Powerbank

1K 104 2
                                    

Kecanggungan antara Jevin dan Salsa masih belum juga menghilang sejak tiga puluh menit yang lalu. Sejak tadi Salsa sudah duduk tak nyaman disofa apartment Jevin sambil menundukkan kepalanya.

Hembusan nafas pelan keluar dari mulut Jevin, ia mendekatkan dirinya pada Salsa lalu mengusap lembut kepala Salsa.

"Are you regret it?" tanya Jevin pelan.

Salsa mendongak lalu menggeleng cepat, "Aku belom sikat gigi tau! Main nyosor aja sih!"

Jevin terkekeh, "Kalo bilang dulu mau ngapain?"

"Sikat gigi dululah! Kan bau, Ju!" rengek Salsa.

Tak bisa lagi menahan tawanya, Jevin akhirnya tertawa renyah sambil mengacak puncak kepala Salsa gemas.

Puas tertawa, Jevin bangkit dari duduknya, "Aku mandi duluan."

***

Salsa yang tengah mengitari ruangan apartment Jevin menghentikan langkahnya ketika melihat sebuah proyektor yang sudah berdebu tergeletak disudut ruangan. Mata Salsa otomatis berbinar saat mengetahui proyektor itu masih dapat berfungsi dengan baik.

"Ngapain?" tanya Jevin yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Nonton yuk!" ajak Salsa sambil menyodorkan proyektornya.

Jevin melirik jam dinding, "Udah malem."

Salsa menggeleng tegas, "Besok aku libur."

"Aku enggak."

Bibir Salsa kini mengubah arah lengkungannya ke bawah, "Yaudah aku nonton sendirian aja."

Merasa gemas sendiri, Jevin menyentil kening Salsa lalu mengambil proyektornya, "Sana mandi!"

Senyum kemenangan terukir di bibir Salsa, ia berlari untuk segera mandi lalu berteriak "Aku pinjem baju!"

Jevin menggeleng heran lalu mempersiapkan segala keperluan untuk mereka menonton nanti.

Lima belas menit berlalu, Salsa datang dan mendudukkan dirinya disebelah Jevin. Jevin memerhatikan bajunya yang dikenakan Salsa.

Sadar dirinya sedang menjadi objek, Salsa menoleh lalu nyengir kuda kearah Jevin, "Pake baju kamu enak, berasa dipeluk. Bau kamu enak banget!" sahut Salsa sambil menciumi wangi baju yang ia kenakan.

"Lebay."

Salsa hanya mendengus kesal atas respon Jevin yang tidak sesuai ekspetasinya. Ia kemudian bangkit dan memilih film yang akan mereka tonton.

"Jangan romance!" peringat Jevin.

"Romance sekaliiii aja, ya?" mohon Salsa.

Jevin bangkit dari duduknya lalu berdiri dihadapan Salsa, "Bangun."

Kening Salsa mengerut, "Mau ngapain?"

"Bangun,"

Salsa menurut, ia berdiri disebelah Jevin. Dengan santai Jevin duduk ditempat yang tadi Salsa duduki lalu membuka kakinya lebar lebar. Ia menarik Salsa untuk duduk diantara kedua kakinya lalu memeluk Salsa erat dari belakang sambil meletakan kepalanya diceruk leher Salsa.

Tangan Salsa mengusap pelan puncak kepala Jevin lalu terkekeh, "Aku lupa kamu habis ada operasi. Tidur aja, Ju."

Jevin menggeleng.

Salsa semakin terkekeh, sifat manja Jevin belakangan ini memang sering muncul. Jevin biasanya akan bersikap seperti ini saat kelelahan dan cemburu.

Seperti saat pertama kali Jevin mengantar Salsa bekerja dan mendapati Dani mengusap puncak kepala Salsa dengan lembut, wajah Jevin mendadak berubah dan sore harinya Jevin langsung bersikap seperti saat ini. Memeluknya tanpa membiarkan Salsa kemana mana.

Film sudah berjalan selama tiga puluh menit, dan Salsa tau Jevin sama sekali tidak menonton filmnya. Jevin hanya diam sambil tetap memeluk Salsa erat.

"Ju," panggil Salsa.

Jevin berdehem.

"Tentang Nathan,," Salsa menjeda ucapannya "gimana?"

Jevin mengangkat kepalanya, "Terserah."

Salsa mendengus kesal, "Ini aku lagi minta saran."

"I trust you, Sa."

Salsq tersenyum kecil, "Makasih untuk lebih milih denger penjelasan aku dibanding diam lalu pergi."

Jevin mengangguk, "Makasih untuk nggak bohong."

Untuk menyelesaikan masalah dalam suatu hubungan bukan dengan diam dan bersikap seolah semuanya baik baik saja lalu pergi saat tak kuasa berpura pura.

Bukan juga dengan berbohong untuk membuat semuanya seolah tetap baik baik saja.

Kita perlu berdebat, emosi, lalu berdamai dengan hati yang lapang. Kita perlu kejujuran, komunikasi, dan kepercayaan.

Salsa dan Jevin telah sama sama belajar akan pentingnya perdebatan.

***

Salsa membuka mata dengan tangan Jevin yang masih melingkar dipinggangnya. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, ia mengangkat tangan Jevin perlahan lalu bangkit dari sofa yang mereka gunakan untuk tidur semalam. Lebih tepatnya ketiduran.

Salsa menuju ke dapur lalu membuka kulkas, mencari sesuatu untuk ia masak. Puas menjelajahi isi kulkas, ia mulai beratraksi didapur.

"Masak apa?"

Salsa hampir melempar spatula ditangannya ketika suara seraj Jevin muncul ditelinganya.

"Jangan ngagetin dong!"

"Aku nanya, bukan ngangetin. Kalo ngagetin itu kaya gini," Jevin mengecup singkat pipi Salsa lalu berlari pergi.

"JEVIN!!" teriak Salsa kesal dengan pipi yang merona.

***

Jevin sudah siap dengan kemejanya sedangkan Salsa masih bersantai dengan baju kaos milik Jevin.

"Bener nggak mau ikut?" tanya Jevin.

Salsa menggeleng, "Nanti aku bosen dikamtor kamu."

Jevin sejak tadi terus bertanya tentang itu. Mana mau Salsa mati kebosanan menunggu Jevin bekerja?

Jevib menyodorkan sebuah benda persegi yang cukup besar.

"Powerbank?" tanya Salsa heran.

"HP kamu sering lowbat kalo ditelfon. Pake nih! Jangan suka bikin panik!" dengus Jevin jengkel.

Salsa terkikik geli, "Iyaiya makasih ya."

Jevin mengusap puncak kepala Salsa lembut, "Jangan pulang dulu."

Salsa mengangguk, "Iya."

Dengan tenang Jevin mengecup sekilas kening Salsa lalu beranjak pergi.

Kenapa Jevin jadi nyosor gini sih?!? batin Salsa.


Here we go!
Thanks for read!
Love you guys!

CUDDLES : The Warmest Hug Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang