~Happy Reading~
Begitu banyak orang yang mencintaimu. Aku, hanyalah salah satu dari mereka, yang diam-diam membawa namamu dalam doa. Tanpa kau tau.
-Kalista Indah Lukito-
Didepan meja belajar nya itu, Kalista menyalakan lilin angka satu pemberian Dito, sebulan yang lalu. Kemudian ia melipat kedua jari tangannya sejajar dengan dagu seraya berdoa. Matanya terpejam, bibirnya mengatup rapat, ia berdoa dalam hati.Tepat pukul dua belas malam nanti, ia akan merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Kata orang, usia tujuh belas tahun adalah yang paling istimewa. Sebab sudah memasuki tingkat remaja madya.
Dimalam yang sunyi nan hening dan hanya sedikit cahaya yang bersumber dari lampu tumbler yang berkerlap-kerlip, serta satu buah lilin, di kamar nya ini, Kalista berdoa. Berharap bahwa semua hal baik, keberkahan serta keindahan terjadi dalam hidupnya. Tak lupa ia selipkan nama Dito didalam doa nya, memang selalu begitu.
Kalista tampak khusyuk berdoa. Kedua matanya terpejam. Sedangkan lilin angka satu berwarna merah itu masih menyala, diatas meja belajarnya.
Setelah selesai berdoa, Kalista kembali membuka kedua matanya. Ia tersenyum sekilas, saat memandangi lilin tanpa kue tersebut.
"Terimakasih Dito, ini adalah kado terunik, yang pernah ada," gumam Kalista lalu meniup lilin tersebut hingga padam.
Dentang jam yang bertengger di dinding, sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Rupanya, Kalista sudah mulai mengantuk.
Sejenak, ia melirik ponselnya yang tergeletak diatas buku belajarnya. Lalu menarik kebawah layar ponselnya, berharap ada notifikasi dari Dito. Namun sayang, sekali lagi ia harus menelan pil kecewa, sebab cowok itu tak akan pernah menghubunginya.
Bagaimana mungkin Dito akan menghubungi. Karena sejak awal mereka bertemu dan berkenalan, namun tak sekalipun Dito meminta nomor ponselnya. Bahkan, berniat saja tidak. Entahlah, mengapa Dito bersikap demikian. Dito selalu berdalih bahwa itu tidak penting, karena mereka pun sering bertemu di sekolah.
Kalista mendengus halus. Diletakkan kembali ponsel berwarna putih milik nya itu diatas meja. Ia melangkah mendekati ranjang tidurnya. Perlahan, Kalista mulai merebahkan tubuh nya diatas kasur. Kini, selimut tebal berwarna abu-abu itu, telah menutup hingga kebatas dada. Kalista siap untuk tidur dan mengukir mimpi yang indah.
"Selamat malam Dito, selamat tidur," ucapnya sambil tersenyum simpul.
Selang beberapa saat, perlahan namun pasti, Kalista mulai terpejam. Sayup. Dan akhirnya lelap.
Baru beberapa menit terpejam. Kalista melihat Dito ada dikamarnya, membangunkannya. Cowok itu tersenyum begitu manis. Lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk nya.
Kemudian, memberi seikat bunga mawar dan kue ulang tahun. Dito merayakan ulang tahun Kalista yang ke tujuh belas, hanya berdua. Senyum bahagia terukir jelas di wajah gadis itu."Sebelum lilin nya kamu tiup, aku boleh memberi sesuatu?" kata Dito sangat lembut.
"Apa? "
"Sebuah kado ulang tahun."
Tanpa berpikir panjang, Kalista mengiyakan permintaan Dito. Gadis itu mengangguk, tanda setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORIGAMI CINTA (SELESAI)
Fiksi RemajaIni tentang kisah mengejar cinta pertama, pada seseorang yang masih enggan untuk mencinta karena kisah masalalu yang membuat trauma. Memutuskan untuk mencintai seseorang yang masih belum bisa melupakan masalalu nya memang tidak mudah. Butuh perjuang...