Felix keluar dari mobil dengan gayanya yang angkuh—seperti biasa. Dia menatap gedung tua di hadapannya sejenak. Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia langsung masuk. Menendang pintu tersebut dengan kuat, sehingga menimbulkan dentuman keras—memberi kode pada Davis Schneider bahwa dia sudah datang.
Lima anak buah Felix, mengekorinya dari belakang sambil menodong senjata ke segala arah, mewanti-wanti jika ada orang-orang Davis yang menyerang mereka secara mendadak. Jalan bangunan ini berliku-liku layaknya labirin, tapi Felix sudah tahu di mana jalannya dan hafal dengan setiap ruangan yang ada di bangunan tua ini. Jebakan yang payah, pikirnya.
Felix menendang pintu di depan. Kali ini ada hal menarik yang dia temukan, puluhan orang yang sedang bekerja di sana langsung berhenti dan menatap ke arahnya. Felix memang tidak memakai topeng silikon seperti biasa, dia memakai masker yang menutupi sebagian wajahnya.
“Well, di mana bajingan itu—pemimpin kalian?” tanya Felix, dengan serentak orang-orang di sana langsung mengarahkan senjata ke arah Felix.
Puluhan peluru dilepaskan dan mengenai badan Felix, begitu juga anak buahnya yang lain. Namun, tidak tembus sama sekali. Baju anti pelurunya sudah semakin canggih dan dikembangkan lebih lanjut, sejak insiden Vladimir delapan tahun yang lalu. Davis Schneider memiliki salah satunya dan Felix harus mengambil benda itu kembali. Tidak akan dia biarkan siapapun mendapatkannya.
Felix menatap peluru-peluru yang jatuh di atas kakinya. Dia kembali menatap orang-orang di sana dengan santai. Seharusnya mereka menembak kepalanya, tapi dipastikan tidak akan kena.
“Benar-benar melelahkan.” gumam Felix.
Langsung saja Felix menembak setiap orang yang ada di sana tanpa ampun, begitupun anak buahnya yang lain. Senjata yang dibawanya dapat mengisi maksimal ratusan peluru, tidak akan cepat habis. Orang-orang di sana, berusaha menembak kepalanya, tapi selalu meleset. Felix dengan otak jeniusnya tidak akan mudah kalah, dia sangat fokus.
Letusan terakhir terdengar dan orang-orang tersebut tumbang semuanya. Felix melanjutkan langkahnya, menendang pintu yang satunya lagi, lalu masuk. Ruangan tersebut diterangi cahaya merah, dipenuhi foto-foto yang tergantung dimana-mana dan ratusan dokumen yang berserakan di atas meja.
“Hasil curiannya cukup banyak, tapi di mana bajingan itu?” tanya Felix sambil terkekeh.
Tatapan tajam Felix menatap sekeliling—menulusuri ruangan tersebut tanpa meninggalkan celah sedikitpun. Aura membunuhnya sangat kental. Felix sang psychopath yang mengerikan telah kembali. Dia mulai suka menyiksa lawannya dan memberikan kematian perlahan-lahan pada mereka. Tidak seperti sebelumnya, dia akan langsung menembak mati kalau sedang tidak mood.
Tatapan tajam Felix tertuju pada satu pintu lagi yang ternyata dihalangi oleh sebuah lemari besar. Dia menendang benda besar tersebut hingga roboh. Anak buahnya siap siaga berdiri di belakang, sambil menodongkan pistol pada apapun yang ada di balik pintu nanti.
Felix menendang pintu tersebut dengan sekuat tenaga, hingga roboh. Felix akhirnya menemukan apa yang diinginkannya. Davis Schneider berada di sana, terlihat sedang mengemas barang-barangnya—bersiap untuk pergi. Sayangnya terlalu lambat, karena pemimpin Darkest Clan sudah berdiri dengan nyata di sana.
“Davis Schneider,” panggil Felix santai, menurunkan senjatanya. Dia berjalan pelan menghampiri pria itu sambil menatap isi ruangan.
Felix cukup takjub melihat semua benda yang ada di sini. Dia menemukan beberapa perhiasan, alat-alat pelacak, komputer, laptop, senjata dengan model canggih dan masih banyak lagi—semuanya merupakan hasil curian.
Felix kembali menoleh ke arah Davis yang sudah memasukkan seluruh barang pentingnya ke dalam tas dan lebih menariknya lagi, Felix melihat bajingan itu sedang memakai baju anti pelurunya. Berani sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath's Obsession
Romance{OPEN PO 12-25 Desember 2022} Rasa suka, cinta, dan obsesi berbeda. Bagaimana kalau obsesi? Hal paling mengerikan dibandingkan apapun. Kau akan melakukan apa saja untuk menjadikan obsesi tersebut menjadi milikmu selamanya. Thomas Reynalds meng...