Chapter 16

1.5K 139 2
                                    

1k+ reader! Thank u everyone! & Happy Eid Adha for those who celebrating :)

– Jennie POV –

Aku menyesap minumanku setelah memakan sedikit hidangan penutup, aku tidak bisa menolak makan malam ini karena menghargai Kai, aku juga tidak ingin membuat Jisoo dan Chaeyoung menungguku di dorm untuk makan malam karena aku takut lama berada di sini. Disela-sela waktu makan, Kai berbicara tentang beberapa hal dan aku hanya sesekali menanggapinya. Selebihnya aku menjadi pendengar yang lebih banyak diam. 

Sejauh ini dia belum berbicara hal yang begitu penting bagiku, yaitu alasannya memutuskanku dulu. Tapi kurasa aku sudah tidak lagi peduli dengan itu, pikiranku saat ini selalu tertuju pada Lisa dan itu membuatku tersadar bahwa alasan Kai memutuskanku dulu tidak lagi penting karena yang kuinginkan saat ini hanyalah Lisa. 

Entahlah, aku merasa sangat gelisah karena tidak memberitahu Lisa tentang pertemuanku dan Kai. Aku merasa melakukan hal yang salah saat ini, bahkan aku berkali-kali mengecek pesanku yang tak kunjung dibalas oleh Lisa. 

"Apakah makanannya enak, Jennie?" Tanyanya. 

Aku mengangguk dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Oppa." 

"Berterima kasihlah pada koki yang memasak makanan-makanan enak ini."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan mengecek handphoneku lagi di balik meja, masih tidak ada balasan dari Lisa dan aku hanya bisa menghela nafas. Aku berpikir Lisa sedang sibuk di sana tapi tumben sekali dia belum mengabariku sejak tadi sore. 

"Jennie?" Aku mendongak begitu Kai memanggilku. 

"Ya?" 

"Aku masih mencintaimu." Kai tersenyum tipis, aku terdiam menatap senyumannya yang pernah membuatku jatuh hati pada pria di hadapanku tapi sekarang sudah tidak berarti apapun untukku. 

Aku tau dia memiliki perasaan itu semenjak dia selalu mengirimiku pesan dan bunga-bunga setiap harinya, tentu saja. Apa lagi yang pria ini inginkan jika bukan mendapatkan hatiku lagi setelah meninggalkanku tanpa memberi alasan apapun? 

Aku tidak bisa membalas perasaannya, tidak ada lagi perasaan yang tersisa untuk pria di hadapanku. Semuanya telah menghilang tanpa menyisakan apapun. 

"Lalu?" Tanyaku.

"Apa kamu tidak memiliki perasaan itu lagi?" 

Aku menggeleng, mata kami berdua saling beradu. Aku bisa melihat raut wajahnya berubah menjadi sendu namun senyumannya muncul lagi. 

"Apa tidak ada kesempatan untukku? Kita bisa memulainya dari awal, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, Jennie." Kai menegapkan tubuhnya, menyatukan kedua tangannya di atas meja dengan tatapan memohon. Tatapannya tidak akan membuatku luluh, aku tidak ingin membuang-buang waktuku dengan seseorang yang tidak kuinginkan. 

Lalu siapa yang kuinginkan? 

Sudah jelas Lisa, aku menginginkannya. 

Aku bisa memastikan perasaanku sekarang pada Lisa.

"Maaf, Kai. Seperti apa yang sudah kubilang, apa yang pernah ada di antara aku dan kamu tidak akan pernah terjadi lagi. Kamu yang meminta berpisah saat itu bahkan tanpa memberi alasan apapun padaku, aku tidak akan mengulanginya lagi dan merasakan itu untuk kedua kalinya." 

Dia menunduk dan itu membuatku merasa tidak nyaman karena sedari aku menginjakkan kaki di ruangan ini, dia sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari mataku. 

"Aku memiliki alasan, Jennie.." Balasnya dengan suara pelan. 

"Kamu tidak membiarkanku tau apa itu." 

"Agensimu, salah satu dari mereka menghubungiku dan memintaku untuk berpisah denganmu karena mereka ingin kamu fokus dengan world tourmu. Mereka mengancamku jika aku memberitahumu tentang hal ini." 

Aku terdiam. Apa maksudnya ini? Aku bahkan tidak menyangka sama sekali ada drama murahan semacam ini. Aku tau itu sudah berlalu tapi mereka tidak bisa seenaknya mengatur hidupku. Tidak ada satupun orang yang bisa mengatur hidupku selain diriku sendiri. Jika agensiku tidak berbuat hal murahan semacam itu, mungkin hubunganku dan Kai masih berjalan hingga saat ini. Tapi jika mereka tidak melakukan itu, mungkin aku tidak akan pernah merasa betapa berartinya Lisa dalam hidupku. 

Baiklah, aku akan membiarkan ini berlalu karena tidak ada gunanya menyalahkan agensiku saat ini. Jika aku memperpanjang hal ini, aku yakin akan ada beberapa masalah rumit yang mungkin kuhadapi nanti dan aku tidak ingin mendapatkan itu. Aku tau ini tidak adil bagi Kai, tapi apa yang bisa kulakukan? Itu semua sudah berlalu dan apa yang Kai katakan saat ini tidak dapat mengubah apapun yang terjadi di antara kita berdua. 

Tapi aku pastikan tidak akan ada lagi hal murahan semacam itu, tidak untuk kedua kalinya. Jika aku tau mereka mengatur hidupku lagi, aku tidak akan segan-segan membuat saham mereka turun drastis. Aku bisa melakukan itu karena hanya Blackpink yang membuat saham mereka melonjak tinggi, agensi ini terselamatkan oleh Blackpink. Aku tidak ingin membawa urusan pribadiku dengan Blackpink tapi aku adalah bagian dari Blackpink, jika aku menghilang atau salah satu dari kami menghilang tentu saja Blackpink tidak akan pernah lagi sama.  

"Maafkan aku, Kai. Aku tidak tau sama sekali tentang itu, aku tidak akan pernah tau mereka mengatur hidupku jika saja kamu tidak mengatakannya padaku hari ini." Aku berujar dengan rasa bersalah, "aku tau ini tidak adil untuk kita berdua terutama kamu tapi tidak ada yang bisa kulakukan.." 

Aku meraih kedua tangan Kai dan menggenggamnya karena jujur saja aku merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi padanya karena dia menanggung semuany sendirian tanpa memberitahuku sama sekali hingga hari ini. Kai kembali menatapku dengan wajah sendunya, aku tersenyum mencoba menenangkannya. Tidak ada yang bisa kulakukan selain ini..

"Maaf, Kai. Aku tidak bisa memulainya kembali denganmu, temukanlah seseorang yang lebih baik dariku."

"Aku tidak bisa, Jennie. Aku tidak bisa menghilangkanmu dari pikiranku, perasaanku sangat besar padamu. Maafkan aku yang begitu pengecut karena tidak berani memperjuangkanmu saat itu, aku menyesal." 

"Aku tidak bisa, Kai. Aku benar-benar minta maaf.." Rasanya lebih baik tidak melihat wajah sendunya saat ini karena itu membuatku semakin merasa bersalah. 

"Apa tidak ada kesempatan untukku? Sama sekali?" Aku benar-benar tidak tahan melihat wajahnya ketika dia menanyakan kesempatan untuknya tapi aku benar-benar tidak bisa, aku menginginkan Lisa. Aku dan Kai hanyalah sebuah masa lalu.

"Maaf, Kai. Aku ingin kamu menerima keputusanku dan kuharap kita tetap berteman?" Aku tersenyum lebar, mencoba menghilangkan kesedihannya walaupun aku tau dia hanya akan mencoba menerima keputusanku. 

Kai mengangguk dan seutas senyuman kecil bertengger di wajahnya, aku senang melihatnya walaupun tidak dapat dipungkiri rasa bersalahku begitu terasa sekarang. Aku melepaskan genggamanku pada tangannya dan mencoba mengalihkan pembicaraan pada hal-hal menyenangkan dan membuat aura menegangkan di antara kita menghilang walaupun aku tidak begitu pandai memulai pembicaraan. Beberapa menit berbincang, aku memutuskan untuk pulang.

Aku berdiri dari kursiku, "terima kasih untuk malam ini, Oppa. Kita teman, kan?" Aku tersenyum melihatnya mengangguk, merasa lega dengan sikapnya yang menghargai keputusanku. 

"Jennie? Bolehkah aku meminta sebuah pelukan darimu?" Pertanyaannya membuatku berpikir sebentar namun tetap melakukan apa yang Kai minta, mungkin untuk terakhir kalinya? 

Aku melepaskan pelukan kami berdua lalu berpamitan padanya. Sepertinya Kai masih ingin berada di ruangan ini, mungkin dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri. 

Di perjalanan pulang, aku menelpon Lisa. Aku ingin mendengar suaranya, aku ingin memberitahunya malam ini membuatku sangat kesal dan lega disaat yang bersamaan. Tentu saja aku akan memberitahu Lisa bahwa aku menemui Kai tadi, aku akan memberitahunya. 



we [ jenlisa ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang