9|Harapan Baik|

16 2 0
                                    

Sebuah padang rumput yang indah, pohon besar dengan satu papan ring berdiri di sana. Blackrider tengah memantulkan bola basket dan sebentar lagi ia akan mencoba memasukkannya ke dalam ring itu. Ketika mencobanya, amat disayangkan karena ternyata bolanya memantul dari lingkaran ring, memantul tinggi yang semakin lama semakin rendah dan menggelinding. Hingga tiba di sebuah pagar taman bola tersebut berhenti, tepat di sebelah seorang gadis yang tengah berdiri memunggunginya, dengan pakaian indigo berkibar tertiup angin. Ia juga merasakan angin sore itu tidak bersahabat. Blackrider mendapati gadis itu tertunduk menatap bola basket miliknya, membungkuk dan meraihnya dengan kedua tangan. Berdiri, menoleh ke kanan dan ke kiri mencari siapa pemilik bola itu.

Pandangannya berhenti ketika menemukan Blackrider berdiri di seberangnya, dengan terkejut dan tidak percaya pemuda itu terdiam menatapnya. Juliana? Desahnya.

"Hei," kata Juliana. "Ini milimu?" tanyanya.

"Y...ya" Blackrider tergagap. "Itu milikku," jawabnya setengah berteriak, karena jarak mereka jauh.

Kemudian Juliana berlari menghampirinya, menyerahkan bola itu pada Blackrider.

"Bagaimana kau bisa berada di sini?" tanya Blackrider setelah mereka duduk di padang rumput

Juliana menjulurkan bibir. "Ceritanya panjang, Blackrider," jawabnya, membuat pemuda itu sedikit berpikir.

"Aku sudah berusaha mencarimu," Blackrider mendongak, menyorot selembar daun yang jatuh, lalu menoleh menatap Juliana. "Meminta bantuan, Watn, Green Mila dan Zombierange," lanjutnya, sementara Juliana hanya tertunduk. "Kupikir kau sudah meninggal, dan aku bersyukur karena bisa menemukanmu berada di sini," sambungnya, tertunduk menatap bola basket yang berputar di atas satu jarinya. "Sedang apa kau di sini?"

Juliana merekahkan senyum, lalu menoleh menatap Blackrider. "Selama di Lebanon aku merasa duniaku kembali," Ia tertunduk menatap rumput di sekitarnya.

Blackrider mendesah terkesiap, sambil menatapnya ."Lebanon?" Menghentikan putaran bola dan memegangnya dengan kedua tangan. Juliana kini menatapnya.

"Aku, Reina, Noor dan keluargaku menghabiskan waktu bersama," jelasnya.

Blackrider mengerutkan wajah. "Jadi, kau sungguh pergi ke Lebanon?" tanyanya, kemudian mengedikkan kedua alis.

Juliana tersenyum lebar, sehingga gigi-gigi putihnya tampak, lalu mengangguk.

"Oh, syukurlah, jika begitu," kata Blackrider, pandangannya tertuju pada bola basket yang ia lempar dan tangkap secara bergantian dengan kedua tangan. "Tadinya aku mengkhawatirkanmu."

Juliana terkekeh. Tiba-tiba seorang laki-laki memanggil Juliana dari belakang, otomatis mereka menoleh, mendapatiya bersama sebuah helikopter di belakangnya.

"Ayo, kita pulang," kata laki-laki itu.

Keduanya bertatapan. "Siapa dia?" tanya Blackrider.

Juliana kembali tersenyum. "Dia Baba-ku," jawabnya. "Aku harus kembali ke Lebanon," Ia bangkit dari duduk.

Otomatis Blackrider melakukan hal sama setelahnya, gadis itu berbalik dan beranjak menuju Baba-nya, lalu berbalik menghadap Blackrider.

"Sampai jumpa.."

Blackrider tampak kecewa, ketika menyaksikan mereka memasuki helikopter itu. "Bagaimana dengan Kelas Manipulasi Warna?" tanyanya sambil berlari mengejar helikopter yang perlahan melesat.

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now