Brad menjalankan mobilnya. Di sampingnya, Cherry menopang dagunya. Menggigit kuku. hal yang Brad tahu sering Cherry lakukan ketika gelisah. Mobil melaju pelan meninggalkan restoran Italia itu.
"Mau menangis?" Brad tersenyum sambil menepuk bahu kanannya. Tangisan yang mati-matian ditahan oleh Cherry, tumpah begitu Brad membuka suara. Cherry meletakkan kepalanya di bahu Brad. Berkali-kali Cherry mengusap air matanya kasar.
"Menangis memang tidak akan menyelesaikan semua tapi...tapi...setidaknya itu membuat lega." Brad menenangkan sambil tetap fokus mengemudikan mobilnya.
"Dia...kelihatan baik-baik saja." Cherry menyeka lagi air matanya.
"Para pria lebih bisa menyembunyikan kehancurannya, Cherry."
Benarkah? Benarkah Ethan sehancur dirinya?
Cherry menghela napas panjang. Mengusap perutnya pelan. Bayi dalam perutnya sudah mulai aktif bergerak. Bayi perempuan yang entah diakui atau tidak oleh Ayahnya? Cherry melihat wajah Ethan begitu datar, bahkan ketika dia sudah melihat kondisi Cherry yang nyata-nyata sedang mengandung.Satu hal lagi...Ethan terlihat bahagia dengan perempuan yang bergelayut manja di lengannya.
Cemburu? Iya...Cherry cemburu! Mungkin rasanya bagaikan luka yang tersiram air jeruk. Pedih itu pasti.Cherry mengangkat kepalanya. Menatap gerai es krim yang ada di kiri jalan menuju rumah Brad. Cherry menelan ludahnya. Diam. Brad tertawa melihat tingkah Cherry yang melihat kedai es krim bagai melihat sebongkah berlian. Brad membelokkan mobilnya masuk ke halaman parkir kedai es. Cherry tersenyum. Brad selalu tahu apa yang dia mau.
"Ayo, turunlah. Kita akan bersenang-senang di dalam." Brad membukakan pintu untuk Cherry.
Cherry turun dari mobil dan melangkah masuk ke gerai es krim. Matanya jeli melihat-lihat sederetan es krim beraneka rasa. Mulutnya bersemangat menyebutkan pilihan rasa yang ingin dia pesan.Brad yang mengikuti di belakang, Cherry mengernyitkan alisnya. Heran dengan pesanan Cherry yang sangat luar biasa. Luar biasa banyak dan beraneka rasa. Waiter yang melayani hanya bisa tersenyum maklum karena tahu Cherry sedang hamil. Mereka duduk di kursi dekat dengan jendela. Sinar matahari menerobos kaca. Tidak terlalu panas, hangat. Seorang waiter datang membawa pesanan Cherry. Brad terbelalak dengan porsi es krim di hadapannya.
"Apa kamu sanggup menghabiskan ini semua?" Brad tertawa sambil menunjuk semua es krim itu.
Cherry termenung. Keceriaannya hilang, menguap entah kemana. Matanya sayu menatap es krim di depannya. Matanya mulai berkabut."Zach dan Alex menyukai kombinasi rasa ini?" Brad bertanya pelan sambil mengusap punggung tangan Cherry. Cherry mendongak. Brad selalu tahu apa yang dipikirkannya. Cherry mengangguk. Zach dan Alex saling melengkapi. Zach suka rasa coklat dan Alex suka dengan rasa vanilla. Zach suka stroberi dan Alex menyukai rasa mocca. Selalu bisa di pastikan, pesanan mereka pasti akan habis bersih. Tangisan Cherry tumpah mengingat betapa pintar kedua buah hatinya.
"Makanlah...agar adik Zach dan Alex tahu kesukaan kedua kakaknya." Brad mengedipkan sebelah matanya.
Cherry tertawa. Brad selalu tahu caranya menghibur. Benar. Stephanie Rose Leandro, bayi perempuan dalam kandungannya harus mengenal kesukaan kedua kakaknya. Cherry tersenyum membayangkan betapa cantik nama yang dipilih Ethan bila kelak Cherry hamil anak perempuan. Nama yang dipilih jauh hari sebelum Cherry hamil.
"Baiklah!" Cherry tertawa dan mulai menyendokkan es krim ke mulutnya. Brad mengikuti. Menikmati sensasi dingin di tenggorokannya. Tak menghiraukan tatapan kagum para wanita yang ada di gerai es krim itu. Membuat Cherry melupakan kesedihannya adalah prioritasnya sekarang.
Setelah tiga puluh menit di gerai es krim mereka keluar. Brad membuka pintu. Keduanya keluar menuju tempat parkir. Melangkah cepat. Tak menghiraukan sekeliling. Juga tak menghiraukan seorang pria dengan kamera yang mengarahkan kameranya ke arah mereka dari sebuah halte di seberang jalan. Mengambil gambar mereka dari beberapa sudut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERRY, UNDENIABLE DESIRE (SUDAH TERBIT)
RomancePria 28 tahun bertitel dokter itu bernama Ethan William Leandro. Menjadi saksi bisu pengkhianatan ibunya terhadap ayahnya, membuat dirinya tidak perduli pada cinta. Dia mengabaikan hatinya dan membiarkannya asing pada perasaan itu selama bertahun-ta...