XIX. Putri Neja Valen Marshellium

3 2 0
                                    

"Kanan!? Kiri!? Kanan! Kiri? " Tanya Diva panik setelah melihat di depannya ada bongkahan kapal.

"Dorong dengan kecepatan penuh. " Perintah Kapten Diana.

Kemudian pria yang memegang kemudi melaksanakan perintah kapten. Terlihat posisi bongkahan kapal hampir vertikal dan sedikit miring ke kiri. Di bawah miringnya bongkahan kapal ada celah dan hanya tinggal lurus. Karena di dorong dengan kecepatan penuh kapal akan sedikit merendah lewat kiri bagian bongkahan kapal itu yang di atasnya adalah bagian miringnya. Karena bongkahan itu akan tenggelam tidak mungkin bongkahan itu roboh ke kiri karena gelombang dari kapal kapten Diana membantu bongkahan itu pada posisi vertikal saat sudah pada posisi itu kapal itu akan tenggelam.

Karena kecepatan naik secara mendadak kak Sarah yang sedang mengobrol dengan Shinra dahinya terbentur ke dahi Shinra dan membuat kepala Shinra bagian belakang membentur pintu yang ada di belakangnya,

"Duhh, apa sih yang dilakukan juru kemudi!? Apakah-- " Ucap kak Sarah yang tangan kanannya menahan di pintu, terlihat dahi kak Sarah memerah dan air mata sedikit keluar. Sepertinya kak Sarah sedang menahan sakitnya agar terlihat kuat didepan adiknya.

Shinra pun merasa sakit di dahinya dan mengelus-elus dahinya yang merah terkena dahi milik kak Sarah.

Ucap kak Sarah berhenti setelah melihat gadis berambut coklat dan mata berwarna hijau toska di belakang mereka. Gadis itu sedang memandang mereka.

"Permisi... " Ucap gadis itu sambil mendekat ke Shinra.

"Iya... " Jawab Shinra yang selesai urusan dengan dahinya.

"Terima kasih untuk yang tadi, eng... " Gadis itu terlihat bingung ingin memanggil dia siapa.

"Shinra. Sakaguchi Shinra. " Jawab Shinra seakan paham apa yang di maksud gadis itu.

"Kenapa kamu tidak mengingatku? " Batin Shinra yang di maksudkan kepada gadis itu yang sebenarnya putri. Perlahan Shinra juga mencari informasi dan memastikan sesuatu kepada si gadis itu. Kak Sarah juga membatin setelah melihat gadis itu, "Kenapa aku berasa nostalgia? "

Gadis itu tersenyum setelah mendengar itu, "Terima kasih banyak, Shinra. Namaku--"

Mata Shinra melebar dan mulutnya seakan mau bicara. Shinra tau jika identitas Putri masih tidak boleh dibeberkan. Gadis itu tau maksud dari tingkah laku Shinra.

Gadis itu kemudian meneruskan, "Panggil saja aku Naya. " Elisa yang ada di samping gadis itu menghela napas lega.

"Baiklah, Naya. "

"Kalau berkenan, maukah anda mengantarku berkeliling kapal ini... " Permintaan Putri Neja yang sekarang menyamar menjadi Naya. Setelah mengatakan itu dia menoleh ke belakang melihat Resha sedang menunggunya. Kemudian dia menoleh ke Shinra dan melanjutkan,

"... Shinra? "

Kak Sarah yang mendengar itu hanya menepuk-nepuk bahunya dengan senyuman cerianya kemudian mengangkat jempolnya. Seakan kak Sarah mengatakan bahwa Shinra ternyata juga populer di kalangan para wanita. Shinra yang menyadari itu menoleh ke kakaknya dan memberikan respon dengan wajah kesalnya.

Kak Sarah pergi meninggalkan mereka, kemudian mereka pindah tempat.

"Tapi tuan Putri---" Kata Elisa.

"Tidak apa. "

Cahaya mulai bersinar kembali dan tuan putri kembali ke wujud sebenarnya. Tuan putri kemudian menoleh ke Shinra dan Resha yang ada di belakangnya. Terlihat kulit cerah dan rambut kuning cerah, "Sekali lagi, namaku adalah Neja Valen Marshellium. "

"Aku adalah cucu perempuan dari Kaisar Marshellium. "

Resha terlihat kaget melihat perubahan wujudnya. Tapi, Shinra menunjuk ke Putri dan bertanya, "Itukan sosok aslimu? "

Di balik pertanyaannya dia juga sedang memastikan sesuatu. Mungkin saja dia adalah orang yang Shinra maksud.

"Aku diberitau Elisa bahwa sosokku sebelumnya adalah sebuah kamuflase optik yang menggunakan gambar hologram. "

Shinra mencoba memastikannya lagi, "Sang Putri telah dibunuh pada hari dilangsungkannya pawai. Aku melihat seluruh kejadiannya. "

" Itu adalah... "

"Orang pengganti. " Potong Elisa. Terlihat Putri menundukkan kepalanya Elisa yang melihat wajahnya mulai melanjutkan, "Tuan Putri merasa sakit kepala dan tidak enak badan pada hari itu. Karena itulah, ketua regu pengawal merasa ragu dan bersikeras untuk menggunakan orang pengganti. "

"Jadi itu bukan hanya teori ya? " Respon Shinra yang masih ingin memastikan.

"Jika kakek yang merupakan Kaisar tau bahwa aku baik-baik saja, perang ini pun pasti akan segera berakhir. Sebisa mungkin aku ingin melakukan kontak dengan Marshellium. " Ucap tuan Putri yang memegang dadanya merasa bahwa ini seharusnya tidak terjadi.

"Bagaimana caranya? " Tanya Shinra.

Terlihat bingung setelah Shinra mengatakan itu, Shinra kemudian melanjutkan, "Setidaknya, sulit kalau dari sini. Kita tidak bisa melakukan komunikasi jarak jauh akibat adanya gangguan sinyal. Pangkalan komunikasi juga sudah dihancurkan dan kita tidak bisa menggunakan internet. " Jelas Shinra, Shinra bukannya pesimis tapi dia hanya bicara kenyataannya.

"Tapi kami bisa mengantarkanmu sampai ke tempat dimana kau dapat melakukan kontak dengan Marshellium. " Ucap Shinra yang memberikan sedikit harapan.

Shinra yang akan membalikkan badan dan pergi, "Aku akan mendiskusikannya dengan kak Sarah dan juga yang lainnya. "

"Jangan lakukan itu! " Tegas Elisa.

Shinra mendengar itu terlihat kaget dan Resha yang ada di dekat pintu juga.

"Di antara penduduk Bumi terdapat mata-mata Marshellium yang telah menyusup. " Ucap Elisa. Resha yang mendengar itu mulai sedikit menaikan sebelah alisnya dan mulutnya sedikit terbuka. Entah panik atau takut keringat terlihat muncul di dahinya.

Elisa melanjutkan, "Kemungkinan, mereka adalah komplotan dari pelaku pembunuhan itu! Nyawa tuan Putri diincar oleh mata-mata itu! " Tegas Elisa. Resha mendengar itu kemudian menutup mulutnya dan menyudutkan alisnya seakan waspada.

"Aku minta maaf karena telah melibatkan kalian ke dalam masalah kami. " Kata tuan Putri sambil menundukkan kepalanya. Tuan Putri memohon, "Tolong, rahasiakan masalah ini diantara kita saja. "

Sementara itu kak Sarah yang menggerakkan tangan kirinya yang seharusnya dibopong, "Aku jadi tertolong karena Dokter Soedirman ada disini. "

"Sudah lama aku tidak menggunakan terapi eksoskeleton. " Jawab dokter, dan kak Sarah mulai mencoba menggerakkan tangannya yang menggunakan alat bantu untuk menggerakkan tangan secara normal seperti yang dikatakan dokter namanya adalah eksoskeleton. Bisa disebut alat yang tidak ditanam dalam tubuh tapi di luar tubuh sebagai alat bantu tambahan. Alat itu menutupi seluruh bagian tangan kak Sarah, kecuali bagian pergelangan sampai ujung jari.

"Tolong jangan bertindak gegabah dulu, karena bagaimanapun itu hanya bersifat sementara. " Nasehat Dokter.

"Itu sudah cukup kok! " Jawab kak Sarah dengan nada yang sedikit menyepelekan.

"Hanya karena kau tidak merasa sakit, bukan berarti tubuhmu tidak terbebani. Saat obat biusnya habis, rasanya sangat sakit sekali lo. " Kata dokter Soedirman yang sedikit kesal mendengar jawaban kak Sarah.

"Aku mengerti kok. Nanti aku minta tolong untuk pengaturan detailnya ya dok? " Sambil menaruh tangannya di atas pipa yang biasanya buat pegangan saat guncangan terjadi. Tapi kak Sarah kaget dan seluruh orang yang ada di ruangan komando melihat kak Sarah. Karena entah kak Sarah mungkin belum terbiasa saat menggunakan eksoskeleton, kekuatan yang keluar terlalu besar dan menyebabkan pipa itu bengkok.

Kak Sarah dengan gugup mengangkat tangannya dari pipa yang bengkok itu, "Mungkin sebaiknya aku minta tolong anda untuk melakukan pengaturan sedikit lagi... "



Arnoscrios [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang