'Tak ada yang salah dari perasaan. Hanya saja, Tuhan tak membiarkan kita untuk berjuang. Itulah yang paling menyakitkan. Melepaskan dan harus mengikhlaskan.'
______
Wanita itu merapikan gaun yang dikenakannya. Malam ini dia ingin tampil sangat cantik di depan pria yang sangat dia cintai selama hampir 8 tahun. Satu-satunya pria yang menjadi kekasih serta cinta pertamanya.
Hari ini kekasihnya mengajaknya untuk menghadiri acara pernikahan salah satu sahabatnya. Itu berarti hanya tinggal pria itu saja yang masih belum menikah. Padahal usianya sudah menginjak 28 tahun. Bahkan sejak awal lima dari enam sahabat itu menggadang-gadang bahwa dia yang akan menikah duluan, mengingat seberapa lama hubungan yang terjalin.
Tapi sayangnya apa yang diharapkan terkadang tidak selaras akan kenyataan. Kita memang memiliki segudang rencana indah. Tapi perihal keputusan tetaplah semesta yang menentukannya. Begitu juga hubungan Laisha dan juga Tian.
"Hai!" sapa Laisha saat akhirnya menemukan keberadaan kekasihnya di dalam ballroom hotel dengan beberapa orang yang sudah tidak asing lagi di mata Laisha.
Tian tersenyum, mencium pipi Laisha tanpa canggung yang langsung disoraki oleh kawan-kawannya. Sedang para istri mereka hanya bisa tersenyum sambil memukuli suaminya agar tidak menggoda Laisha dan Tian.
"Jadi, kapan kalian nyusul? Yang terakhir nih. Atau jangan-jangan udah nentuin tanggal?"
"Kalian tenang saja. Akan aku pastikan undangan sampai di tangan kalian masing-masing," kata Tian seraya tersenyum memandangi wajah Laisha yang sangat cantik malam ini. "Iya, kan, Sayang?" tambahnya lagi. Laisha hanya bisa tersenyum menjawabnya. Lebih tepatnya senyum menutupi kegetiran hatinya akan apa yang terjadi nanti.
Mungkin di mata semua wanita seharusnya Laisha bersyukur mendapatkan Tian. Dia adalah pria baik yang hanya akan menjaga hatinya untuk satu wanita yang dicintainya. Semuanya terbukti sampai di hubungan mereka yang yang sudah menginjak delapan tahun lebih dua bulan. Tian tidak pernah sekalipun mengkhianatinya. Setiap kali dia pergi bersama rekan kerja atau teman-teman kuliahnya dulu, Tian selalu mengabarinya. Paling-paling mereka bertengkar hanya karena masalah sepele.
Sebaik-baiknya Tian, dia tetaplah laki-laki yang memiliki rasa cemburu besar. Apalagi melihat Laisha yang semakin hari semakin berubah menjadi wanita seutuhnya. Cantik dan begitu menarik. Sangat berbeda ketika pertama kali mereka berkenalan. Laisha cenderung cuek dan tomboy akan penampilannya.
———
Setelah selesai mengucapkan selamat pada pengantin dan juga sesi foto bersama. Laisha memilih untuk pamit pulang. Waktu malamnya terbatas. Ia hanya bisa mendapat izin keluar dari orang tuanya sampai jam sepuluh malam saja. Hidup Laisha tidak sebebas wanita dewasa pada umumnya. Namun Laisha tetap mensyukurinya karena dengan aturan-aturan dari kedua orang tuanya, Laisha bisa menjaga diri dengan baik sampai di usianya yang menginjak 27 tahun.
Tian melepaskan jas miliknya, memakaikannya pada pundak Laisha.
"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Tian ketika Lift terbuka. Laisha masuk lebih dulu, disusul dirinya dan juga beberapa tamu lain yang kebetulan berniat pulang juga.Melihat isi lift yang cukup padat, Tian pun menarik Laisa untuk berdiri di sudut kanan Lift dengan dirinya yang mengelilingi Laisha. "Kamu membuatku tertutupi," bisik Laisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan sekali saja
RomanceBagi Laisha, setiap waktu yang dilaluinya adalah berharga. Begitupula 8 tahun yang sudah dia habiskan untuk menjalin hubungan bersama Tian-kekasihnya. Saat segala mimpi dan harapan-harapan telah terajut begitu manis dan indahnya, kenyataannya segala...