10|Menyelamatkan Diri|

11 2 0
                                    

Toko-toko berdiri di tepi jalan, pagi itu orang-orang memulai aktivitas mereka, jalan raya tampak padat kendaraan. Watn tengah berjalan melewati toko-toko, tiba-tiba sebuah mobil masuk ke jalur pejalan kaki dan nyaris menabraknya, tapi untungnya ia bergeser, dan kemudian mobil tersebut melintas. Gadis itu mengernyit sambil menatap mobil tadi, pikiran astagfirullahal azim! Terlintas di benaknya. Ia melanjutkan perjalanannya, tapi mendadak berhenti ketika mendapati mobil yang sama berbalik arah dan melaju ke arahnya dengan sangat cepat. Orang-orang sekitar berteriak dan menghambur. Akhirnya ia menyadari bahwa itu bukanlah sebuah ketidaksengajaan, namun, itu adalah rencana pembunuhan. Kali ini ia kembali lolos dari tabrakkan itu, karena ia melangkah mundur kemudian masuk ke dalam sebuah toko barang antik.

Tak lama setelah itu mobil tadi berhenti di depan tiang tak jauh dari sana, beberapa orang berbusana hitam turun dari dalam mobil, membuka pintu toko tersebut dengan amat kasar. Si penjaga toko berperut gendut, bertubuh gemuk dan berambut pirang menyapa salah satu dari antara mereka, berpikir bahwa mereka adalah pelanggan.

"Di mana gadis itu?" tanyanya.

Si penjaga toko menampakkan wajah bingung. "Gadis mana yang anda maksud?" Ia mengedikkan kedua bahu dan mengangkat kedua lengan.

Tanpa sepengetahuan siapa pun pemuda itu menarik sebuah pistol dari tempatnya, yang terletak dekat ikat pinggang, menjulurkan satu tangan untuk menodongnya, membuat semua pelanggan menjerit dan berlari keluar dari dalam toko.

"Cepat katakan!" desaknya dengan tatapan menakutkan.

Si pernjaga toko itu mengangkat kedua tangan lalu berkata bahwa ia tidak tahu. Betapa malangnya ia karena setelah itu dirinya harus menjadi korban pembunuhan, kemudian orang itu bersama dua orang teman sekelompoknya berjalan memasuki bagian dalam toko. Watn sebenarnya bersembunyi di balik tumpukkan kardus bekas minuman kaleng, ia tahu, para penjahat itu tengah menujut empat di mana dirinya berada sekarang, suara lari sepatunya terdengar masuk dari arah tangga. Gadis itu menyaksikan salah satu dari mereka menendang sebuah ruangan tertutup dari tempat persembunyiannya, para penjahat itu kemudian memasukinya. Sementara jantung Watn sudah tak terkendali, berdegup cepat karena ketakutan. Berharap bahwa ia bisa keluar dari tempat persembunyiannya.

Satu kesalahan dibuatnya saat itu, ia berpikir jika aku pergi dari tempat sembunyi dengan cepat tanpa sepengetahuan mereka, mungkin aku bisa selamat. Tapi pada kenyataannya, itu justru mendatangkan bahaya setelah ia mencobanya, para penjahat itu menyadari langkah cepat Watn, bahkan salah satu dari mereka melihatnya sedang menanjaki anak tangga. Jadi mereka mengejarnya sambil menembakkan peluru pada gadis itu. Watn tak mengetahui tempat apa yang kini ia berada di sana. Berulang kali peluru itu meleset dari sasaran. Entah ke mana lagi ia akan pergi, namun jalurnya buntu, hanya mendapati sebuah jendela tanpa teralis atau kayu pembatas dari kejauhan. Menatap secara bergantian antara para penjahat dan jendela itu. Dengan tekad dan pasrah ia membungkuk, berguling, kemudian melompat menyambar jendela itu.

Kepingan kaca jendela berpencar kala itu, menyisakan sebagian kecil di tepi jendela. Para penjahat itu dengan jengkel menyaksikan Watn yang merosot dengan sebuah tali panjang. "Sial!" Mereka berlari menuruni anak tangga berniat untuk menyusul Watn.

          Itu adalah sebuah kesempatan bagi Watn untuk berlari menjauhi tempat itu, sebagian dari jaket yang dikenakannya robek, dengan beberapa luka tubuh yang ia masih dapat bertahan untuk melarikan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Itu adalah sebuah kesempatan bagi Watn untuk berlari menjauhi tempat itu, sebagian dari jaket yang dikenakannya robek, dengan beberapa luka tubuh yang ia masih dapat bertahan untuk melarikan diri. Para penjahat tetap mencari gadis itu dengan mobil mereka, menghubungi bos mereka yang berada jauh.

