STRAWBERRY |32|

27 0 0
                                    

~Happy Reading~

Saat melewati Dito yang sedang duduk bersama teman-temannya di depan kelas, Kalista hanya bungkam dan berlalu begitu saja. Bahkan melirik saja tidak. Dito merasa heran dengan perubahan sikap gadis itu.

Setelah Kalista berlalu, Dito pun bangkit dari duduk nya.

"Dit, mau kemana? " tanya David heran.

Dito tak menjawab. Dia lebih memilih untuk mengejar Kalista yang berjalan seorang diri tanpa menyapanya sedikitpun.

"Kalis? " panggil Dito pada gadis itu. Namun, Kalista mengacuhkan saja, dia terus melangkah tanpa menghiraukan Dito yang mengekor di belakang nya.

"Kalis, tunggu!" serunya lagi. Gadis itu pun menghentikan langkah nya, tapi masih bungkam.

Dito melangkah mendekatinya. Kini, cowok itu berdiri tepat di hadapan Kalista. Sejenak, keduanya saling pandang. Namun, bibir Kalista mengerucut, wajah nya masam, tak bersahabat.

"Kalis kenapa sih?" tanya Dito sambil memperhatikan wajah Kalista dengan seksama.

"Kenapa apanya?"

"Kok hari ini, beda."

"Beda, apanya?"

"Cuek." Dito menjawab disertai tatapan lekat.

"Terus, masalahnya dimana?"

Dito menelan ludah.

"Kalis marah?" tanyanya.

"Marah kenapa?"

"Karena semalem."

Mendengar hal itu, Kalista hanya tersenyum penuh arti. Di pandanginya sejenak wajah Dito, yang berdiri di hadapannya.

"Apa hak Kalis untuk marah?" jawab gadis itu.

"Apa Dito lupa, kalau kita cuma temen?" imbuhnya lagi.

Melodi nan syahdu seakan menggema, berirama, menyertai perasaan mereka. Menambah kebimbangan hati yang tengah dilanda dilema, pada cinta yang perlahan mulai tumbuh. Rasa ingin memiliki terkadang begitu kuat. Namun, disatu sisi masih ada yang belum siap untuk memulai perjalanan cinta itu. Setelah hati pernah dipatahkan sebegitu hebatnya oleh yang tercinta. Masih ada setitik keraguan dihati, meski telah berusaha menerima cinta yang baru. Namun, rupanya tak semudah itu, menghapus luka lama dari memoriam yang begitu kelam.

Hanya lewat tatapan, Dito berusaha mengungkapkan isi hatinya. Berharap, bahwa Kalista menyadarinya.

"Dito udah pernah bilang, kalau Kalis boleh marah," pungkas Dito pelan.

Menyunggingkan senyum, "Kamu lucu Dito," tandas Kalista.

"Dito bilang Kalis boleh marah. Tapi Kalis sendiri merasa gak berhak untuk marah," sambungnya lagi.

"Apa Kalis gak ngerti?"

"Apa?"

Dito diam. Dia mengurungkan niatnya.

"Dito sebenarnya suka gak, sama Kalista?"

"Jujur!"

Ucapan Kalista terlontar begitu saja. Mungkin ia sudah tak kuasa lagi untuk memendam perasaannya yang selama ini bergejolak pada seseorang yang masih ambigu.

Persetan dengan apapun!

Kalista tak perduli lagi akan rasa malunya itu. Kokoh nya benteng pertahanannya, akhirnya kalah dengan perasaan yang sudah tak bisa dipendam.

Sedangkan Dito tersentak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Kalista.

Dito, menghela napas dalam-dalam.

ORIGAMI CINTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang