Avoiding

1.2K 102 2
                                    


Bayu menarik paksa telinga Salsa yang sudah menjerit kesakitan, "Dicariin daritadi, ternyata asik asik selonjoran di taman! Kita udah selesai prepare daritadi!"

Salsa memukul mukul tangan Bayu yang menjewernya agar terlepas dari telinganya, "Aduh! Iya iya lepasin dulu, Yu!"

Bayu akhirnya melepaskan tangannya, "Cepetan! Kita mau bahas sistem mini bioskopnya. Udah ditungguin nih!"

"Gue udah tau, Bego! Kan gue ikut rapat kemarin." Salsa menggerutu.

"Lo itu bendahara, Sa. Sistem bayarnya diubah, makanya ikut!" Bayu sudah geram sendiri akan kelakuan adik kelasnya itu.

"Iya iya, jangan marah marah Abang Bayu ganteng." Salsa menoel noel lengan Bayu.

Bayu memutar bola matanya, "Ada maunya aja begini lo."

Mereka berdua melangkahkan kakinya ke ruang multimedia, sesekali Bayu dan Salsa terlihat beradu mulut namun beberapa kali juga tertawa.

Briefing berjalan lancar. Kini seluruh anggota teater sedang mengetes beberapa film pendek karya mereka agar besok saat ditayangkan tidak ada masalah. Disebelah Salsa, Nathan sedang mengetik sesuatu di laptopnya.

Salsa yang terus menghembuskan nafasnya kasar lalu menguap membuat fokus Nathan teralihkan, "Bosen?" tanya Nathan.

Salsa mengangguk, "Iya, gue kan udah nonton semua filmnya."

"Kalo gitu yuk!" Nathan menarik tangan Salsa ke luar ruang multimedia.

"Kemana?" Salsa baru bertanya saat mereka berjalan di koridor sekolah.

"Ngasih ini," Nathan menunjukkan kertas photo printing yang sejak tadi dibawanya, "Sambil jalan jalan."

Salsa hanya mengangguk, yang penting tidak di ruang multimedia. Namun seketika langkahnya terhenti saat menyadari kemana Nathan membawanya. Kelas Salsa, X IPA 2. Dan yang paling membuatnya menyesal mengikuti Nathan adalah Nathan menarik tangannya ke arah seorang cowok yang sedang duduk bersandar pada tembok sambil memejamkan matanya. Jevin.

Entah kenapa, Salsa merasa sangat ingin menghindari Jevin. Kalau ditanya alasannya, Salsa tidak tahu. Intinya ia hanya ingin menghindar. Tepat saat Salsa dan Nathan berdiri dihadapan Jevin, ponsel Jevin berdering menampilkan nama Farah pada layar ponselnya.

Farah?

Jevin membuka matanya dan terlihat sedikit terkejut saat melihat Nathan dan Salsa yang sudah berdiri dihadapannya. "Tunggu." Katanya. Ia menjawab panggilan diponselnya.

"Apa?"

"..."

"Di sekolah."

"..."

"Bisa. Nanti aku telfon lagi, aku masih ngobrol sama temen."

"..."

"Iya iya."

Sambungan terputus.

Ada yang salah dengan tubuh Salsa. Dadanya terasa panas dan nafasnya tercekat.

Sejak kapan Jevin bisa bicara selembut itu?

"Cewek lo?" tanya Nathan.

Jevun tidak menjawab. Sekilas ia menatap Salsa yang mengalihkan pandangan darinya lalu kembali menoleh pada Nathan, "Kenapa?"

"Nih, dari sekolah. Kasian kalo make kertas foto lo terus."

Jevin mengangguk sekilas lalu menerimanya. Ia menoleh pada Salsa, "Nanti dateng."

Salsa mendongak, "Ngapain?"

"Basket. Besok lo final."

Salsa mengangguk lalu manarik tangan Nathan keluar kelas. Meninggalkan Jevin yang menatapnya lekat.

***

Pukul 16.00 Salsa sudah tiba di rumah Kevin. Terdengar suara kekehan Mika dan pertengkaran Yohan vs Dirga dari kamar Kevin. Tanpa mengetuk Salsa membuka knop pintu dan mendapati Yohan yang ditindih oleh Dimas dan Dirga.

"Sa tolongin gue!" Yohan menatap Salsa memelas.

Salsa menyeringai lalu melemparkan tas selempangnya dan langsung duduk di punggung Dirga, ikut menindih Yohan.

"Salsa bangsat!"

Yang lainnya tertawa keras melihat siksaan yang diterima Yohan. Tawa Salsa terhenti saat melihat Jevin bangkit dan keluar dari kamar Kevin sambil meletakan ponselnya di telinga. 

Tidak lama, Kevin menepuk pundak Salsa, "Bantuin bawa minum di dapur," pinta Kevin.

Salsa mengangguk lalu berjalan mengekori Kevin. Saat berjalan menuju dapur, terdengar tawa seorang cowok dari halaman belakang. Salsa melangkahkan kakinya menuju sumber suara dan mendapati Jevin yang sedang bertelepon sambil tertawa. Sayup sayup Salsa mendengar beberapa kalimat yang diucapkan Jevin.

"Iya harus terbiasa, Far."

Farah yang tadi?

"Makanya balik kesini!"

"Iya."

Lalu Jevin berdecak, "Iya kangen!"

Salsa mematung. Mengingat ucapan Yohan beberapa waktu yang lalu, "Ya enggak lah, Sa. Kita habis nganter bidadarinya Jevin."

Memang kenapa kalau Jevin punya pacar?

Kenapa ada rasa tidak rela?

Salsa menggeleng gelengkan kepalanya, ia kembali ke dapur dan membantu Kevin membawa minuman dan snack untuk yang lain.

***

Salsa men-drible bola basketnya sambil berlari lalu menembakkan bola basketnya ke ring. Dan shoot! Three piont!

Jevin menarik tangan Salsa kasar, sedangkan Salsa menghentakkan tangannya keras agar terlepas dari cekalan Jevin.

"Istirahat!" Jevin menatap Salsa tajam.

Salsa mengusap pergelangan tangannya yang memerah, "Apaan sih?!"

"Berhenti."

Salsa menatap Jevin datar, "Apa?"

"Besok lo tanding." Jevin menatap Salsa tegas.

"Tau. Makanya gue latihan."

"Lo berlebihan."

"Terus kenapa?!" ucap Salsa sedikit membentak.

"Gue nggak mau lo sakit."

Salsa mematung.

Berhenti kayak gini, Jevin.

Salsa menyadarkan dirinya, "Nggak ada urusannya sama lo!" ia lalu beranjak meninggalkan Jevin.

Entah kenapa perasaan Jevin terasa sedikit tersinggung dengan fakta yang dikatakan Salsa. Bahwa Jevin tidak punya urusan dengan Salsa.

Ada apa dengan Jevin?



CUDDLES : The Warmest Hug Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang