~ Happy Reading ~
Sandi masih terkapar dijalan, dengan wajah lebam dan darah sudah agak mengering dibagian bibir dan hidung nya. Cowok itu berusaha bangkit, meskipun tubuh nya terasa sakit dan ngilu. Sandi jalan terseok-seok, masuk kedalam mobil nya.
" Aw .... " Ia meringis kesakitan saat menyentuh luka di bibir nya.
Tas milik Kalista tertinggal diatas jok mobil nya. Sandi pun berinisiatif untuk menelfon Ira, dan memberitahu gadis itu mengenai peristiwa yang dialami nya bersama Kalista.
Sandi menekan Deal-deal nomor, kemudian terdengar suara panggilan tersambung. Beberapa saat, Ira menjawab panggilan nya.
" Hallo Lis, kenapa?" ujar Ira lewat telfon.
" Ra, ini aku, Sandi," Sandi menjawab sambil menahan sakit disekujur tubuh nya.
" Oh ... iya San, ada apa? kok kamu yang nelfon."
" Ra, Ka ... Kalis, Ra." Suara Sandi terbata-bata.
" Iya, Kalis kenapa? kamu lagi sama Kalis?" Ira masih tak mengerti.
" Kalis diculik," jawab Sandi.
Sontak Ira terkejut mendengar kabar dari Sandi. Gadis itu pun mulai mengintrogasi Sandi dengan pertanyaan-pertanyaan, layak nya seorang wartawan.
" Kalis diculik siapa San?"
" Kapan?"
" Kok bisa?" Ira begitu panik.
" Aku gak tau Ra, tolong, cari bantuan, Kalis dibawa pergi sama penculik itu."
" Oke San, kamu dimana sekarang?"
" Aku kirim alamat nya Ra."
" Iya San .... "
Panggilan pun berakhir.
Sementara itu, dua preman tadi membawa Kalista kesebuah tempat. Sebuah bangunan kosong yang mangkrak dari proyek pembangunan, menjadi tempat penyekapan gadis itu. Lorong nan ruang yang minim pencahayaan, sungguh membuat Kalista takut. Ditambah lagi, wajah beringas dari kedua preman itu membuat nyali Kalista semakin ciut.
Gadis itu di dudukan pada sebuah kursi kayu yang sudah usang. Kemudian kedua tangan dan kaki nya di ikat kuat dengan tali tambang serta mulut nya dibekap dengan kain.
Kalista terus menjerit, meski suara nya tak akan terdengar oleh siapapun. Tiap kali ia menjerit, hanya gema suara nya sendirilah yang terdengar.
" Aaa ... aaa .... " gadis itu terus berteriak seraya menangis.
Gelak tawa dari kedua preman itu memenuhi ruangan, bangunan tua itu.
" Teriak lah, ayo teriak! tiada siapapun yang mendengar," ujar salah seorang preman disertai gelak tawa.
Kalista terus memberontak dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Tak perduli lagi pada pergelangan tangan nya yang sakit, karena tali tambang itu begitu kuat mengikat tangan nya.
" Aaaa! aaa! " tanpa henti Kalista menjerit. Namun, kedua preman itu semakin tertawa terbahak-bahak.
Rupanya, tindakan yang dilakukan preman itu tak hanya berhenti sampai disitu saja. Bahkan mereka mulai bertindak kurang ajar pada gadis kecil itu.
Saat tangan-tangan tua nan menjijikkan itu, mulai menggerayangi tubuh supel Kalista. Tentu, gadis itu meraung sejadi-jadinya. Ironi nya, sekuat apapun ia berteriak, tak akan ada satu orang pun yang dapat menolong nya.
Tangis nya pecah, jeritan histeris terus keluar dari mulut nya seraya memberontak. Tubuh nya berusaha mengelak, saat tangan-tangan kotor itu mulai meraba kulit lembut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI CINTA (SELESAI)
Teen FictionIni tentang kisah mengejar cinta pertama, pada seseorang yang masih enggan untuk mencinta karena kisah masalalu yang membuat trauma. Memutuskan untuk mencintai seseorang yang masih belum bisa melupakan masalalu nya memang tidak mudah. Butuh perjuang...