32|Gagal|

6 1 0
                                    

"Orang tuamu telah meninggal," dusta Shireen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Orang tuamu telah meninggal," dusta Shireen. "Kau pasti lupa," katanya lagi.

Dan pada keesokan harinya mereka tiba di kantor polisi setelah Blackrider memercayai semua yang dikatakan Shireen. Mereka melalui lorong panjang untuk menuju sel yang ditempati Edloss Grey, ketika mereka tiba di bagian luar pagar sel, para narapidana tampak memerhatikan kedatangan mereka, dan salah satunya adalah Edloss, pria itu akhirnya bangkit dan beranjak menghampiri mereka.

"Ayah, tolong tepati janjimu!" desahnya.

Blackrider yang saat itu memerhatikan Edloss mendadak teringat akan beberapa peristiwa. Semakin lama semakin terbayang sehingga membuatnya sakit kepala.

"Ah!" jeritnya, sambil memegang kepala dengan satu tangan.

Edloss dan Shireen yang menyadari hal tersebut menoleh ke arah Blackrider, gadis itu mengernyit, sementara sang ayah hanya memerhatikan dengan cemas.

"Kau kenapa?" tanya Shireen, mengerutkan wajah, kemudian ia menghampiri pemuda itu, ketika sepertinya kondisi pemuda itu tampak parah.

Blackrider semakin berteriak dan tak lama setelah itu ia jatuh pingsan.

"Mama tidak menyangka bahwa kau akan betah tinggal di Dunia Warna," kata Mama, senyumnya merekah ketika duduk melingkar menatap putrinya. "Kedengarannya kau sempat tak ingin pulang, kenapa?" Mama mengedikkan satu alis.

Mereka bersantai di Jai; sebuah rertoran di kota Beirut. Selain menantikan hidangan mereka juga menantikan Reina yang telah menyepakati janji untuk hadir makan di sana setelah Zuhur.

"Um..." Juliana tertunduk, haruskah aku mengatakan yang sebenarnya? Batinnya, kemudian mendongak menatap Mama. "Terjadi sesuatu yang membuatku ingin tetap berada di sana," jawabnya.

Mama mengernyit, mengedikkan satu alis, mengerling sambil berpikir sejenak. "Apa itu?" tanyanya menatap Juliana.

Juliana menyengir. "Hanya masalah persahabatan," jawabnya, senyum terpaksa itu ditujukan untuk menyembunyikan sesuatu, sejujurnya ia masih merasa penasaran akan apakah pemuda yang ditemuinya adalah Blakrider? Akan tetapi situasi yang tak memungkinkan pada saat itu untuknya bertanya lebih dalam, dan sekarang, hanya rasa penasaran yang seolah tak pernah terpecahkan menyelimuti hatinya. Tak lama gadis itu mendapati seorang sahabatnya tengah mendorong terbuka pintu restoran, bersyukur karena akhirnya Reina menepati janjinya.

Ceria wajah mereka saat bertatapan, Juliana bangkit dari duduk, lalu menghampiri Reina dan berpelukan. Mereka saling menanyakan kabar sebelum akhirnya beranjak ke meja makan dan duduk, tepat setelah itu hidangan yang mereka nantikan datang, mereka makan bersama dengan tenang.

"Bolehkah aku berkunjung ke rumahmu setelah ini?" tanya Juliana setelah makan, mengerling sambil berpikir, lalu kembali menatap Reina. "Um, atau menginap?"

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now