PART 15 KEGUGUPAN

2.9K 132 5
                                    

Vote 150 komentar banyak aku up
Kali yang mau tau kelanjutannya silahkan vote dan komennya

Selamat membaca 😊

Sisil sampai di depan rumah bernuasan putih yang elegan serta gerbang hitam menjulang tinggi, terdapat dua mobil mewah yang terparkir di sana mungkin papanya datang, tapi itu bukan mobilnya lalu siapa yang didalam.

Tin tin Sisil menyembunyikan klaksonnya dengan cepat mang Ujang membuka gerbang lebar - lebar untuk majikannya yang sangat ia sayangi.

Sisil menghampiri mang Ujang yang sedang menutup gerbang rumah.

" Mang Ujang " panggil Sisil

" Iya non "_mang Ujang

" Kalau ada paket ban motor, bawa ke dalam rumah " perintah Sisil

" Siap non " _mang Ujang

" Oke, Sisil masuk ke dalam dulu ya mang " pamit Sisil

Sisil berjalan masuk ke pintu rumah dan ia melihat salah satu mobil yang membuat dirinya bertanya - tanya " apa pacarnya abang kali ya ? Tapi mana mungkin Abang sebleng kaya dia disukai ama cewe " Tanya batin Sisil

Sisil membuka pintu sambil berteriak, " abaaang Sisil pulang, di depan ada mobil or_ " teriak Sisil langsung berhenti begitu saja karena menampilkan dua orang wanita yang sedang berbincang - bincang dengan vino dan menatap ke arahnya.

Sisil hanya memberikan cengiran sehingga menampilkan gigi putihnya, dan langsung menghampiri mereka yang masih menatap gerak - geriknya.

" Gilee langsung nyantol aja tuh cewe, dasar abang kamvret playboynya bikin gue darting, kemaren bawa cewe nah sekarang bawa lagi malah jadi dua gile " batin sisil

" Hai sil " sapa syina

" Hai juga kak " balas Sisil dengan senyuman manis. Iya tau karena vino telah memberitahu tentang syina waktu di dalam foto.

" Kak syina ya,sama siapa ? " Tanya Sisil

" Oh ini temennya abang lo sil, kenalin ini Widya " jawab syina Sisil mengangguk tanda mengerti.

" Hai kak gue Sisil " _sisil

" Widya " balasnya

Sisil duduk disamping vino yang masih menatapnya dengan intens tanpa ada sepatah kata pun yang keluar.

" Kak Abang kenapa kok mata kaya gitu ya ? " Tanya Sisil

Mereka menggeleng dengan kompak, tanda ia tak mengerti

" Habis dari mana ? " Tanya vino yang masih menatapnya dengan tajam.

Sisil memutar bola matanya dengan malas, karena abangnya ini sangatlah prosesive pada dirinya, bukan apa - apa tapi vino takut kehilangan Sisil, baginya sangatlah berharga dalam hidupnya melebihi nyawanya sendiri.

" Ck lah bang, santuy dikit napa, datang - datang langsung ngegas aja emang gue motor apa " elak sisil

Vino menghembuskan napasnya dengan kasar, sebenarnya ia telah jengkel dengan sikap Sisil ini, ia mencoba untuk lebih tenang dan lembut.

" Sisil Abang nanya sama kamu, habis dari mana ? " Tanya vino dengan lembut

" Abang Sisil itu, beli ban motor pulang sekolah habisnya yang belakang udah jelek, tapi jangan bilang sama mama, papa ya bang , kak " jawab Sisil

" Hadeeeh dasar bocah nggak lupa waktu apa " _vino

" Maaf bang, Sisil juga nggak minta duit kok ama abang, tapi makasih ya udah ngizinin sisil bawa motor lagi, jadi tambah sayang ama abang " _ucap Sisil dengan nada manjanya dan bersiap - siap memeluk vino, dengan cepat vino menghindar.

" Jangan Deket - deket bau ketek lo , sana mandi terus makan " titah vino

" Nanti aja bang, kan mau ngobrol - ngobrol dulu gitu, ya kan kak " elak Sisil

" Mandi dulu sono " titah vino

" Kagak bang " tolak Sisil

" Oke, paket ban motor kamu yang baru Abang buang ke tong sampah " ancam vino

" Mana muat bang dibuang ke tong sampah, secara karakteristik ban motor itu gede bang, melebihi tong sampah lah, masa Abang kagak tau apa udah kuliah semester 4 lagi " elak sisil

" Yaudah Abang bakar aja tuh " ancam vino

" Jangan lah bang, dapetnya juga susah " elak sisil dengan penuh permohonan

" Sono mandi Lo bau ketek " titah vino

" Iya Abang sebleng, playboy cap kapak " teriak sisil dan langsung pergi ke kamarnya takut kena gerangan lagi

Dua perempuan itu hanya geleng-geleng kepala melihat kakak beradik yang terus bertengkar, tanpa melihat kedua tamu tersebut yang memperhatikannya.

____________________

Sisil kembali keluar kamar dengan badan yang sudah segar, perutnya sudah berdemo meminta untuk diisi oleh makanan, terakhir makan dikantin sekolah bareng Caca, begitu padatnya kegiatan hari ini.

Sisil membawa surat yang diberikan Bu Pani namun ia ragu untuk memberikannya, apalagi ini berhubungan dengan orang tua, sungguh menakutkan.

Apakah abangnya akan marah ? Atau mamah sama papa nya juga nggak mau hadir, karena ulahnya yang suka bikin onar. Membuat dirinya takut, sangatlah takut walau Sisil sebagai ketua geng motor tapi dalam hal ini nyalinya menciut begitu saja.

Sisil turun dari tangga mendapati keluarganya yang sedang berkumpul bersama papanya yang lagi mesra - mesraan sama mamah yang bikin iri sementara vino yang memakan cemilan sambil nonton sinetron azab.

Mungkin teman - teman vino sudah pulang.

Sisil berjalan menghampiri keluarga, dengan gugup seolah olah lidahnya kelu sulit untuk mengucapkan.

" Eeh sisil Lo bawa apaan tuh ? " Tanya vino yang sedang menonton TV dengan santainya serta cemilan yang ada ditangannya. Sementara kedua orangtuanya berbalik melihat kehadiran Sisil dengan membawa amplop

" Eem ini bang dari Bu Pani, katanya orang tua perwakilan harus ke sekolah " jawab Sisil dengan gugup, lalu duduk di sofa yang masih kosong

" Emangnya ada apa sil ? " tanya Mahendra Sisil menggeleng

" Emmm, nggak tau pah" bohong Sisil

Sisil menghembuskan napasnya sedikit kasar lalu menunduk benar saja apa dugaannya, apakah papanya akan marah karena melanggar janji yang telah dibuat. Atau mamahnya yang kecewa dengan sikapnya ?

" Yaudah biar papa aja besok ke sekolah, sekalian ada urusan penting sama dia yang belum papa selesaikan " jawab Mahendra seketika mata Sisil berbinar mendengar jawaban dari Mahendra

" Seriusan pa ? " Tanya Sisil

" Iya serius " jawab Mahendra

" Yeeeey jadi Sisil makin sayang sama papa, tapi kalau ada apa - apa papa jangan marah ya sama sisil " ucap Sisil sambil memeluk Mahendra

" Yaudah makan dulu sana tuh ada SOP ayam, mamah buatin sendiri lo " titah Devi

" Iya mah " jawab Sisil

" Pa papa marah sama Sisil nggak sih ? " Tanya Sisil

" Tergantung " Mahendra

" Kok tergantung kan Sisil butuh kepastian pa " jelas Sisil

" Iya papa nggak akan marah " jawab Mahendra

" Yeeeey papa nggak marah Sisil sayang papa , Sisil makin cinta deh " teriak Sisil sambil berlari ke dapur mengambil makanan

Vino dan Devi hanya geleng-geleng saja melihat Sisil yang hobinya teriak mulu











Hallo teman - teman gimana part ini seru nggak, jangan lupa vote dan komenya dibawah ya, makasih udah baca cerita trapsila see you.

Salam kenal dari autor

TRAPSILA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang