Chapter 19

1.9K 162 6
                                    

Kayaknya bakal late update guys, sorry :(

______________________________________

– Lisa POV –

Perlahan aku membuka mataku ketika merasakan bulu kucing di sekitar wajahku lalu kepalanya bergerak-gerak di leherku, aku tersenyum karena tingkah laku kucingku. Mataku terbuka sepenuhnya dan melihat Louis di atas tubuhku bermain dengan dirinya sendiri, pagi yang menyenangkan untuk mengganggu orang tidur, huh? 

Aku meraih tubuh gembulnya, mencium wajahnya berkali-kali sampai dia menghindar dari ciumanku. Aku tidak melepaskannya, melainkan memeluknya. Tidak membiarkan dia pergi setelah membangunkanku dari tidur nyenyak. 

"Senang setelah membangunkanku, Louis?" Aku tertawa merasakan tubuhnya memberontak dalam pelukanku lalu melepaskannya. Semalam dia tidur denganku, saat aku pulang aku bermain sebentar dengan kucing-kucingku dan Louis satu-satunya yang mengikutiku masuk ke kamar dan aku membiarkannya tidur bersamaku. Tentu saja itu menyenangkan karena dia begitu lucu ketika merangkak mendekati tubuhku dan berbaring terlentang di sana. Gaya tidurnya seperti manusia dengan kedua tangan yang bersedekap di atas perutnya, menggemaskan.

Aku bangun, mengikat rambutku dan berdiri seraya meregangkan tubuhku. Aku membuka gorden dan melihat matahari belum terlalu tinggi, menghantarkan rasa hangat pada tubuhku lalu aku teringat AC yang masih menyala dalam kamarku dan bergerak mengambil remot untuk mematikannya. Aku masuk ke kamar mandi untuk membasuh muka dan berkumur-kumur  lalu aku keluar kamarku dengan Louis yang mengikutiku dengan semangat, mungkin dia bosan semalaman berada di kamarku. Aku mendengar suara lagu berputar dengan volume sedang di ruang TV membuatku berjalan ke sana namun tidak mendapatkan siapapun berada di sini lalu aku mendengar suara-suara di dapur. 

Siapa yang datang pagi-pagi begini? Tidak mungkin ada hantu pagi-pagi, bukan tidak mungkin sih hanya saja hantu menjadi tidak menyeramkan jika masih pagi seperti ini. 

Aku berjalan menuju dapur, melihat seorang wanita berdiri membelakangiku dengan rambut tercepol sedikit berantakan. Tangan-tangannya sibuk dengan peralatan masak, mulutnya mengeluarkan suara-suara seiring dengan lagu yang terputar dari ruang TV. Aku tersenyum, menikmati pemandangan indah di dapur apartemenku yang sangat jarang terjadi, jantungku bergemuruh merasakan perasaan menyenangkan ini. Awal yang bagus untuk memulai hari, bukan? 

Aku berjalan ke meja makan lalu duduk, sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara agar Jennie tidak menyadari kehadiranku sampai dia sendiri yang melihat diriku di sini. Aku menopang daguku, menatap belakang tubuhnya dengan tenang. Dia bahkan sangat cantik dilihat dari belakang, aku bisa menatapnya seharian penuh seperti ini tanpa merasa bosan. 

Seketika aku melupakan perasaan-perasaan buruk dalam diriku yang kurasakan beberapa hari belakangan pada Jennie, seperti menghilang hanya dengan melihatnya. Perasaan buruk itu menghilang dan tergantikan dengan perasaan lega akan melihatnya di sini bersamaku, di dalam apartemenku, memasakan sarapan yang kuyakin untuk kami berdua. Hatiku menghangat, bersyukur dengan kebahagiaan yang datang pada pagi ini. 

Hanya ada kami berdua di apartemen ini, biasanya pagi hari kami selalu berempat di dorm namun sekarang hanya kami berdua dan itu membuatku merasa kami berdua seperti pasangan. Jennie memasak sarapan dan aku menatapnya dengan tenang di sini, menunggu dia selesai memasak. Aku sedikit bertanya-tanya apa yang membuatnya datang kemari, bahkan aku tidak membalas pesannya semalam. 

Setelah berdiam diri selama beberapa menit aku menghampiri Jennie perlahan, tubuhku sudah tidak bisa menahan dorongan untuk memeluk tubuhnya. Aku meraih pinggangnya, melingkarkan tanganku di perutnya dan sedikit merendahkan badan untuk menyimpan daguku di bahunya.

"Gosh! Lisa, u scared me!" Serunya dengan satu tangan meraih lenganku yang berada di perutnya. 

"Good morning, Nini." Aku mengecup lehernya sekilas lalu menghirup wangi tubuhnya yang menjadi candu bagiku. Tubuhnya berbalik, tangannya menangkup pipiku dengan matanya yang menatapku dalam. Bibirnya bertemu dengan milikku sangat lembut, membuatku merasa aku bisa meleleh kapan saja hanya dengan ciuman manisnya. Dia melepaskan ciumannya tanpa berkata apa-apa lalu kembali sibuk dengan masakannya. 

we [ jenlisa ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang