28|Gelap|

10 1 0
                                    

"Shireen?"

Blackrider sungguh terkejut ketika mendapati wajah gadis itu setelah membuka topengnya. Kernyitnya terbit sambil berpikir apa tujuannya mengejar pemuda itu hintgga atap begini?

"Siapa kau?" tanya Blackrider sedangkan jarak mereka cukup jauh. "Kenapa kau mengenalku?" Ia menyipitkan kedua mata. "Dan aku tak mengenalmu."

Angin membelai rambut dan pakaian mereka sehingga kini melambai, senyum jahat gadis itu merekah dalam hening, kemudian menjawab. "Kau tahu, siapa orang yang telah dibuat berada dalam sel olehmu?" tanya Shireen tampak misterius. Perlahan melangkah menghampiri Blackrider. "Kau juga pasti mengetahui siapa orang yang telah berjasa hingga kau memiliki kemampuan beraikido sehebat ini." Tatapan Blackrider semakin sinis terhadapanya. "Aku adalah Shireen Akiyama Grey," langkahnya berhenti ketika jarak antara mereka nyaris dekat. "Ibuku seorang model terkenal dan ayahku," Ia berhenti bicara sejenak. "Edloss Grey yang kau khianati."

Kedua mata Blackrider membelalak setelah mendengar kalimat terakhir gadis itu. Blackrider akhirnya tahu dengan siapa ia bicara sore ini, rasanya seperti menyapa bahaya.

Dengan gesit Shireen meraih dan menggenggam lengan Blackrider, hingga tubuhnya berguling, kemudian jatuh, sungguh ia tak ingin bertarung pada hari mejelang magrib. Tak lama blackrider membalas apa yang baru saja gadis itu lakukan, kini posisi mereka terbalik, gadis itu baru akan membalasnya. "Cukup!" kata Blackrider sebelum ia melepasnya, "bukan ini yang kuinginkan," lanjutnya sambil mengernyit, lalu bangkit berniat untuk pergi, akan tetapi shireen kembali bicara setelah bangkit. "Kenapa?" tanyanya, keringat membasahi pelipisnya. "kau takut?" Ia memancing emosi Blackrider.

Namun pemuda itu tak memedulikannya, bahkan ia terus berjalan memunggunginya.

"Aku tidak rela jika ayahku dikhianati oleh muridnya sendiri," teriak Shireen dengan jengkel. "Dasar tidak tahu terima kasih!" Ia beranjak membuntuti Blackrider.

Akhirnya gadis itu berhasil membuat pemuda itu mereasa tidak terima dengan sebutan itu, ia berbalik. "Bukan begitu!" Baru akan menjelaskan apa yang membuat ayahnya dilaporkan, sungguh tak menyangka jika kini dirinya didorong ketika berada di tepi atap. Tentu saja ia terjatuh, matanya membelalak, mengulurkan kedua tangan menapati Shireen masih berdiri di tepi atap yang menatapnya dengan penuh kepuasan, Blackrider masih mengharapkan bahwa Shireen akan meraih tangannya kembali, namun itu takkan pernah terjadi, karena gadis itu menginginkan hidup Blackrider berakhir, setelah itu barulah ia dapat membebaskan ayahnya.

Jatung Blackrider berdegup sangat cepat, tak ada ingatan apa pun dalam pikirannya, yang ia pikirkan adalah bagaimana dirinya tak terjatuh, namun tidak lama tubuhnya berada di bawah dan yang ia dapati hanya gelap.

Black Shawn tengah membaca surah Al-Mulk selepas menunaikan salat Magrib, ia tahu bahwa seharusnya Blackrider telah berada di rumah sebelum waktu Magrib tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Black Shawn tengah membaca surah Al-Mulk selepas menunaikan salat Magrib, ia tahu bahwa seharusnya Blackrider telah berada di rumah sebelum waktu Magrib tiba. Namun kali ini ia belum juga berada di rumah, sebagai seorang ayah tentu saja mencemaskan putranya, meski biasanya anak laki-laki itu lebih dibebaskan, akan tetapi sungguh tak biasanya Blackrider pergi atau berlama-lama di luar rumah tanpa memberi kabar kepada Black Shawn. Laki-laki itu masih saja berpikiran positif meski di hatinya terdapat perasaan tidak nayman, jadi, setelah membaca quran ia menyimpan kembali kitab itu, segera menyambar Miniseluler dan berusaha untuk menghubungi Blackrider.

Maaf, nomor telepon yang anda putar sedang tidak aktif.

Black Shawn mengernyit, membuka mulut sebelum kembali menghubunginya, lagi, lagi dan lagi. Hingga akhirnya pikiran positif itu berubah menjadi berbagai pikiran buruk, dirinya yakin bahwa putranya sedang berada dalam masalah. Tidak mungkin Blackrider mematikan Miniseluler-nya, batinnya, saat itu juga ia bersiap, mengambil jaket dari tempatnya, lalu mengenakannya dengan tampak tergesa, menarik terbuka pintu kamar, keluar lalu kembali menutupnya. Ummi yang keluar dari dalam kamarnya mengerutkan wajah saat mendapati Black Shawan yang tidak tenang.

"Ada apa Tuan Black Shawn?" tanyanya.

Black Shawn menghentikan langkah kemudian menghadap Ummi. "Oh," katanya, sedikit mengernyit sambil mengangkat kedua tangan, lalu menurunkannya. "Blackrider belum kembali dan aku sangat mencemaskannya."

"Oh," kata Ummi. "Jadi, kau akan mencarinya?" tanyanya memastikan.

Black Shawn beranjak, membuka pintu. "Ya, kuharap aku akan menemukannya," Kemudian segera keluar dan menutup pintu dengan agak keras.

"Ada apa, Ummi?" tanya Abi yang mendengar percakapan itu, lalu Ummi menjelaskan.

Dengan mengendarai mobil milik Blackrider Black Shawn pergi menuju kampus yang mungkin telah dikunci, karena hari menjelang malam. Tak peduli apa pun yang akan terjadi, ia berharap bahwa ia akan menemukan putranya dengan kondisi baik-baik saja. Ketika hampir tiba di kampus, ia melewati tempat kejadian di mana Blackrider terjatuh pada sore itu, namun ia sungguh tak mengetahuinya, amat disayangkan ia terus melaju melintasi toko itu. Dan setibanya di depan gerbang kampus, ia menghentikan mobil, mendapati gerbangnya dislot, beberapa lampu di lantai atas tampak masih menyala, jadi, sepertinya terdapat harapan baginya untuk menemui pengurus kampus.

Laki-laki itu meraih slot, menggesernya, kemudian membuka pintu gerbang. Seorang penjaga kampus coklat datang menghampirinya sebelum ia memasukinya. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya. Black Shawn merasa bersyukur karena telah menemukan seorang penjaga yang mungkin dapat dimintai informasi, jadi, ia menceritakannya.

"Saya, melihat Blackrider keluar dari kampus saat jam pulang," kata si penjaga itu.

Jawaban yang semakin membuat Black Shawn cemas, itu artinya Blackrider tak berada di kampus. Jadi, Black Shawn menjabat tangan si penjaga itu, yang membalas jabatan tersebut sebelum ia berterima kasih dan kembali ke dalam mobilnya. Setelah itu itu Pray Watch berbunyi untuk memberitahu bahwa semenit lagi azan Isya akan berkumandang, Black Shawn menghela napas, haruskah ia kembali ke rumah untuk menunaikan salat kemudian kembali pergi untuk mencari putranya?

Ia berusaha untuk mencari masjid terdekat, sekitar lima menit ia menadapatinya, jadi, ia segera menepi, berhenti di sebelah pohon rindang. Membuka pintu mobil, keluar dan kembali menutupnya, Miniselulernya ia titipkan kepada tempat penitipan barang, baginya menunaikan salat dengan membawa Miniseluler itu menghkhawatirkan, entah kau tak mengetahui mungkin di dalam Miniseluler itu terdapat sesuatu yang buruk.

BAGAIMANA MENURTMU TENTANG BERKOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL DENGAN LAWAN JENIS?

Watn mengirim pesan via Instacolor pada Bairot.

BOLEH, NAMUN TETAP BERHATI-HATI TAKUTNYA JADI BERDUAAN.

Watn mengernyit, kemudian membalasnya:

MAKSUDMU?

Jawabannya tertra semenit kemudian:

YAH, KITA TAK PERNAH TAHU BAGAIMANA PERASAAN KITA TERHADAP LAWAN JENIS ANG MENJADI LAWAN PESAN. SETAN SELALU MEMBISIKKAN HATI KITA KEPADA KEBURUKAN, JADI LEBIH BAIK MENCEGAH.

Watn membalas sesaat kemudian:

JADI, BAGAIMANA?

Bairot menjelaskannya:

YAH, TENTU SAJA KITA BOLEH UNTUK BERTEGUR SAPA DI MEDIA SOSIAL DENGAN LAWAN JENIS, TAPI, JANGAN BERLAMA-LAMA, KEMUDIAN HANYA BOLEH UNTUK MEMBICARAKAN KEBAIKAN, BIJAK MEMILIH UNGKAPAN YANG BENAR. TIDAK SERING DAN TERUS-MENERUS, DAN JAGA PERASAAN KITA AGAR SELALU DALAM JALAN KEBENARAN.

ALLAHU ALAM.

Watn berpikir sejenak sebelum membalas pesan itu.

BAIKLAH! INSYA ALLAH AKU BERHATI-HATI.

Black Shawn terus mencari meski tak mengetahui ke mana ia harus terus mencari, sementara Miniseluler milik Blackrider selalu tidak aktif setiap kali ia menghubunginya. Pada waktu bersamaan, Shireen membuat surat untuk mengabari ayahnya yang berada jauh di Jepang. (*)

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now