Double up bulan ini, hehe.
Cus aja baca. I hope you enjoy my story'....🐞ㅎㅎㅎ
🥀 Happy Reading 🥀
.
.
.
.Langit dan ketiga sahabatnya berjalan menuju kelas XI A 1, bel sudah berbunyi yang artinya istirahat telah usai.
"Langit."
Ada sesorang yang memanggil Langit, membuat dirinya membalikkan tubuhnya. Ternyata itu Abel, dia bersama teman sekelasnya, Tina.
Dengan senyum tipis, hampir tak terlihat, Langit menunggu Abel sampai dihadapannya. Abel, gadis yang Langit sadari baru-baru ini kalau dia memiliki ketertarikan pada gadis itu.
Langit kadang berdebar didekat gadis itu, merasa ada yang kurang apabila sehari tidak melihat senyum gadis itu. Namun sayangnya Abel sepertinya hanya menganggapnya teman.
"Kenapa Bel?" ucapnya setelah Abel tiba dihadapannya.
"Gak apa-apa," jawab Abel.
"Hai Jul." Abel menyapa Julian dengan senyuman manisnya.
"Oh, hai Bel." Julian mengalihkan pandangannya. Tidak mau bertatapan dengan Abel lama-lama.
"Langit sama Julian aja nih Bel yang disapa, gue sama Lean enggak?" goda Agam pada Abel. Abel memilin-milin tangannya, salah tingkah.
"Hai Agam, Lean," ucap Abel pada Agam dan Lean yang berdiri berdampingan dengan Julian di belakang Langit.
"Jul, ehm, kamu besok sepulang sekolah ada acara gak?" Abel mencoba memberanikan diri bertanya pada Julian.
Julian diam ditempat.
Julian melirik Langit yang berada di depannya, untung saja posisinya ada dibelakang Langit. Jadi Langit tak akan tahu ekspresinya seperti apa, tapi Julian juga tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Langit.
"Kenapa emangnya Bel?" jawab Julian mencoba bersikap santai.
"Eungg, enggak apa-apa kok." Gugup Abel, "cuma nanya," lanjutnya yang hanya dibalas gumaman Julian.
Lean dan Agam saling melempar kode, Lean melirik Agam agar Agam tidak ikut campur untuk yang satu ini. Sedangkan Agam masih belum mengerti apa yang Lean katakan lewat gestur mulutnya.
Entah apa yang dirasakan Langit melihat itu semua, yang Langit tahu ada sedikit bagian dihatinya yang terasa sakit. Langit tahu Abel hanya menganggapnya teman, tapi rasanya tidak sesakit ini saat tahu ternyata Abel menyukai Julian.
Cukup sudah waktu itu dia dan Julian bertengkar karena Abel. Langit harusnya sadar diri, bahwa cinta tak bisa dipaksa. Walau sampai sekarang pun Langit masih belum mengungkap perasaannya kepada Abel secara Langsung. Hanya sebatas perlakuannya saja.
Dan itu yang sedang dia jalankan sekarang, mencoba mendekati Abel dengan perlahan. Menghapus sedikit demi sedikit perasaan Abel untuk Julian. Karena Langit tahu, merelakan Abel untuk Julian pun tidak akan membuat Abel bahagia, karena Julian sudah memiliki orang lain dihatinya.
Itu hanya akan membuat Abel sakit hati nantinya, dan Langit tidak ingin Abel merasakan sakitnya mencintai orang yang mencintai orang lain. Seperti dirinya.
"Kalian semua mau kemana?" tanya Abel mengalihkan perhatian yang dibalas kerutan kening Langit, dan tawa Agam.
Lean menyenggol lengan Agam agar Agam menghentikan tawanya. Agam yang sadar langsung saja berusaha meredakan tawanya. Lagian Abel aneh-aneh saja, mereka sekarang kan sedang berjalan menuju kelas. Di depan mereka sekarang bukannya kelas XI A 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen B
Genç KurguOlivine Merula.... Badgirl SMA Pancasila. Baju ketat tanpa dasi, rok 15 cm diatas lutut. Rambut ombre warna dark blue. Siapa yang tak kenal Oliv di Pancasila. Dari yang cupu sampai kebanggaan guru tahu siapa dia, gadis misterius yang suka membully k...