Hari ini Wendy mendapat panggilan bersama Seulgi menuju military base untuk mengadakan penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh pangkalan militer. Ketika mereka sampai, mereka langsung disambut oleh 3 petugas militer yang menjemput mereka lalu mengantar mereka ke arah dimana penyuluhan akan di adakan.
Aula dipenuhi oleh anggota militer langsung berbisik-bisik dengan senyuman bahagia melihat dua dokter cantik menjadi pembicara di penyuluhan kali ini. "Selamat pagi!" Ucap Seulgi dan Wendy menyapa menggunakan mic.
Mereka melakukan penyuluhan selama 45 menit lalu setelah itu mereka membuka sesi pertanyaan. "Silahkan jika ada yang ingin bertanya." Ucap Seulgi. Ada 3 orang yang mengangkat tangan. Seulgi mempersilahkan dari yang paling belakang dulu untuk bertanya.
"Apa ada kesempatan bagi kami untuk bekerja sama dengan kalian di masa depan?" Tanya nya. Seulgi dan Wendy saling bertatapan dengan wajah kagum mendengar pertanyaan tersebut. "Pertanyaan yang bagus. Kami tidak bisa memberi jawaban yang pasti untuk saat ini tapi tidak menutup kemungkinan mungkin saja terjadi." Jawab Wendy.
"Ada pertanyaan lain?" Wendy memberikan kesempatan lain. "Ya silahkan." Wendy mempersilahkan seorang anggota militer yang duduk di barisan depan. "Apakah fasilitas kesehatan di pangkalan militer bisa di upgrade sesuai dengan standar rumah sakit?" Pertanyaan bagus lainnya.
"Pada dasarnya fasilitas kesehatan adalah fasilitas kesehatan. Urusan sama atau tidak dengan standar rumah sakit, tentunya akan berbeda melihat kebutuhan juga situasi dan kondisi lingkungan yang jelas berbeda. Tapi kami sedang berusaha untuk menyama ratakan semuanya menjadi satu standar yang sama." Jawab Wendy lagi.
"Ada lagi?" Seulgi kembali membuka sesi pertanyaan berikutnya. Ada 1 tangan di tengah-tengah lautan anggota militer yang mengacung tinggi. "Ya silahkan." Ucap Seulgi yang lalu merunduk menutup mulutnya menahan tawa ketika ternyata yang mengacungkan tangannya adalah Johnny.
Wendy melirik Seulgi karena ia juga jadi ingin tertawa saat ini. Mereka harus berpura-pura tidak saling mengenal agar tidak menimbulkan pertanyaan lain yang mengarah ke ranah pribadi.
"Selamat pagi dok. Saya ingin bertanya, apa jika pangkalan militer bekerja sama dengan rumah sakit dimana kalian bekerja, membuat kami dapat fasilitas khusus sebagai anggota militer disana?" Tanyanya profesional. Wendy menatap Seulgi memberi kode agar Seulgi saja yang menjawab.
"Tentu saja. Jika memang kita bekerja sama nantinya secara resmi, profesional dan dengan kontrak yang jelas, anggota militer akan mendapat fasilitas khusus dan perhatian lebih." Jawabnya mengiyakan. "Apa mendapat nomor telepon termasuk salah satu fasilitasnya?"
Pertanyaannya membuat aula ricuh sedangkan Wendy sudah tertawa terpingkal-pingkal meninggalkan Seulgi yang menahan tawa salah tingkah. "Terima kasih atas pertanyaannya. Silahkan selanjutnya." Seulgi langsung memotong kesempatan Johnny untuk menggombalinya didepan umum.
Johnny duduk kemudian Taeyong yang berdiri. Seulgi dan Wendy lagi-lagi tertawa dalam diam. "Mereka ini kenapa, menyulitkan pekerjaan kita saja!" Bisik Seulgi kepada Wendy yang menarik nafas dalam-dalam lalu menatap Taeyong berusaha untuk tidak tersenyum.
"Selamat pagi dok. Izin bertanya. Jika kami ingin berkonsultasi, apa ada jadwal tertentu yang harus kami ketahui?" Tanyanya. Wendy menaikkan kedua alisnya lalu menganggukan kepalanya. "Untuk beberapa dokter, iya. Terutama dokter spesialis, tapi pada umumnya semua dokter bisa di akses 24 jam melalui pihak administrasi agar dapat mengatur jadwal konsultasi yang sesuai."
"Maksudku, konsultasi pribadi. Apa ada jadwal tertentu yang harus aku ketahui?" Taeyong tersenyum jahil karena lagi-lagi aula menjadi ricuh meninggalkan Wendy yang tertawa malu sambil memijat pangkal hidungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
P U Z Z L E✔️
Fanfiction[Wendy/Taeyong] - Perjuangan Wendy, seorang dokter muda yang belum pernah menikah, mengadopsi pasien anak korban penyiksaan orang tuanya, Mark. Dipertemukan dengan seorang serdadu tampan, Lee Taeyong yang tiba-tiba sukarela menjadi ayah dari anak an...