Akhir yang Bukan Akhir.

1.7K 112 7
                                    

Kepala Salsa serasa ingin meledak ketika mendapati Jevin yang masih dengan santai duduk di apartment-nya memakai kaus oblong dan celana pendek.

"Kamu jadi ngajak jalan nggak sih?" tanya Salsa kesal.

"Jadi."

"Terus kenapa belum siap siap? Aku udah bilang OTW sama kamu daritadi kan?"

Jevin hanya mengedikkan bahunya, "Yaudah, duluan aja."

Salsa benar benar tidak habis pikir. Seminggu ini Jevin benar benar membuatnya curiga. Jevin jadi jarang mengantar-jemputnya sepulang bekerja. Mereka juga jarang menghabiskan waktu bersama.

Salsa sampai punya pikiran bahwa Jevin punya perempuan lain. Namun belum sempat memikirkannya lebih jauh, Salsa tiba tiba mengingat kenyataan tentang sifat Jevin yang cuek.

Mana ada yang kuat sama dia selain gue, batin Salsa.

Dengan langkah kesal, Salsa berjalan meninggalkan Jevin menuju tempat yang katanya sudah dipesan Jevin sambil mengumpat.

Dalam perjalanan menuju basement, bibir Salsa terus menggerutu kesal. Belum lagi saat mobilnya bergerak menuju tempat pesanan Jevin, sebuah mobil hitam dibelakangnya terus terusan mengikutinya.

"Itu mobil siapa sih? Ngikutin gue?"

Bahkan sampai Salsa memasuki restaurant berbintang pun mobil hitam itu masih mengikutinya.

Salsa berusaha berpikir positif. Ia melangkahkan kakinya memasuki restaurant itu dan menunggu dimeja pesanan Jevin.

Dua jam berlalu, Salsa masih setia menunggu. Sambil berpikir selama apa Jevin bersiap siap. Mungkin Jevin sedang menyiapkan surprise anniversary mereka?

Sampai lima jam menunggu, Salsa masih tidak melihat tanda tanda kedatangan Jevin. Saat ia berdiri untuk pulang, sebuah tangan menarik tangannya.

"Nathan?!" pekik Salsa ketika menyadari pria yang sedang menarik tangannya adalah Nathan.

Nathan tersenyum tipis, "Apa kabar?"

Salsa mengangguk antusias, "Baik. Lo?"

Nathan mengangguk juga, "Duduk, Sa."

Salsa yang hendak pergi kini mengembalikan pantatnya ke kursi itu.

Dengan perasaan kesal yang masih didasar hati Salsa akhirnya membicarakan banyak hal pada Nathan.

***

Salsa melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "Nath, udah jam delapan. Gue kayaknya harus balik deh."

Nathan mengangguk dan membiarkan Salsa pergi.

Tepat saat Salsa bangkit, Nathan memanggil Salsa, "Selamat ya, Sa."

Salsa mengerutkan dahi, "Maksud lo?"

Nathan menggeleng, "Hati hati."

Salsa mengangguk lalu berlalu pergi.

Tujuan Salsa saat ini bukan rumahnya. Tapi apartment Jevin. Ia akan membantai Jevin habis habisan.

Saat sampai pada lantai apartmen Jevin, ia langsung melepas high heels-nya dan berlari membuka pintu apartment Jevin. Saat pintu itu terbuka, hanya ada kegelapan.

Kemana Jevin?

Saat Salsa melangkahkan kakinya, lampu apartment Jevin menyala. Menampilkan Jevin dengan buket bunga mawar raksasa disebelahnya. Dibelakangnya tersusun rapi berbagai hidangan dan lilin lilin cantik.

Saat Salsa masih belum bisa bicara sama sekali, Jevin dengan polosnya berucap, "Nikah sama aku yuk, Sa?"

Kalimat Jevin membuat air mata Salsa benar benar menetes.

Beberapa menit kemudian Salsa tersadar, "Kenapa kamu sendirian?"

Dan disana Jevin hanya nyengir polos.

Saat itupun Salsa tahu, bahwa Jevinnya tidak pernah berubah.

Sambil menganggukkan kepala yakin, Salsa berteriak , "Yuk nikah!"

End


Udahhhh segitu ajaa
Jangan lupa baca cerita aku yang satunya yaaa!!
Makasih udah ngikutin cerita ini dari awal
Love you guysss!!! <3

CUDDLES : The Warmest Hug Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang