1|Warna di Pengujung Hari|

72 6 4
                                    

"Kau terpilih dalam turnamen yang akan berlangsung minggu depan," Kata Nyonya Olive saat malalui lorong kelas bersama Juliana.

"Benarkah?" Juliana berbinar saat menatap pemimpin bela dirinya itu, kedua tangannya saling berkaitan di bawah perutnya.

Nyonya Olive mengangguk membuatnya semakin gembira.

Nila atau indigo adalah warna pada spektrum yang panjang gelombangnya antara 450 dan 420 nanometer, terletak di antara biru dan violet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nila atau indigo adalah warna pada spektrum yang panjang gelombangnya antara 450 dan 420 nanometer, terletak di antara biru dan violet. Kata "indigo" berasal dari nama tumbuhan dari genus Indigofera yang digunakan sebagai pewarna pakaian. Hari ini adalah hari pertama Juliana masuk kampus, gadis asal Lebanon itu pernah berprestasi waktu ia bersekolah, kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan belajarnya di Dunia Warna, dunia para manusia berwarna.Ia datang ke kampus dengan gaun indigo bermotif polkadot dan hijab berwarna lebih muda. Semua orang menatapnya ketika gadis itu berlari menanjaki anak tangga karena takut terlambat, dan ia berpikir bahwa mereka melihatnya karena itu.

Padahal ia tak menyadari bahwa warna indigo adalah warna asing di Dunia Warna dan itu terkesan buruk. Karena warna itu tampak seperti warna ungu namun gelap dan para manusia berwarna paling tak menyukai warna gelap yang seperti itu. Meski warna hitam juga termasuk gelap tapi bagi mereka warna hitam lebih natural, dan itu sudah dianggap biasa. Oh, awal yang buruk. Dahulu salah satu kota di Pulau Al-Kahf bernama Pulau Hitam yang selalu dalam kondisi gelap dan semua yang berada di sana berwarna hitam, sebelum akhirnya alam mulai berkembang. Penduduknya angkat kaki keluar kota, jadi, sebut saja itu kota tak berpenghuni. Ketika berada di lantai dua masih dalam larinya ia berpapasan dengan seorang pemuda berkulit merah muda. Blackrider.

Setibanya di ambang pintu kelas, mengangkat satu tangan dan mengetuknya, terdengar suara dari dalam ruangan yang memintanya untuk masuk. Mendorong terbuka pintu, mendapati banyak teman-teman dan sebuah bangku terisisa. Yah, itulah bangkunya, memangnya bangku siapa lagi?

"Maaf, dosen," katanya. "Aku terlambat."

Dosen itu merekahkan senyum. "Tak masalah, duduklah," gumamnya.

Diam-diam Jualiana mengucap syukur kemudian beranjak dan duduk, Juliana menjadi orang yang membawa warna baru ke Dunia Warna, dan itu sedikit mengganggunya ketika ia harus menyadari bahwa orang-orang menatapnya begitu lama kemudian membicarakannya, sesungguhnya ia perlu pembiasaan, bahkan sebenanrnya ia juga merasa aneh dan tidak nyaman saat melihat orang-orang dengan kulit berwarna, baginya itu tidak normal. Ia merasa sebuah alat tulis menyentuh bahunya, tak lama ia menoleh ke belakang, mendapati seorang gadis cantik berwarna serbahijau, yang membuatnya sedikit mual, padahal gadis itu tampak ramah dan cantik.

"Aku Green Mila," ucap gadis itu memulai perkenalan.

Hal itu membuat rasa mual Juliana menghilang, cukup aneh. "Aku Juliana, atau kau dapat memanggilku Julie."

"Baiklah, Julie," jawab Green Mila.

Hari pertamanya di kampus sepertinya kurang baik, apalagi keputusan dari dosen bahwa jurusan Manipulasi Warna adalah jurusan paling rumit. Tadinya Juliana belum mengerti tentang ini dan ia juga tak mengerti apa itu jurusan Manipulasi Warna. Namun ketika teman baru hijaunya menjelaskan bahwa ia harus mencintai warna lain, itu cukup membuatnya syok, dan itu membuatnya bertanya-tanya. Kenapa kita harus mencintai warna lain yang tidak kita cintai? Atau, Warna apa yang harus kita cintai selain warna favorit? Apa itu tak terasa menekan?

Sang dosen berpikir bahwa semua warna itu sama, dan kita bisa mencintainya seperti ibu yang mencintai setiap anak kecil. Juliana menganggap bahwa itu pikiran egois, karena tentu saja semua orang memiliki pikiran yang berbeda. Baginya indigo adalah warna satu-satunya yang bisa membuatnya percaya diri, entah mengapa ia juga tak tahu alasannya. Ketika sedang berada di perpustakaan untuk mencari buku materi Manipulasi Warna yang mengecewakan, beberapa orang yang berada di sana menyorotnya, dan ia tahu itu, kemudian merasa bahwa hal itu bahkan lebih menyedihkan dari jurusan pilihannya yang tidak sesuai.

Ya, Allah, apa yang salah dengan diriku? Batinnya, kemudian manarik buku dari kumpulannya yang akhirnya disambut dengan celah gelap, kemudian beranjak menuju meja penjaga perpustakaan. Untungnya si penjaga wanita itu ramah.

"Hei," Penjanga itu memulai pembicaraan. "Kau baru di sini?" tanyanya dengan ramah.

Juliana hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Gaunmu bagus dan mengapa warnanya gelap begitu?" lanjutnya sembari mengecap stempel tanggal pada buku yang gadis itu berikan, lalu menyodorkannya pada Juliana.

Tanpa wanita itu sadari sebenarnya pertanyaan itu membuat Juliana terluka, akan gelak orang sekitar. Tanpa menjawab Juliana menarik buku itu, membawanya dalam peluk dan berlari keluar dari ruang perpustakaan yang menyakitkan. Wanita penjaga perpustakaan itu mengernyit dan merasa heran, apa aku salah bicara? Batinnya.

Ketika ia berdiri di trotoar menunggu Transpormeter yang lewat, sebuah mobil hijau berhenti di hadapannya, membuat gadis itu bertanya-tanya siapa orang pemilik mobil itu, jawabannya segera ia ketahui tanpa perlu menunggu lama, Green Mila tampak se...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika ia berdiri di trotoar menunggu Transpormeter yang lewat, sebuah mobil hijau berhenti di hadapannya, membuat gadis itu bertanya-tanya siapa orang pemilik mobil itu, jawabannya segera ia ketahui tanpa perlu menunggu lama, Green Mila tampak sedang duduk memegang kendali, bahkan ia menawari Juliana pulang bersama, sungguh beruntung ia bisa menemukan seorang teman. Awalnya gadis itu merasa ragu untuk menerimanya, namun gadis hijau baik hati itu memaksanya, jadi ia menuruti saja.

"Di mana rumahmu?" tanya Green Mila setelah Juliana duduk di jok sebelahnya.

"Aku harus pergi ke Sekolah Mayor untuk berlatih bela diri," jawabnya.

"Oh," Green Mila manatapnya sejenak. "Kau juga bisa bela diri?" tampaknya ia agak terkejut, atau lebih tepatnya tidak percaya.

"Ya," Juliana terkekeh.

"Gadis lemah lembut sepertimu bisa bela diri..." komentarnya, "...meragukan."

"Yah," jawab Juliana berusaha untuk membuat Green Mila lebih yakin. "Aku terpilih menjadi peserta turnamen yang akan berlangsung minggu depan."

"Oh," kata Green Mila. "Kau pasti bukan anggota sembarangan."

Juliana tersenyum.

"Selama di sini kau tinggal di mana?" lanjutnya.

"Aku tinggal di apartemen," jawab Juliana.

Sepanjang perjalanan itu mereka berbincang.

"Apa kau tak merasa diriku aneh?" tanya Juliana yang sejak tadi merasa ragu dengan pertanyaan itu.

"Tidak," kata Green Mila akhirnya, membuat gadis itu merasa lega. "Kenapa harus begitu?" Ia menatap Jualiana sejenak. "Aku tahu kau adalah warna baru di sini," lanjutnya. "Tapi bagiku itu tidak buruk."(*)

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now