- Lisa POV -
"Jen, kamu tau aku orang yang pencemburu. Jika aku bisa memilih untuk cemburu atau tidak, jelas aku akan memilih untuk tidak. Aku tidak ingin melarangmu untuk dekat dengan siapapun tapi tolong jangan biarkan aku melihatnya. Aku lebih baik tidak tau sama sekali walaupun rasa penasaranku sangat tinggi." Aku memalingkan wajahku, tidak menatap wajahnya.
Aku sadar diriku tidak boleh cemburu berlebihan, tapi bahkan aku sendiri tidak bisa mencegahnya. Aku tidak ingin melarangnya berteman dengan siapapun, aku bersumpah. Hanya saja aku tidak bisa mengkontrol perasaanku sendiri dan itu selalu menyebabkan pertengkaran diantara kita.
Jennie mendekatiku, menangkup rahangku dengan kedua tangannya. Dia tersenyum, Ya Tuhan senyumnya sangat indah..
"Lili, mereka semua hanya teman. Kamu tidak perlu khawatir." Nada suaranya sangat pelan dan jelas bahkan matanya dengan lembut menusuk mataku.
"Aku tau, Jennie. Aku hanya tidak bisa mengkontrol perasaanku sendiri, sulit bagiku." Jawabku pelan, mengalihkan pandanganku darinya lagi.
"Tidak ada yang bisa menggantikanmu Lili, percayalah padaku."
Aku tersenyum tipis, menatap mata kucingnya yang indah. "Aku tidak percaya pada mereka. Kamu cantik, siapa yang tidak menyukaimu, hm?"
Tangannya turun perlahan ke bahuku, lalu melingkar di sekitar tengkukku. Aku meraih pinggangnya, merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Wajahnya mendekat perlahan-lahan, lalu berhenti di depan bibirku.
"Tolong berkaca, Manoban." Setelahnya ia mencium bibirku dengan lembut, lalu semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuhku.
-----
"Lisaaaaa! Bangun, bodoh. Kita ada jadwal pagi ini, kau ingin kita tinggal lalu dimarahi manager kita?!"
Suara Chayeoung mengejutkanku dalam tidur, aku segera membuka mataku dan dikejutkan kedua kalinya dengan sinar matahari yang masuk ke dalam kamarku. Tanganku meraih handphone yang selalu ku simpan di nightstand.
Chaeyoung berdiri tepat di depan kasurku dengan tatapan kesalnya karena -tentu saja- dia harus membangunkanku lagi untuk keberapa ratus kalinya selama kita tinggal bersama. Karena unnies kita sudah pasti memasak untuk sarapan, jadi dia yang bertugas membangunkanku setiap pagi jika aku tidak tidur bersama dengan Jennie.
"Lisa, tolong segera bangun. Jangan bermain-main dengan handphonemu, cepat turun ke bawah untuk sarapan."
Aku segera menyimpan handphoneku kembali, lalu duduk menyandarkan tubuhku di headboard. "Apakah Jennie ada di bawah, Chaeyoung?"
"Sudah pasti dia di bawah, karena jika bukan dia yang menyuruhku untuk membangunkanmu, aku tidak akan berada di sini setiap pagi!"
Belum aku mengeluarkan suaraku, dia sudah membalikkan badannya menuju pintu keluar, "cepat turun ke bawah jika tidak ingin diamuk macan, Manoban!"
Aku tertawa mendengar dia menyebut Jennie sebagai macan, dia yang akan diamuk jika Jennie mendengar dia menyebut Jennie adalah macan.
"meow..." Aku mendengar suara Leo lalu melihat ke sebelah kasur dan menemukannya di bawah sana. Aku mengambilnya dan membawanya ke tubuhku, memeluk dan menciumnya dengan gemas.
"Do you miss me, Leo? hm?" Aku menatapnya sambil mengelus-elus kepalanya. "Hmmm, I miss you too, baby." Aku tertawa lalu menciumnya dengan gemas sebelum menyimpannya di kasurku.
"Aku akan ke kamar mandi lalu sarapan. Jadi anak baik, oke? Jangan keluar, di luar ada dalgomie." Aku terkikik lalu meregangkan tubuhku lalu ke kamar mandi untuk mencuci mulut dan muka setelahnya turun ke lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
we [ jenlisa ]
RomanceKita ini apa? Aku ini siapa bagimu? Apa aku berarti dalam hidupmu? ------------------------- Bagiku, apa yang kita miliki saat ini, tidak perlu status, tidak perlu pengakuan dari mereka, yang terpenting kita bersama-sama. (JenLisa Story) notes: men...