"Bos!" kata salah satu dari mereka. "Gadis itu pergi dan kami gagal untuk membunuhnya."

Bibir bos mereka bergerak. "Dasar bodoh!" serunya. "Cari, dan habisi nyawanya!" intruksinya.

Tatapannya mengerikan, Edloss telah mengetahui bahwa kini ia menjadi seorang buronan karena kasus hilangnya Juliana Indigo. Ia membuka pesan misterius yang telah ia tuju pada Blackrider. Juliana kini bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah rumah, ia yang telah mendengar kalimat terakhir dari mulut Edloss di balik dinding, berbalik dan bersandar, berpikir bahwa Edloss akan menghabisi nyawa Blackrider, dan oleh sebab itu ia berencana untuk melarikan diri. Dan ketika Edloss mengecek kamar Juliana ia mendapati kamarnya telah kosong. Setidaknya ia merasa panik, berusaha mencari gadis itu ke seluruh penjuru rumah, namun ia tak menemukannya, berusaha bertanya pada beberapa orang yang ditemuinya, namun mereka berkata tidak tahu.

Firasat kuatnya berkata bahwa gadis itu melarikan diri, jadi Edloss mengintruksikan anak buahnya untuk mencari dan mendapatkan gadis itu kembali. Ia ingin gadis itu dianggap sudah mati dan Sekolah Minor akan menjadi satu-satunya sekolah beladiri yang unggul di Pulau Al-Kahf. Caranya sungguh kejam, hanya untuk membuat organisasinya terpandang, ia harus mengorbankan murid handal sekolah saingannya. Mungkin ia berpikir bahwa dengan begitu sekolahnya akan mengalami kemajuan, dia salah besar, karena semenjak Blackrider tak menghadiri kelas, murid-murid lain banyak yang mengikutinya membolos. Dan kini jumlah murid yang hadir tak sebanyak yang biasanya. Merasa terancam akhirnya Watn memutuskan untuk pindah rumah ke Kota Merah muda, namun sialnya terjadi sesuatu ketika sedang menunggu pesawat di bandara. Para penjahat yang kemarin berulah untuk sementara ditugaskan jika menemukan Juliana di sekitarnya ia harus menangkapnya. Namun salah satu dari mereka sepertinya menyadari keberadaan Watn, ia begitu memerhatikannya sehingga timbullah rasa curiga di benak Watn, gadis itu juga memiliki respon sensitif pada lingkungannya.

Bergeser mendekati Ummi, mencondongkan kepala mendekati telinganya. "Ummi, mereka berada di sini," desahnya.

Ummi mendongak menatapnya. "Siapa?" Kemudian menoleh menatap sekitar.

"Para pembunuh itu," lanjut Want, lalu segera menarik kepalanya.

Tiba-tiba seorang satpam mengucapkan 'permisi' memberitahu bahwa pesawat menuju Kota Merah muda sudah tiba, jadi satpam itu meminta mereka agar bergegas.

Keluarga Watn menapak dengan buru-buru menuju tempat pengecekan, sambil waspada. Ummi membicarakan para penjahat itu pada Abi, dan itu membuat mereka takut, dan saat pemeriksaan individu, para penjahat yang berdiri dua langkah setelah Watn mengambil gilirannya untuk diperiksa. Alat pemeriksa itu kemudian berbunyi menandakan terdapat sesuatu yang tidak layak untuk dibawa. Namun hal itu tak membuat mereka mundur untuk melakukan kejahatan, bagi mereka ini adalah kesempatan emas untuk membunuh Watn.

Mereka menarik pistol dari tempat penyimpanannya, kemudian mulai menodong si pemeriksa, semua orang berteriak dan berpencar. Sungguh, mereka menggagalkan rencana pergi orang banyak. Watn bersama keluarganya yang berada jauh dari mereka juga mendengar betapa kerasnya suara tembakkan itu, mereka berhenti untuk bertanya pada seseorang tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini, dan orang itu menjawab, bahwa terdapat kasus penembakkan, lalu orang itu pergi, meninggalkan mereka dalam ruang pertayaan. Bukan itu yang mereka maksud, itu membuat mereka berpikir lebih buruk tentang nyawa Watn yang dapat dibilang tidak aman.(*)

Wonder Colours: Fight in Color WorldWhere stories live. Discover now