Blushing

1.5K 107 1
                                    


Tidak henti hentinya Olin menguap, sekarang pukul 2 dini hari dan Salsa tiba tiba meneleponnya dengan vitur video call sambil senyum senyum tidak jelas.

"Kalo lo nelfon gue jam segini cuma buat senyum senyum nggak jelas, gue blokir lo!" Olin mendelik sebal.

"Kayaknya gue suka Jeju deh, Lin."

Olin mengernyit, "Jeju siapa?"

Senyum Salsa nampak semakin lebar, "Jeju itu Jevin. Jevin Juandra."

Olin melotot, "Belom juga jadi udah pake panggilan sayang aja. Dia mau nggak sama modelan kayak lo?" sahut Olin sedikit mengejek.

"Lo nggak tau aja, Lin. Makanya jangan ke rumah eyang lo lama lama!" sindir Salsa.

Olin terkekeh kecil, "Kan udah balik, Sa."

"Tetep aja!" Salsa mendekatkan wajahnya ke layar, "Gue nggak bisa tidur nih, Lin," kode Salsa

"Nggak! Lo aja sana yang gak bisa tidur, gue mah udah ngantuk."

"Temenin kek," bujuk Salsa.

"NO! Besok gue nemenin bokap gue mancing pagi pagi buta, ntar malah kesiangan gara gara nemenin bocah manja kayak lo," Olin mengangkat laptopnya yang semula ia letakan diatas kasur dan meletakannya di atas meja, "Bye!" Olin langsung memutus panggilan.

Salsa terkekeh saat Olin sudah memutuskan panggilan video mereka. Sedikit merasa bangga karena berhasil membuat Olin kesal ditengah malam.

Salsa menyayangi Olin. Sangat. Dan meskipun tidak terlalu memperlihatkannya, Salsa tau Olin juga sangat menyayanginya. Salsa tidak keberatan jika harus diacuhkan Olin saat ia bercerita tentang hal hal tidak penting yang terjadi dalam hidupnya. Salsa juga tidak masalah ketika diacuhkan Olin saat ia menanyakan hal hal tidak jelas.

Ada sedikit rasa bangga karena dapat membuat seorang Olin—yang bahkan jika diajak bicara oleh seorang guru pun singkat—bicara panjang lebar padanya. Olin, cewek super jutek yang diam diam selalu memperhatikan gerak gerik aneh Salsa. Yang tidak bosan mengomel saat Salsa bersikap berlebihan terhadap apapun. Meski jarang menghabiskan waktu bersama selain di sekolah—karena Olin anak yang super sibuk dengan urusan keluarga dan kurang suka keluar rumah—Salsa tetap sangat bersyukur atas hadirnya Olin sebagai sahabatnya.

***

Deringan ponselnya membuat Salsa yang sedang serius menonton drama korea kesukaanya sedikit terkejut. Dilihatnya id caller yang tertera pada layar ponselnya dan seketika terpekik kecil sambil membulatkan mata. Is berdehem beberapa kali lalu menjawab panggilan pada ponselnya, "Halo?"

"Belum tidur?" Suara berat seseorang diseberang sana menyapu pendengaran Salsa.

Salsa menggeleng meski tahu Jevin tidak akan melihat gelengannya, "Belum."

"Kenapa?"

"Belum ngantuk."

"Ini udah jam tiga pagi, Sa."

"Gue nggak ngantuk, Jeju. Lagian gue juga lagi ngabisin drakor gue. Tinggal dua episode, nanggung banget," rengek Salsa.

"Tidur atau gue kesana sekarang?" Jevin terdengar bersungguh sungguh.

Salsa tertawa renyah, "Ini itu jam tiga pagi, Ju. Nggak mungkin lo bisa ke rumah gue."

"Terserah." Jevin memutus panggilannya sepihak sedangkan Salsa hanya terkekeh lalu kembali melanjutkan drama koreanya sambil sesekali mengunyah snack dipangkuannya.

Sekitar dua puluh menit berlalu, ponsel Salsa kembali berdering dengan id caller yang sama. Padahal jika sedang menonton drama korea kesukaanya seperti saat ini, Salsa benar benar benci diganggu. Ia akan memblokir kontak siapa saja yang mengganggunya. Lalu kenapa sekarang ia malah merasa senang? Tak henti hentinya Salsa tersenyum sambil mengangkat panggilan di ponselnya.

"Kenapa lagi, Jeju?" sahut Salsa gemas.

"Keluar," Jevin memutuskan panggilannya setelah mengucapkan satu kata itu.

Salsa melotot terkejut, ia segera bangkit dan menengok keluar rumah melalui jendela kamarnya, "Pangeran gue beneran dateng!"

Buru buru Salsa berlari keluar rumah untuk menemui Jevin yang sedang bersandar pada mobilnya, "Lama," protes Jevin.

Wajah Salsa otomatis mengeluarkan ekspresi galaknya, "Lo aja yang nggak tau diri, bertamu jam segini. Ngapain?"

Jevin menatap Salsa, "Pengen."

Salsa mengernyit, "Gabut?"

Jevin tidak menghiraukan pertanyaan Salsa, ia malah mengusap kepala Salsa lembut, "Tidur, Sa. Keseringan bergadang itu nggak baik."

Blush!

Salsa mematung. Demi Tuhan, kemana hilangnya pasokan oksigen di bumi? Wajah Salsa memerah bertepatan dengan matanya yang membulat sempurna.

Jevin terkekeh kecil melihat tingkah lucu Salsa, "Habis ini matiin laptopnya terus tidur, ya?"

Tiba tiba Salsa merengut kesal, "Gimana bisa tidur kalo lo kayak gini."

Tawa renyah keluar dari bibir Jevin, "Gue balik."

"Lo kesini cuma buat nyuruh gue tidur?"

"Jam sepuluh gue jemput," Jevin mengacuhkan pertanyaan Salsa.

Salsa mengernyit, "Ngapain?"

"Gue balik," Jevin masuk kedalam mobilnya.

"NGGAK SOPAN BANGET ORANG NANYA NGGAK DIJAWAB MULU!" teriak Salsa saat mobil Jevin meninggalkan pekarangan rumah Salsa.

***

Dava menguap dan meregangkan tubuhnya sambil berjalan menuruni tangga. Di dapur terlihat Salsa dan ibunya sedang memasak. Ini hari minggu, Salsa biasa membantu Tina membuat sarapan bahkan camilan. Salsa cukup pandai memasak, bahkan terkadang Dava dan ayahnya, Dedi, saat sedang manja manjanya memintanya untuk memasakan ini itu. Meskipun Tina sedang di rumah saat itu.

Dava berjalan ke dapur sambil mengerling jahil, ia berjinjit untuk meminimalkan suara langkah kakinya. Ia kemudian sampai tepat dibelakang Salsa yang sedang menggoreng ayam. Kemudian,,

"DUAR!!"

Salsa terpekik, tangannya yang hendak membalik ayam spontan melempar spatula yang ia gunakan. Hasilnya, tangan Salsa terkenan cipratan minyak panas di wajannya.

"DAVA!!!" Salsa berlari mengejar Dava yang sudah bersembunyi disamping tubuh ayahnya yang duduk di sofa sambil menonton televisi.

"Nggak sengaja, Sa! Suwer!"

"Nggak sengaja apaan?! Tangan gue sakit nih!"

Dedi yang acara menonton televisinya terganggu akhirnya berdecak sebal, "Masih pagi udah ribut, ganggu orang nonton aja!"

Salsa terbengong saat ayahnya terlihat merajuk, "Papaku yang ganteng, tangan Sasa kena minyak gara gara Dava. Kok malah papa yang ngambek sih?"

Dedi menoleh garang pada Dava lalu menepuk tempat disebelahnya untuk diduduki Salsa, "Sini papa liat."

Salsa tersenyum puas saat Dava terlihat kicep. Ia duduk disamping ayahnya lalu memasang ekspresi tersakiti.

"Papa obatin ya? Nanti biar mama aja yang masak," Dedi bangkit namun ditahan Dava.

"Biar Dava aja, Pa," Dava bangkit untuk mengambil kotak P3K.

Dedi tersenyum, "Kalo gitu papa ke dapur, bantuin mama," sahut Dedi sambil mengerling jahil. Dapat Salsa tebak, sebentar lagi Tina akan berteriak kesal karena acara memasaknya dijajah oleh Dedi yang sama sekali tidak bisa memasak.

Senyum di wajah Salsa tergantikan oleh raut melongo ketika ia melihat tayangan apa yang membuat papanya sampai merajuk seperti tadi. Tayangan kartun dengan spons cuci piring yang bersahabat dengan bintang laut merah jambu. SPONGEBOB SQUARPANTS.

"PAPA SASA MALU!" jerit Salsa otomatis.

CUDDLES : The Warmest Hug Ever!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang