Ruangan VVIP Philadelpia Medical Centre itu begitu sunyi. Hanya bunyi alat pendeteksi detak jantung meningkahi hening.
Tubuh yang tergolek lemah di atas ranjang itu tak bergerak, hanya deru napas halusnya terdengar sayup. Raga itu masih bernyawa, namun sedang bermain meninggalkan dunia. Entah mengembara kemana jiwa dalam raga yang tergolek itu, namun senyuman tipis tertarik sesekali dari sudut bibirnya.
Sudah 3 hari raga itu berdiam diri, menanti jiwanya yang sedang berkelana. Terlalu bahagia mungkin hingga enggan untuk buru-buru kembali pada raganya.Apa yang dipikirkan olehnya ketika secepat peluru itu melesat dia telah berdiri menjadi tameng bagi jiwa lain. Membuat raga lain begitu berhutang budi padanya.
Bradley Caldwell
Adakah penyangkalan tentang kebaikannya dari orang-orang yang dekat dengannya?
Tidak.
Dan Cherry yang baru mengenalnya dalam hitungan bulan. Brad sangat tulus. Sangat istimewa. Manusia yang mudah di jatuhi cinta oleh siapapun.
Kini tergolek, tidak bisa dikatakan lemah. Karena Brad sangat kuat, dan beruntung. Bagai dilingkupi oleh mukjizat. Bagaimana tidak? Peluru yang melesak menembus dadanya, hanya menyisakan beberapa milimeter saja sebelum menembus jantungnya!Hingga dibawa ke Philadelphia Medical Centre, Brad tetap kuat. Membuka mata, meningkahi suara Cherry yang memintanya tetap terjaga. Masih terngiang ucapan Brad sebelum dia tak sadarkan diri di ruang gawat darurat.
"I'm only one call away, everytime you need me." Lirih suara Brad di telinga Cherry sebelum gelap membawanya.
Cherry percaya itu. Brad selalu berusaha ada setiap kali Cherry membutuhkannya. Menyelematkan harinya. Ketika semua abu-abu...dia adalah pria yang selalu berusaha membuatnya berpelangi.
"Bangunlah. Jangan seperti ini...come on." Lirih suara Cherry. Berbisik pada Brad di tepi ranjang.
Brad sangat bijak. Terlalu bijak menyikapi perasaannya yang tertolak.Pintu terbuka, Viktor tampak masuk. Cherry mendongak. Beranjak dari duduknya. Menerima uluran tangan Viktor. Tak lagi menangis. Betapa dia merasa beruntung di kelilingi oleh banyak laki-laki yang bersikap gentleman. Seperti Viktor dan Brad.
Juga Ethan...
Cherry menghela napasnya. Ya...Ethan. Dia melihat Ethan menyeruak keluar dari mobil bersamaan dengan Brad. Mengepakkan tangannya menjadi pelindung bersamaan dengan Brad. Ketika peluru melesak, menumbangkan salah satu pria terdekatnya kini.
Ethan masih sempat menangkap Zach dan Alex agar tidak jatuh ke tanah. Tersungkur menjadi penopang kedua buah hatinya.
Ethan...
Pembatas marah dan sayang itu bagai dunia manusia dan dunia lain. Tipis sekali, seperti berbaur namun di selimuti bias tipis, setipis kulit ari.
"Papa...bagaimana kabar anak-anak hari ini?"
"Baik. Mereka baik. Besok pagi mereka ada jadwal temu dengan psikolog. Temanilah."
Cherry mengangguk. Tetap memeluk sang Ayah yang pasti sangat lelah setelah kejadian penyelamatan itu.
"Brad...aku khawatir padanya, Papa.." Cherry menahan isakannya.
"Dia laki-laki yang kuat. Dia akan bangun. Percayalah."
Cherry mengangguk lagi. Menatap Brad. Mencoba menumbuhkan rasa optimis di hatinya.---------------------------------
Pecundang!
Demi Tuhan...apa yang patut disematkan pada seorang Ethan Leandro sekarang selain seorang pecundang yang tak mampu melindungi keluarganya?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERRY, UNDENIABLE DESIRE (SUDAH TERBIT)
RomancePria 28 tahun bertitel dokter itu bernama Ethan William Leandro. Menjadi saksi bisu pengkhianatan ibunya terhadap ayahnya, membuat dirinya tidak perduli pada cinta. Dia mengabaikan hatinya dan membiarkannya asing pada perasaan itu selama bertahun-ta...