III. Awal yang baik atau buruk?

20 2 4
                                    

Benteng udara raksasa berwarna hitam terlihat megah. Di dalam Titan milik Panglima Valkerij, Tuan Putri tengah bersiap.

Ck-pshhh--

Pintu terbuka menuju lorong panjang.

"Dimas! ", Panggil Tuan Putri kepada Dimas yang telah menunggu di lorong tempat putri akan pergi keluar. Lorong hitam dan kombinasi lampu warna hijau dan putih. Dimas mendengar panggilanya menundukkan kepala.

Putri berjalan mendekati Dimas dengan pelayanan pribadi Putri mengikuti di belakangnya.

"Angkat wajahmu, Dimas", perintah dari Putri Neja.

" Iya", Jawab Dimas dengan tegas.

Dimas melihat Putri, rambutnya dikepang bagian samping kanan dan kiri. Kemudian dilingkarkan di belakang kepalanya. Meninggal poninya yang menutupi alis dan rambut panjang sampai dada yang ada di bagian dekat telinganya. Memakai gaun putih bernuansa kerajaan yang kerahnya menjulang keatas, kalung kerajinan terlihat seperti mutiara dan satu berlian hijau ditengahnya. Melihat putri wajah Dimas memerah.

Seorang pelayan wanita yang lebih tinggi dari Putri Neja berdiri di samping kanannya melipat tangannya ke depan bawah dan membawa tas milik Putri Neja. Dia memakai gaun berwarna hitam dan berkerah putih. Menyudutkan alisnya dan menatap Dimas dengan tajam. Dia menunjukkan sikap yang sangat tidak menyukainya.

"Hari bagi kita untuk mengucapkan salam perpisahan telah tiba", kata Putri kepada Dimas. Membuat hati Dimas sedikit sedih.

"Sekarang aku akan turun ke Bumi untuk melaksanakan misi perdamaianku", setelah mengatakan itu. Putri Neja mendekat ke Dimas. Langkah kakinya terdengar menggema sampai ujung lorong.

Putri Neja memegang kedua tangan Dimas dan menatap wajah Dimas, "Macam-macam pengetahuan yang telah kamu ajarkan padaku pasti akan berguna. "

Dimas terlihat menaikkan alisnya, wajah sedih terlihat. "Umm... Apakah ini nantinya tidak berbahaya? ". Dimas mengatakannya dengan intonasi yang agak rendah.

"Kita tidak boleh jatuh dalam ketakutan", kata yang sangat tegas dari Putri, tapi sepertinya Putri Neja salah paham lagi dengan apa yang dimaksud Dimas. Pelayan Putri Neja mendekat di samping Putri dan terus menatap Dimas.

"Saat ini, seseorang harus berani melakukan langkah pertama demi perdamaian antara Bumi dengan Mars", intonasi yang tegas membuat wajah Dimas kembali normal.

"Tuan Putri... ", Dimas benar-benar mengkhawatirkan Putri.

Dimas menutup mata, dia sudah membulatkan tekadnya. Dia tidak ingin menjadi penghalang Tuan Putri. Yang dia inginkan sebenarnya hanya terus dapat berada di sampingnya. Tapi kalau seperti ini keadaannya mau bagaimana lagi?

Dimas kemudian membuka dua kancing seragamnya dari atas. Menaruh kedua tangannya di belakang lehernya. Seperti sedang melepas sesuatu. Kemudian dia menarik keduanya tangannya kedepan, menaruh kalung yang ada di tangannya ke tangan Putri Neja.

"Anggap saja ini adalah jimat keberuntungan dari Bumi untuk mengusir roh jahat", kata Dimas. Dia tidak mengharapkan apapun dari Putri, hanya ini yang bisa dilakukan untuk Putri.

Putri Neja Melihat kebawah, "Tapi, kamu bilang kalau ini adalah satu-satunya peninggalan ayahmu? "

Setelah mengatakan itu Putri Neja kembali melihat Dimas.

"Tidak apa. Saya yakin ayah saya menginginkan anda memilikinya", Tak ada yang dapat dilakukan oleh Dimas lagi. Dia hanya ingin meyakinkan Putri, agar Putri mau menerimanya.

Putri Neja akhirnya menerima kalung tersebut.

"Ini sebagai rasa terimakasih karena anda sudah menyelamatkan kami dari ambang kematian lima tahun lalu", tegas Dimas. Mengharapkan itu benar-benar akan menjaganya.

Arnoscrios [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang