~ Happy Reading ~
Dito terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Kedua matanya masih menutup rapat. Luka lebam penuh di wajah nya, perban pun membalut lukanya.
Kalista masih menunggu dengan sabar sampai cowok itu bangun dari tidur panjang nya. Entah sudah berapa lama ia duduk disana, sendiri, sambil menatap wajah Dito dengan seksama.
Cowok itu terbaring di rumah sakit, karena dirinya. Tentu saja Kalista merasa bersalah padanya, andaikan kejadian penculikan itu tak pernah menimpanya, mungkin Dito tak akan pernah ada di rumah sakit ini.
Tiba-tiba, pintu ruangan kamar tempat Dito dirawat, terbuka. Rupanya ami datang dengan membawa sebuah kantong plastik ditangan nya. Kalista merasa canggung pada ami, ia tak enak hati, sebab karena dirinyalah Dito bisa berada disini.
" Kalista, udah dari tadi?" tanya ami ramah.
Kalista pun berdiri, lalu memeluk ami tiba-tiba. Sontak ami terkejut dengan sikap Kalista. Gadis itu menangis sambil memeluk ami begitu erat.
" Ami ... maafin Kalis ya, ini semua gara-gara Kalis," ucap Kalista sambil menangis.
Ami tersenyum simpul, lalu membelai rambut panjang Kalista penuh kelembutan. Sepertinya ami tidak marah, ia memaklumi, sebab tak ada siapapun yang menginginkan kejadian itu terjadi.
" Ini bukan salah Kalis," balas ami lalu mencium kepala Kalista, seperti anak sendiri.
Gadis itu menggeleng, air matanya kian deras menetes, " Gak ami, ini salah Kalis, seandainya Kalis gak pergi, pasti semua itu gak akan terjadi."
" Kalista ... kita gak pernah tau apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, walaupun kita sudah mewanti-wanti, yang namanya musibah itu gak bisa dihindari. Kalau gak sekarang, mungkin bisa suatu hari itu terjadi," tutur ami.
" Ami gak marah?" tanya Kalista lalu melepas pelukannya.
" Gak ... kenapa ami harus marah?"
" Dito ada disini, kan gara-gara Kalis."
" Ami justru bangga sama Dito, ami gak nyangka kalau Dito sehebat itu," pungkas ami.
Kalista pun menatap kearah Dito, yang belum bangun dari tidur nya.
" Iya, Kalis juga gak nyangka mi .... " ujarnya kemudian.
" Jadi kamu gak usah merasa bersalah, yang penting kamu sama Dito selamat," sambung ami.
Tak berapa lama, pintu kembali terbuka. Rupanya mama Kalista dan Ira yang datang. Mereka pun lalu berjalan, mendekati Kalista dan ami.
" Gimana keadaan Dito, tan?" tanya Ira setelah mendekat.
" Alhamdulilah baik .... " balas ami.
" Maafkan Kalista ya bu, anak ibu seperti ini karena menolong Kalista," ucap mama Kalista pada ami.
Ami membalas dengan senyum ramah. Sepertinya, ami tak mempermasalahkan itu semua, karena yang terpenting adalah, Dito dan Kalista selanat.
" Ah ... sudahlah, gak usah dipikirkan, lagipula Dito sekarang baik-baik aja, begitu juga dengan Kalista," jawab ami.
" Saya yang akan menanggung semua biaya rumah sakit," ungkap mama Kalista.
Ami mendekat, lalu menepuk pelan pundak mama Kalista.
" Gak papa, saya justru senang, karena Dito bisa menolong anak ibu. Untuk masalah biaya, semua sudah saya lunasi, gak perlu dipikirkan," balas ami.
" Ah ... saya bener-bener gak enak hati. Kalau boleh tau, ibu namanya siapa?" tanya mama Kalista.
" Perkenalkan, nama saya Mira," tutur ami, mengulurkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI CINTA (SELESAI)
Teen FictionIni tentang kisah mengejar cinta pertama, pada seseorang yang masih enggan untuk mencinta karena kisah masalalu yang membuat trauma. Memutuskan untuk mencintai seseorang yang masih belum bisa melupakan masalalu nya memang tidak mudah. Butuh perjuang...