7 tahuun yang lalu ...
"Tian!"
Tian yang tengah fokus dengan buku bacaannya pun hanya bisa berdehem. Keduanya tengah berada di taman kampus. Tepatnya di atas bangku yang diatapi oleh pohon besar sehingga membuat udara sekitar cukup sejuk karena daunnya yang rindang.
"Kenapa kamu menyukaiku?" Satu pertanyaan yang untuk pertama kalinya berani dia utarakan kepada kekasihnya. Pertanyaan yang sejak awal hubungan sangat ingin dia tanyakan. Kenapa dari sekian ribu wanita cantik di kampus, Tian malah menyukainya? Setahu Laisha, mantan Tian walau hanya segelintir bisa dikatakan standarisasi para mahasiswa kampus.
"Karena nama kamu Laisha."
"Ada banyak wanita yang memiliki nama Laisha di kampus ini. Kenapa kamu memilih aku?"
"Karena nama Laisha yang kusayangi adalah wanita di hadapanku."
Laisha semakin sebal, sedari tadi Tian menjawab tapi tidak pernah memandangnya. Hanya fokus pada buku bacaannya.
"Aku gak percaya."
"Kenapa?"
"Kamu mengatakannya tanpa memandangku."
"Kamu marah?"
"Kamu gak bisa mengerti?"
"Ini. Aku sedang bertanya untuk memastikan."
"Iya. Aku marah."
"Oh...." Tian kembali fokus pada bukunya.
"TIAN!"
"Iya, Sayang?"
"Aku marah. Seharusnya kamu minta maaf atau mencari cara untuk merayuku. Kamu beneran cinta sama aku gak, sih?"
"Jadi kamu marah supaya aku merayu kamu?"
"Gak."
"Terus?"
Mendapat respon seperti itu, Laisha semakin dongkol dan berniat pergi meninggalkan Tian. Tapi langkahnya tertahan karena Tian menangkap tangannya.
"Duduk. Tunggu dulu. Aku akan mencari kata-kata untuk merayu kamu."
Laisha pun menurut dan duduk kembali.
Selama beberapa menit berlalu dia masih menunggu Tian yang semakin fokus dengan buku bacaannya. Sampai sepuluh menit berlalu tidak ada tanda-tanda jika Tian menemukan kata-kata rayuan.
"Tian sudah sepuluh menit. Masih belum ketemu?"
"Belum."
"Sebenarnya apa sih yang sedang kamu baca?"
"Buku Arsitektur."
"Ish, Tian!"
Tian tertawa, semakin membuat Laisha kesal padanya. Dengan sebal, Laisha memukulinya lalu pergi meninggalkannya dengan ekspresi marah yang menurut Tian lucu.
"Nona berkemeja putih!"
Laisha masih enggan meladeni panggilan Tian. Ia tetap melanjutkan langkahnya—mengabaikan apapun yang Tian katakan.
"Kamu lihat wanita berkemeja putih Itu? Dia menanyakan kepadaku apa alasan aku menyukainya. Menurutmu kenapa?" Laisha membalikan badan—melotot tidak percaya atas kelakuan Tian yang memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan sekali saja
RomanceBagi Laisha, setiap waktu yang dilaluinya adalah berharga. Begitupula 8 tahun yang sudah dia habiskan untuk menjalin hubungan bersama Tian-kekasihnya. Saat segala mimpi dan harapan-harapan telah terajut begitu manis dan indahnya, kenyataannya segala...