Taeyong dan Wendy berbaring dengan kaku di atas kasur ukuran queen. Tidak begitu luas dan itu membuat tubuh mereka mau tidak mau menempel.
Cklek
"Eomma... appa..." Sapa Mark menyapa ibu dan ayahnya. Oke, masih terdengar sangat menggelikan ketika dikatakan begitu. "Mark?" Mereka berdua langsung terbangun dan menyambut Mark dengan ceria. Ia berharap Mark akan memecah kecanggungan diantara mereka berdua.
"Oh? Tumben eomma tidak menyalakan lampu warna merah atau biru?" Ucap Mark dengan polosnya. Wajah Wendy memerah mendengar penuturan anaknya itu. "Lampu merah atau biru?" Tanya Taeyong bingung. Mark menganggukan kepalanya berkali-kali.
"Biasanya kamar eomma berwarna merah atau biru ketika ia akan tidur. Seluruh ruangannya. Karena lampu kamarnya bisa berubah warna!" Jelas Mark. Taeyong yang membayangkannya langsung merasa panas dan wajahnya ikut memerah malu.
Pikirannya kemana-mana, membayangkan dirinya dan Wendy bercinta dengan lampu merah atau biru membuatnya panas. Tidak seharusnya ia membayangkan itu, namun ia tak kuasa. Suasananya terlalu mendukung.
"Mark mau tidur disini tidak?" Tawar Taeyong berusaha menetralkan rasa gugupnya. "Tidak. Mark mau tidur dengan nenek. Mark kesini hanya ingin mengucapkan selamat tidur." Ucapnya dengan senyum menggemaskan. Mark menghampiri Wendy lalu memeluknya erat dan mengecup kedua pipi Wendy lalu keningnya. Itu kebiasaannya sebelum tidur jika Wendy sedang ada dirumah.
Mark beralih menatap Taeyong yang sudah merentangan tangannya meminta yang sama. Mark memeluk Taeyong lalu mengecup kedua pipi Taeyong juga keningnya.
"Selamat tidur eomma, appa." Ucapnya sebelum pergi dan kembali menutup pintu kamar dengan perlahan. Kini Wendy dan Taeyong kembali ditinggalkan hanya berdua. Mereka saling tatap lalu tiba-tiba tertawa. "Kau membuatku gila. Sana tidur!" Perintah Wendy gemas sendiri.
"Aku akan tidur jika kau tidur." Jawab Taeyong. Wendy membaringkan tubuhnya dan mereka terdiam sambil berbaring bersebelahan di atas kasur. "Ternyata kau punya kebiasaan tidur yang unik ya? Dengan lampu-lampu itu." Taeyong mengungkit apa yang tadi Mark katakan.
Wendy hanya bisa tertawa sambil menutup wajahnya karena merasa malu. "Kau ternyata punya sisi liar Dokter~" Goda Taeyong yang kini mulai dipukuli oleh Wendy. "Diam Taeyong!"
"Kau tau lampu seperti itu biasanya dipakai di club malam kan?" Taeyong masih menggoda Wendy yang kini bangun dan berjalan ke kamar mandi sambil tertawa malu. "Hey, mau kemana!?" Panggil Taeyong. "KAMAR MANDI!" Jawab Wendy dengan sebal.
...
Tak lama kemudian Wendy kembali dan langsung masuk ke dalam selimut. Taeyong tertawa lalu memutar tubuhnya agar menghadap Wendy yang menutupi seluruh kepalanya dengan selimut.
"Hey, hey," Taeyong mengetuk lembut selimut yang menutupi wajah Wendy. "Hmm." Wendy menjawab malas. "Kenapa bersembunyi?" Tanya Taeyong tersenyum gemas. Tiba-tiba Taeyong mencari remot lampu dan menggantinya jadi warna biru. Wendy langsung membuka selimutnya terkejut dan saling bertatapan dengan Taeyong yang kini tersenyum lebar.
"Ya tuhan, tidak." Wendy langsung kembali menutup wajahnya dengan selimut. Namun Taeyong menahannya dan kini mereka saling bertatapan di lampu remang berwarna biru yang memenuhi seluruh ruangan.
Taeyong mendekati wajahnya perlahan lalu mencium Wendy dengan sangat lembut. Tak ada paksaan, Wendy benar-benar merasa nyaman dan jantungnya berdebar sangat kencang saat ini. Taeyong mulai menggerakan bibirnya perlahan dan membiarkan Wendy terbiasa dengan gerakan bibirnya. Taeyong mulai memutar tubuhnya lalu menumpukan tangannya disebelah kepala Wendy dengan setengah menindih tubuh Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
P U Z Z L E✔️
Fanfic[Wendy/Taeyong] - Perjuangan Wendy, seorang dokter muda yang belum pernah menikah, mengadopsi pasien anak korban penyiksaan orang tuanya, Mark. Dipertemukan dengan seorang serdadu tampan, Lee Taeyong yang tiba-tiba sukarela menjadi ayah dari anak an...