[Hopes]

891 35 0
                                    

Hai semua!
Aku mau ngumumim cerita baru aku.
Kali ini topiknya sedikit lebih berat.

Aku akan kasih sedikit cuplikan dari cerita baru aku ini. Udah ada dua part! Ayo dicek dulu! :))

Judul : Hopes

Aurora Patricia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aurora Patricia

Harapan.

Harapan bisa mendatangkan banyak hal, termasuk rasa sakit. Jika menurut kalian tidak, maka terserah. Tapi sejak dulu aku berpikir demikian.

Delapan tahun yang lalu aku mengubur semua harapanku. Benar benar semuanya. Aku nggak lagi pernah berharap berlebihan sama hidup yang saat itu aku jalani. Aku hanya berusaha untuk bertahan hidup dan bersiap mati saat benar benar ditakdirkan.

Kalau penjabaran itu membuatku terdengar begitu menyerah dan menderita, maka bukan.

Aku nggak menderita sama sekali. Aku hanya berhenti berharap.

Mama meninggal delapan tahun yang lalu, saat usiaku lima belas tahun, tepat dihari ulang tahunku. Aku nggak kaget sama sekali, karena mama udah sakit sejak lama dan aku udah cukup mempersiapkan diri.

Saat itu aku cuma kecewa. Kecewa karena harapanku untuk meniup lilin berbentuk angka lima belas bersama mama tidak akan pernah terwujud.

Dua tahun setelah mama meninggal, papa menikah lagi. Aku tau papa mengkhawatirkanku meski selalu kukatakan bahwa aku baik baik saja. Mungkin itulah alasan papa menikah dengan Bunda Risa.

Tidak seperti dongeng bawang putih yang memiliki ibu tiri kejam, Bunda Risa justru ibu yang sangat baik. Dia mengurusku dengan baik bahkan ketika ia melahirkan seorang bayi menggemaskan setahun kemudian.

Tepat setelah aku menginjak usia dua puluh tahun, aku memutuskan untuk nggak lagi tinggal dan bergantung dengan mereka.

Berkali kali mereka memohon agar aku tetap tinggal disana, bersama mereka. Tapi berkali kali pula aku katakan kalau aku akan baik baik saja.

Aku sudah memikirkan banyak hal saat memutuskan hal ini. Selain itu, aku nggak mau jadi orang asing diantara keluarga baru papa meski aku yakin seratus persen mereka nggak pernah menganggapku begitu.

Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya mereka menyetujui keputusanku dengan beberapa syarat. Salah satunya papa akan berkunjung sesering mungkin ketempatku dan akupun menyanggupinya. Lagian, kenapa tidak?

Dengan seluruh uang bekal yang aku tabung sejak ulang tahunku yang ke lima belas tahun dan sedikit tambahan dari papa, aku mendirikan sebuah kedai kopi bergaya vintage dengan dua orang barista, Yuli dan Adit. Mereka hampir seumuran denganku saat itu, aku hanya berselisih dua tahun lebih tua dari Adit dan setahun lebih tua dari Yuli.

Meski nggak besar besar amat, kedai kopi yang kunamai Reditus itu mampu memenuhi segala keperluanku. Belum lagi uang bulanan dari papa yang selalu utuh direkeningku.

Reditus.

Artinya 'pulang' dalam bahasa latin. Alasannya sederhana. Saat itu aku merasa hanya kedai kopi ini yang menjadi tempatku pulang.

Tapi seketika semuanya berubah.
Kini bukan lagi Reditus yang jadi tempatku untuk 'pulang'. Aku yang dulunya nggak pernah menaruh harap akan segala hal kini menemukan kembali sumber harapanku.

Mahesa Praditya.

Gimana??
Habis ini aku akan update dua part terakhir dari Cuddles yaa!!
Stay tuned!

CUDDLES : The Warmest Hug Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang