STRAWBERRY |20|

17 2 17
                                    

Isak tangis pilu menderu. Gadis bermata sipit itu tak henti menangis, melihat jasad nenek tercinta telah dimandikan dan siap dikafani.

Siapa yang menduga, jika ia akan mendapat kabar duka seperti itu. Kini, sang nenek telah pergi ke alam keabadian, meninggalkan dunia yang penuh duka nestapa.

Kalista, terus menangis sesenggukan di depan jenazah sang nenek. Kedua orang tua nya pun sudah tiba dari Bandung, bersama kakak nya.

" Sabar ... ikhlaskan nenek," tutur mama nya seraya memeluk.

" Kenapa nenek pergi secepat itu," ujar nya berlinang air mata.

" Yakin lah, ini semua yang terbaik," timpal sang kakak.

Para pelayat sudah berdatangan, memenuhi rumah duka. Tak lupa nenek dan kakek atau yang biasa di panggil nay nay dan yeye dari pihak mama, juga turut datang, untuk mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Disaat Kalista sedang berkabung, Sandi datang disaat waktu yang tepat, bersama Ira.

" Lis, turut berduka ya," ucap Sandi.

" Iya San, makasih ya."

Begitu pun dengan Ira, dia langsung memeluk sahabat nya penuh haru.

" Kalis, yang sabar ya, doakan nenek mu, semoga tenang di alam sana," tutur Ira sembari memeluk erat.

" Iya Ra, makasih banyak ya," balas Kalista lalu melepaskan pelukan nya.

" Jangan berlarut dalam kesedihan, ya." Sandi menyeka air mata Kalista yang membasahi pipi, lalu ia memeluk tanpa penolakan dari gadis itu.

Disaat yang bersamaan, Dito telah berdiri di bingkai pintu ruang tamu. Sejenak Dito tertegun, namun dia sadar, ini bukan waktu yang tepat untuk mengedepankan perasaan nya setelah melihat Sandi begitu perhatian pada Kalista.

Dito melangkah, mendekati Kalista yang sedang berduka.

" Kalis?" sapa Dito setelah mendekat.

" Dito .... " Kalista pun langsung melepas pelukan Sandi.

" Turut berduka ya, atas meninggal nya nenek mu," ucap Dito, setengah melirik Sandi.

" Iya Dito, makasih ya."

Lalu, jenazah sang nenek pun di masukkan kedalam mobil ambulan, untuk di makamkan.

" Kalis di rumah aja ya, gak usah ikut ke pemakaman," pinta sang ayah.

" Kenapa yah? Kalis mau lihat nenek," ujar nya sambil menangis sesenggukan.

" Ayah gak mau kamu semakin sedih, di rumah aja, sama kakak." tandas  ayah nya sendu, lalu melangkah diikuti oleh istri dan mertua nya.

" Sabar ya Lis .... " Ira berusaha menenangkan Kalista yang begitu sedih, karena ditinggal sang nenek untuk selama nya.

Kemudian, mereka pun duduk di sofa, sembari menunggu para pengantar jenazah pulang.

" Kalian, teman-teman nya Kalis, ya?" ujar seorang cowok yang tak lain adalah kakak Kalista. Kaisar namanya, berusia 21 tahun.

" Iya kak," jawab mereka bersamaan.

" Makasih ya udah datang kesini, untuk menghibur Kalista," ucap Kaisar.

" Iya kak, sama-sama," balas Ira.

Kaisar, kakak Kalista, sangat tampan, mirip sekali dengan ayah nya. Tapi  wajah nya lebih dominan khas orang tionghoa, seperti ibu nya. Kulit nya putih, tinggi seperti ayah nya, bermata sipit seperti sang mama. Ira yang duduk di samping nya pun sampai terkesima.

ORIGAMI CINTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang