tiba. dan dia juga masih kecil sekali, wajar saja kalau dia sangat terpukul atas semuanya.

ketika aku masih terlarut dalam pikiranku, aku merasakan sebuah tepukan hangat menyapaku di pundak. mendongak ke atas, aku lalu menemukan garuda yang tengah tersenyum hangat padaku, sembari mengangkat layar ponselnya;

"mau temani aku pergi beli cemilan?"

aku alihkan tatapan ke dalam manik cokelat terang milik garuda. ia begitu teduh, dan merayuku untuk rasakan ketenangan yang ia pancarkan melalui suaranya yang tertuang lewat untaian kata.

dengan segenap perasaan ragu yang masih meliputi diri, aku akhirnya mengaku kalah dan membiarkan ketukan itu sampai di depan pintu hatiku. dengan satu anggukan kecil, aku menjawab, "ayo."

namun, diam-diam satu pertanyaan terselip dalam kepala;

apakah aku sudah yakin betul akan membiarkan dia bertukar posisi dengan dirga?

[]

salam hangat dari garuda, hehe.

salam hangat dari garuda, hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[3] nirmala. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang