33|Kejanggalan|

8 1 0
                                    

Mata Blackrider akhirnya terbuka, terbelalak menyaksikan siapa yang nyaris menikamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Blackrider akhirnya terbuka, terbelalak menyaksikan siapa yang nyaris menikamnya. Pisaunya melukai tangan pemuda itu setelah menahan agar pisau itu tak melukai bagian tubuh yang fatal, Shireen yang dikejutkan dengan terjaganya Blackrider, langsung menjatuhkan pisaunya, melangkah mundur perlahan, napasnya naik turun, ia merasa dihantui oleh apa yang telah ia lakukan, menggeleng lalu berbalik dan pergi.

Sementara itu Blackrider masih duduk, menatap kepergian Shireen yang terasa janggal, sambil membalut luka tangannya dengan selimut. Tak mampu untuk berkata apa pun, merasa syok dan semakin tidak mengerti, mengapa calon istrinya melakukan hal aneh. Terdiam, trauma solah menyapanya, masih tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu, sementara itu Shireen melarikan diri ke Dunia Warna tepat pada saat itu juga, membawa koper berisi pakaian dan sejunlah uang.

Meninggalkan Blackrider. Setelah beberapa saat barulah Blackrider ingin menemui gadis itu yang pastinya, itu sudah terlambat, dan ketika membuka pintu kamarnya, mendapati ruangan itu telah kosong. Kahadiran dan kepergian Shireen bagaikan sebuah misteri bagi Blackrider, yang kini hanya menyisakan rasa penasaran, sungguh membuatnya semakin bingung, ke mana ia harus pergi? Haruskah ia kembali menemukan Shireen, atau melupakannya.

"Assalamualaikum!" Juliana menghubungi Green Mila dan Whitie Watn pada keesokan harinya, secara bersamaan.

"Waalaikumussalam," jawab keduanya bersamaan, Green Mila tampak baru bangun tidur, sehingga Juliana menutup mulut dengan satu tangan, kemudian menurunkannya.

Ia mengerutkan wajah. "Kau baru bangun tidur?" tanyanya merasa bersalah.

Green Mila mengangguk tampak mengantuk, berbeda dengan Watn yang tampak murung.

"Aku hanya ingin memberitahu kalian..." Juliana mengulum bibir, "...Beberapa hari lalu aku bertemu dengan Blackrider di dalam pesawat," jawaban tersebut sempat membuat Watn membelalak, yang ia pikir itu cerita baru, namun setelah itu ia kembali murung. Sementara itu Green Mila amat terkejut. "Dan, aku sudah menghubungi Nyonya Olive," sambungnya.

"Lalu, apa katanya?" tanya Watn tak sabaran.

Juliana menjulurkan bibir. 'Ia meminta maaf karena belum bisa membantu kita untuk mencari Blackrider," Ia mendapati wajah kecewa kedua sahabatnya. "Nyonya Olive akan pergi ke Jepang menemui kakaknya."

"Aku tidak mengerti," kata Green Mila. "Mengapa ia seegois itu?" timpalnya dengan wajah kesal.

Juliana merasa bersalah telah mengatakan itu. "Entahlah!" katanya.

"Jadi, bagaimana dengan misi pencarian kita?" Watn mengigit bibir.

Olive Magenta tengah menyusuri jalan menarik sebuah koper di belakangnya, tiba-tiba seorang pemuda menabraknya, membuat keduanya berhenti melangkah, saling bertatapan yang membuat gadis itu terkejut bukan main, sedangkan pemuda itu hanya meminta maaf lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Olive mengernyit dan berpikir, aneh? Namun satu keyakinan tak membuatnya berhenti bertindak, menyorot pemuda itu lalu memanggil namanya sebelum pemuda itu pergi lebih jauh.

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now