6|Hati Kecil Yang Malang|

13 2 0
                                    

Jalan raya kota hari ini tak begitu penuh, para pejalan kaki banyak ditemui di sebagian jalan raya kosong. Hari ini adalah hari bebas mobil, jadi para pejalan kaki dapat dengan bebas bermain di jalan raya, bahkan Transpormeter juga tak muncul kecuali dalam kondisi mati. Sepertinya Watn tiba di sana dengan tidak beruntung, hal ini membuatnya bingung, bagaimana ia akan pergi ke kantor walikota dan mengantar surat-surat penting itu jika tak satupun kendaraan bisa mengantarnya.Namun akhirnya berhasil menemukan sebuah taksi yang melintas kemudian menawarinya tumpangan. Mereka sedikit berbincang tentang jalan yang mungkin dapat ditempuh meski hari bebas mobil. Dan untungnya masih ada peluang.

Gadis pecinta warna putih itu akhirnya tiba di kantor walikota dan segera menyarahkan surat-surat itu. Rencana berikutnya adalah pergi mengunjungi rumah Blackrider, sesuai dengan alamat yang telah ia dapat dari pemilik rumah itu. Dengan menumpangi taksi yang sama ia berangkat ke sana, sambil memastikan apakah letak rumahnya itu benar atau tidak, dengan cara bertanya pada orang-orang setempat. Setelah jawaban mereka menguatkan keyakianannya, akhirnya Watn meminta si sopir untuk menghentikan mobil tepat di hadapan rumah merah muda itu.

Ia turun dari dalam taksi setelah membayar ongkos sebesar sepuluh Coloney, setara dengan dua puluh ribu. Memasuki halaman rumah Blackrider, berdiri di ambang pintu, mengangkat satu tangan berniat untuk mengetuknya kemudian melakukannya. Tak lama pintunya terbuka, tampak seorang berkulit abu gelap dengan rambut hitam tanpa sedikit warna merah muda yang ia tampak lebih tua dari Blackrider.

Watn mengucapkan salam dan laki-laki itu menjawabnya.

"Maaf, saya Watn," katanya. "Saya teman SMA Blackrider dan saya igin bertemu dengannya," lanjutnya sopan. "Apakah ia berada di sini, Tuan?"

"Oh," jawab Black Shawn. "Blackrider sedang belajar di kampus," jelasnya, cukup membuat Watn agak kecawa. "Jika anda harus menemuinya sekarang dan memiliki urusan penting, anda dapat pergi ke sana untuk menemuinya," Black Shawn memberinya alamat kampus Blackrider.

Watn merekahkan senyum. "Terima kasih," ucapnya kemudian.

Dengan satu harapan lagi ia amat ingin bertemu Blackrider setelah lama tak berjumpa lagi, akhirnya ia kembali dalam perjalanan menuju kampus. Semoga kau berada di sana, batinnya. Setibanya di sana Watn berdiri, mendongak menatap gedung kampus yang cukup tinggi, ia juga mendapati pohon-pohon dengan jarak berjauhan, halaman depan yang berkeramik yang tengah ia pijak sekarang, betapa luasnya kampus tempat Blackrider menuntut ilmu. Sehingga ia bingung akan ke mana ia beranjak untuk dapat masuk dan segera menemui Blackrider. Ia beranjak tanpa bertanya, berusaha menyelesaikan bingungnya seorang diri, dan kemudian ia berhasil menemukan pintu masuk. Tanpa ragu ia mendorong terbuka pintu tersebut, memasukinya, melalui lorong loker, ia tak mengerti di mana Blackrider berada sekarang, ia berbalik dan mencoba melalui lorong dinding.

Tertunduk ketika melawati kerumunan pemuda, namun hal itu membuatnya menabrak seseorang. Ia mundur satu langkah dan mendongak, tampak antusias saat mendapati siapa orang yang berdiri di hadapannya.

"Watn?" Pemuda berkulit merah muda dengan rambut pendek disertai helai-helai merah muda, terkejut saat melihatnya.

Watn menunduk sambil tersenyum "Aku mencarimu sejak tadi" katanya lalu mendongak.

"Sejak kapan kau berada di sini?" tanya Blackrider.

Watn terkekeh, hati kecilnya merasa amat bersyukur. "Aku telah tiba di sini sejak beberapa jam lalu," jawabnya.

Akhirnya mereka beranjak.

"Sungguh ini lebih cepat dari dugaanku," sambung Blackrider.

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now