7|Apa Yang Kau Lakukan?|

16 3 4
                                    

Blackrider tengah berziarah ke makam bundanya, Pinker Belle. Ia teringat saat ayahnya menceritakan tentang bagaimana bunda tercintanya bisa meninggal. Jadi saat hari perpisahan pemuda sekolah menengah atas itu, Pinker Belle mengalami kecelakaan saat tengah menikmati hari berdua bersama suaminya, Black Shawn. Saat itu Black Shawn memintanya agar menunggu di trotoar dengan niat memberi isterinya sebuah kejutan. Setelah itu Black Shwan pergi menyeberang jalan untuk menghampiri toko bunga, itu terdengar romantis, teman-teman. Namun amat disayangkan karena romantis itu harus berubah menjadi takdir pahit. Pinker Belle yang tak sabar akan menunggu suaminya kembali akhirnya ia menutuskan untuk menyeberang jalan, berniat menghampiri suaminya.

Dan ketika suaminya berbalik, ia harus menyaksikan isteri terkasihnya terjerembab karena mobil yang menabraknya. Padahal tadinya setelah itu mereka akan menuju Akademi Wonder'C.

"Doaku menyertaimu, Bunda," kata Blackrider. "Dan Ayah sangat mencintaimu, bahkan ia tak pernah menikah lagi."

Apa kau dapat merasakan seperti apa jika kau menjadi dirinya? Oh, malangnya. Ia merantau dan menetap selama tiga tahun di Kota Coklat meski ia pasti kembali ke rumah saat liburan, namun itu tak selama ia berada di Kota Coklat, dan setelah lama tak berjumpa, ia harus melihat wajah ibu yang terakhir kali. Sementara itu Nyonya Olive bersasma pihak sekolah Mayor berusaha melaporkan kasus hilangnya Julie pada polisi, akan tetapi firasat Nyonya Olive mengatakan bahwa Edloss adalah pelakunya. Hal itu tentu belum jelas, dan itu belum bisa dibuktikan, salah seorang muridnya mencoba untuk menenangkan, namun gadis itu selalu menangis dan merasa bersalah karena telah memilihnya menjadi peserta sejak awal. Padahal itu sama sekali bukanlah kesalahannya. Setelah selesai berziarah Blackrider berniat untuk membicarakan masalah sama dengan Nyonya Olive pada Tuan Edloss, pemimpin Aikidonya, akan tetapi baru saja ia tiba di ambang pintu ruang pelatih, ia mendengar pembicaraan Tuan Edloss.

"Kau yakin Juliana aman di sana?" Suara itu terdengar dari dalam ruangan.

"Semuanya baik-baik saja," jawab Edloss. "Saya telah menyimpan gadis itu di dalam ruang kamar tanpa jendela," lanjutnya. "Saya hanya bertugas memberinya makan, bukan?"

"Bagus!" kata pemilik sekolah Minor. "Saya rasa Blackrider memang mudah dijadikan alat" lanjutnya. "Dia memang murid terjago di sini, dan saya mohon untuk pertahankan itu, jangan sampai ia tersingkirkan oleh siapa pun."

Blackrider mundur satu langkah dari pintu, mengernyitkan alis, ternganga, ia merasa syok saat mengetahui bahwa ia dikirim ke turnamen untuk menjadi bahaya bagi Juliana. Berbalik kemudian segera meninggalkan Sekolah Minor, ia tahu bahwa dirinya harus bisa menyembunyikan apa yang telah ia ketahui dari Tuan Edloss, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak tahu tentang penyimpanan Juliana. Pada malam hari ia duduk di atas kursi, kedua lengannya dilipat di atas meja, menatap langit malam dengan wajah sedih, tidak mengerti mengapa ia bisa sepolos itu. Bahkan ia lebih tidak mengerti mengapa orang yang selama ini mengangkat derajatnya dari orang biasa menjadi tokoh beladiri yang tak terkalahkan, dengan tega mengkhianati kepercayaannya. Juliana, batinnya, aku minta maaf.

Watn telah tiba di rumahnya sejak dua jam lalu, ia tak bisa membantu mencari gadis itu bersama Blackrider hari ini, kedatangannya ke Kota Merah muda sedikit sia-sia. Itu hanya menimbulkan luka pada benaknya, dan itu aneh, sangat aneh. Pada satu sisi, ia amat ingin membantu Blackrider menemukan Juliana, karena ia berpikir bagaimana jika dirinya menjadi Juliana, pasti amat ketakutan. Tapi di sissi lain ia merasa cemburu akan betapa peduli dan perhatiannya Blackrider pada Juliana, yang sama sekali ia belum mengenalnya. Padahal seperti yang selama ini ia tahu, bahwa Blackrider adalah orang yang amat peduli terhadap orang sekitarnya.

Akhirnya ia berbaring, terus berpikir tentang perasaannya, kenapa ia bia mencintai Blackrider? Aapa awal dari semuanya? Ia mengakui bahwa meski Blackrider berkulit merah muda dan bagi manusia dunia nyata, bisa dikatakan itu tidak normal, tapi pemuda itu menarik hatinya. Lama-lama ia menyadari bahwa kedua orang tuanya tak mungkin menyetujui itu. Dan itu hanya akan menambah luka batinnya, padahal itu baru pikiran buruknya, semuanya belum dapat dikatakan benar sebelum apa yang dipikirkan itu terjadi.

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now