Part 5

600 136 31
                                    

Perlakuan para penjaga terhadap Ten berbalik 180 derajat. Yang awalnya Ten diusir karena ratu menolak kedatangan tamu, kini setelah bertemu Kim Lip, kedudukan Ten menaik drastis. Dia bahkan diberikan pengawal, pelayan dan ruangan pribadi selama tinggal di istana.


Ten hampir saja terlena dengan segala kemegahan yang diberikan padanya ini. Sampai suatu ketika ia bermimpi, tentang sosok manusia kecil yang menelungkap diatas lantai kayu. Sendirian, dengan rantai bercahaya yang mengikat tangan dan kakinya. Sosok itu hanya menangis tersedu, meratapi penderitaannya.


Ten terbangun dengan tanda tanya di kepalanya. Dia tidak tau manusia kecil itu siapa. Wajahnya seakan gelap dan tidak terlihat.


Oke, itu hanya mimpi. Tapi Ten langsung sigap bangkit berdiri dan keluar dari ruangan.


Niatnya adalah mencari Kim Lip, tapi ia langsung dihadang oleh pelayan pribadinya yang ternyata menunggu di depan ruangan.


Ten tidak pernah tau. Pelayan macam apa yang berdiri menunggu didepan pintu tuannya semalaman?  


"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya perempuan itu dengan kepala yang agak tertunduk seakan Ten begitu dihormati.


"Em, saya ingin bicara dengan Kim Lip, bisa tunjukkan dimana ruangannya?" tanya Ten, tidak peduli ini jam berapa. Dia harus bertemu Kim Lip dan menanyakan perkembangan masalahnya.


Pelayan itu membungkuk pelan, "Maaf, tuan. Nyonya Kim Lip sedang beristirahat di ruangannya"


Ten melirik ke pintu ruang sebelah yang setahunya juga ditempati oleh tamu dari negeri sebrang. Ten tidak kenal tamu itu siapa, tapi yang membuat Ten bingung adalah didepan ruangannya tidak ada pelayan atau pengawal atau apapun, begitu juga dengan deretan kamar-kamar yang lain.


"Baik, tolong besok antarkan aku ke ruangannya, sekarang kau istirahat saja, tidak perlu menunggu disini" ucap Ten, tidak enak hati untuk mengusirnya.


"Baik tuan"


Ten kembali masuk ke kamar lalu menutup pintu.


Tapi batinnya bertanya-tanya.. apakah perempuan itu akan benar-benar pergi sesuai perintahnya?


Ten memang tidak bisa mendengar langkahan kaki karena ruangan ini begitu tertutup, tapi dia bisa melihat bayangan dari celah bawah pintu, sang pelayan masih disana.


Ten menunggu dengan sabar beberapa saat. Bayangan itu tidak berpindah. Sama sekali tidak bergerak. Dengan geram, Ten kembali membuka pintu, berniat hendak melontarkan beberapa kalimat protes pada si pelayan karena sudah mengganggu privasinya.


Tapi begitu ia sudah membuka pintu.



Sang pelayan tidak ada.




MOON Volume 2 - LOONACITY Version || NCT WAYV LOONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang