XIII. Gelombang I : Analisis

5 2 0
                                    

Di dekat jembatan dimana Shinra dan teman-temannya melihat kejadian pembunuhan putri, Dimas terlihat di tempat kejadian itu. Dia berada di tempat dimana putri tewas. Melihat dengan wajah sedihnya.

"Tuan putri... Padahal anda adalah orang yang mendambakan perdamaian lebih dari siapapun... " Batin Dimas. Kemudian Dimas menundukkan kepala.

"Siapa sebenarnya yang tega melakukan ini! " Suara lirih keluar dari mulut Dimas.

***

"Jadi maksudmu, tidak hanya kau gagal membunuh semua tikus, tapi kau juga sampai kehilangan jejaknya? " Tegur Panglima Nathair dengan nada tinggi kepala Krillian dari layar ruang komando.

"Sayangnya itu benar, Tuan Nathair. Saya masih belum membiarkannya lolos sepenuhnya." Jawab Krillian gugup, keringat di dahinya terlihat.

"Huh.. " Jawab yang dingin dari Panglima Nathair, seakan tidak menerima hasil yang memuaskan.

"Dari terowongan yang ia lewati, hanya ada satu tempat yang bisa dituju olehnya... " Lanjut Krillian kemudian membuka kedua tangannya berusaha meyakinkan Panglima Nathair,

"Dengan kata lain, tujuannya adalah Bagian Utara Jakarta...." Krillian kemudian mengepalkan tangannya, dengan senyumannya yang terpaksa dia ingin terlihat percaya diri, tidak ingin misinya gagal dan ingin terlihat dapat dipercaya.

"... Begitu dia bosan dan menjulurkan kepalanya keluar dari lubang..." Kemudian dia membuka satu tangan kanannya dan tangan kirinya memegang kepala menunjukkan bahwa dia hanya ingin tidak di pandang gagal dalam menjalankan misi atau kehormatannya dalam bahaya.

Lanjut Krillian, "Dengan mata elang kebanggaan Megaculas-ku, aku akan segera menemukan dan--"

"Dasar Bodoh! " Potong Panglima Nathair.

"Heeh!? " Krillian terkejut mendengarkan itu. Wajah bodoh yang dia tunjukkan persis seperti apa yang dikatakan Panglima Nathair. Keringatnya bertambah di dahinya tinggal menunggu kapan itu meluncur.

"Kau pikir kita punya waktu luang untuk bermain-main seperti ini? " Jelas Panglima Nathair.

Alis terangkat dengan bibir yang sedikit menurun itukah wajah cemberut yang ditunjukkan Krillian?

Lanjut Panglima Nathair, "Jika kita tidak mengetahui lokasi tikus itu dengan pasti, maka biarkanlah. Kita cukup luluh lantakkan saja seisi kota itu! "

Mata Krillian melebar mendengarkan itu. Wajah serius dan dingin dari Panglima Nathair ditunjukkan kemudian dia mengatakan, "Kita akan lakukan pengeboman meteor! "

"Ta-Tapi, Tuan Nathair! Tempat ini terlalu dekat dengan lokasi Titan milik Panglima Valkerij!" Sanggahan Krillian yang gugup mendengarkan rencana itu. Krillian melanjutkan,

"Tidakkah ini akan dianggap sebagai suatu bentuk serangan terhadap dirinya? " Tanya Krillian.

"Ada kalanya kita harus melakukan pengorbanan. " Panglima Nathair mengatakan itu dengan nada yang sedikit menertawakan. Entah itu untuk tindakannya atau untuk Panglima Valkerij.

"Penyesuaian orbit akan memakan waktu beberapa jam. Untuk memastikan tikusnya tidak kabur selama jangka waktu itu, awasilah baik-baik. " Perintah Panglima Nathair seakan mengatakan jika Krillian tidak bisa mengatasinya maka dirinya sendiri yang akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

"Baik! " Jawaban Krillian yang gugup sekali kaget mendengar itu.

***

"Apa itu? " Tanya kak Sarah yang sedang melihat gambar yang ditunjukkan di smartphone milik Shinra.

Arnoscrios [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang