Chapter 19

921 151 20
                                    

Wendy, Taeyong dan Mark sudah berada di ruangan dokter spesialis anak, dr. Luna yang selama ini menjadi dokter tetap untuk Mark. Ia adalah senior dari Wendy selama bekerja di rumah sakit dan mereka berteman baik semenjak menangani Mark sejak awal Mark dibawa ke rumah sakit ini.

"Mark-ya~ bagaimana kabarmu? Ku dengar kau baru saja tampil di pentas seni sekolah ya?" Tanya Luna dengan sangat ramah dan ekspresif. Mark menganggukan kepalanya semangat sambil diam terduduk di atas kasur pemeriksaan dengan sangat baik dan menurut.

"Pasti sangat senang pentas seni tahun ini ada appa yang datang menontonmu ya?" Tanya Luna lagi. "Iya!" Jawab Mark dengan semangat. Wendy, Taeyong dan Luna tertawa. "Pasti penampilanmu sangat memukau! Eommamu bercerita kepada imo bahwa penampilan Mark saat tampil sangat luar biasa!"

Luna mempersilahkan Mark untuk turun dari kasur pemeriksaan dan membiarkan Mark naik ke pangkuan Taeyong. "Kesehatan umumnya sangat bagus. Perutnya masih terdengar bergemuruh karena mungkin lambungnya masih ada sisa luka tapi aku yakin bulan depan lambungnya sudah sembuh total." Ucap Luna sambil membaca indikator kesehatan pada Mark.

Wendy dan Taeyong tersenyum bahagia mendengarnya. "Mark boleh keluar lalu main dengan uncle Daniel dan uncle Minho dulu yaaa~ imo harus berbicara dengan eomma dan appa! Ok?" Pinta Luna kepada Mark untuk keluar dari ruangan tersebut agar ia dapat berbicara serius dengan Wendy dan Taeyong.

...

"Apa ada yang salah unnie?" Tanya Wendy khawatir. Luna menghela nafas berat. "Hasil rontgen nya masih menyatakan bahwa lambungnya belum membaik Wan. Masih ada luka cukup besar didalam sana yang beresiko kebocoran lambung." Luna menatap hasil rontgen dengan sendu lalu menunjuk di mana luka tersebut berada.

Wendy ikut menatap hasil rontgen tersebut dengan wajah sedih. Taeyong disisi lain masih kebingungan, "Apa ini... karena pasir kucing yang dulu sempat ia makan dalam jangka waktu lama?" Tanyanya ragu. Wendy tersenyum sendu lalu menganggukan kepalanya.

"Kerikil yang mengendap dan dicoba dicerna oleh lambung bergesekan dengan dinding lambung merobek cukup banyak lapisan lambungnya. Dulu Mark harus makan lewat selang sampai usia 5 tahun. Sekarang saja di usia nya yang 7 tahun dia masih makan bergantian menggunakan selang jika asam lambungnya kambuh karena lambung kecilnya tidak dapat bekerja maksimal."

Wendy menjelaskan kondisinya yang diangguki Luna sebagai penjelasan yang tepat. Taeyong ikut menunjukan ekspresi muram. Ia masih tidak terima mengetahui yang melakukan perlakuan keji seperti ini adalah mendiang kakak kandungnya sendiri.

"Apa ada tindakan yang harus di lakukan?" Tanya Wendy. "Jalan ter-aman dan tercepat untuk pemulihan adalah dengan cara operasi. Tapi... Mark sudah terlalu banyak melewati tindakan operasi, aku takut itu berpengaruh kepada mentalnya. Apa saat ini Mark masih dalam di bawah pengawasan psikiater dan psikolog?" Tanya Luna.

Wendy menganggukan kepalanya. "Ia masih dibawah penanganan dr. Yoona dalam sisi psikiater, dan psikolognya adalah Sunny-ssi." Taeyong menoleh ke arah Wendy karena ia merasa ia tidak tau sama sekali mengenai keadaan kesehatan Mark secara detail.

Wendy menoleh lalu tersenyum dengan wajah menyesal. "Maafkan aku... terlalu banyak detailnya jadi aku tidak sempat bercerita padamu." Ucap Wendy meminta maaf. Taeyong meraih tangan Wendy dan menggenggamnya erat. "Tidak apa-apa. Mulai sekarang biarkan aku tau semuanya ya?" Pintanya lembut. Wendy menganggukan kepalanya.

"Boleh tidak aku jadi anak angkat kalian? Atau pengasuh Mark? Karena aku bisa memandang kemesraan kalian 24 jam tanpa rasa bosan. Aku serius." Luna membuat Wendy menaril kembali tangannya yang di genggam oleh Taeyong lalu tertawa malu.

"Kembali ke Mark, unnie~" Wendy meminta Luna kembali fokus pada topik utama. "Iya iya maaf ㅋㅋㅋ jika memang masih dibawah penanganan psikiater dan psikolog, menurutku tindakan operasi kali ini tidak akan mendapatkan masalah. Hanya aku ingin memastikan bahwa tindakan kali ini dengan persetujuan penuh dari Mark sendiri, aku tidak mau menyakiti malaikat itu untuk kesekian kalinya. Sudah cukup baginya dan aku pastikan bahwa tindakan operasi ini akan menjadi tindakan terakhir. Benar-benar terakhir."

Wendy dan Taeyong menganggukan kepala mereka pasrah. "Oke urusan Mark selesai. Aku tidak kuasa! Aku ingin bertanya tentang kalian bolehkah?" Tanyanya terlihat sudah menahan ingin bertanya sejak tadi.

"Oh ya tuhan, mulai." Wendy menghela nafas jengah mengabaikan Taeyong yang tertawa sedangkan Luna yang protes melihat respon adik tingkatnya yang seperti itu. "Heh! Aku penasaran! Kau bekerja di bawah suamiku dan Onew sering membicarakan kalian berdua! Salahkan dia aku jadi kepo begini!"

Luna adalah istri dari dr. Onew. Mereka juga cinta lokasi di rumah sakit itu. Sama seperti Daniel dan Jihyo. Lalu kini Wendy dan Taeyong, dan mungkin Johnny dan Seulgi jika Seulgi menerimanya.

"Ih!? dr. Onew ternyata suka menggosip!?" Tanya Wendy kaget karena selama ini dr. Onew adalah dokter paling kalem dan jutek yang pernah ia kenal. Tidak terbayang jika mencoba membayangkan dr. Onew yang membicarakan dirinya dengan Taeyong.

"Kau tidak tau saja dia cerewet jika dirumah. Aku ingin bertanya! Apa kalian saling jatuh cinta? Atau Wendy yang duluan? Atau Taeyong duluan?" Tanyanya sangat penasaran. "Sepertinya-"

"Aku duluan yang jatuh cinta padanya." Taeyong menjawab cepat memotong Wendy yang baru saja mau menjawab. "Ooohhh~ kalian menggemaskan!" Luna bertepuk tangan gemas sendiri. "Bagaimana kau tau kalau kau duluan yang jatuh cinta padaku?" Tanya Wendy bingung.

"Karena dulu kau jutek sekali. Kau ramah karena pekerjaanmu juga karena Tuan Ji Hansol, jika bukan karena itu kau tidak pernah menyapaku. Jadi sudah pasti kau memang tidak tertarik padaku ㅋㅋㅋ" Taeyong tertawa mengingat itu. Wendy hanya bisa tersenyum malu tidak bisa mengelak. Ia memang tidak tertarik pada Taeyong di awal-awal.

Ia baru mulai tertarik pada Taeyong ketika Taeyong sering mengantarnya pulang lalu saat memuji bahwa dirinya ibu yang luar biasa berulang kali (chapter 8) dan ia akui hatinya luluh dengan segala usaha Taeyong yang lembut dan tidak pernah memaksa kala itu.

"Lalu kapan kalian akan menikah?" Tanya Luna lagi. "Urusan itu, kami sendiri belum tau. Karena kami juga baru bertunangan lalu Taeyong baru saja naik pangkat jadi masih harus fokus pada jabatan barunya. Masih belum berpikir sampai sana." Jawab Wendy.

Luna beralih menatap Taeyong. "Lelah pasti ya jatuh cinta pada orang keras kepala dan pekerja keras seperti dia. Dia dijuluki manusia mutan di rumah sakit ini. Saking jarang pulang dan selalu terlihat ada di rumah sakit tiap saat." Ucap Luna pura-pura berbisik pada Taeyong langsung dihadapan Wendy yang kini menarik tangannya merengek.

"Kalian semua yang jahat menyebutku manusia mutan!" Wendy masih merajuk. "Ya lagian kapan kau akan pulang eoh!? Betah sekali di rumah sakit! Tau tidak kalau dr. Jennie sirik kepadamu?" Tanya Luna. Taeyong sebagai satu-satunya pria di ruangan tersebut hanya menyimak topik yang mulai mengarah ke ranah gosip wanita.

"Sirik? Kenapa sirik padaku? Dia yang sukses kenapa dia yang sirik." Wendy bertanya bingung. "Karena reputasimu yang makin baik juga mendapatkan serdadu paling terkenal dan paling tampan di rumah sakit. Taeyong, kau sudah menjadi sensasi panas di seluruh rumah sakit dan semua petugas kesehatan wanita menggilaimu. Bahkan terjadi patah hati massal ketika tau kau dan Wendy bertunangan!"

Taeyong tertawa mendengarnya sedangkan Wendy menganga kaget dan tidak habis pikir. "Apa-apaan itu? Dia pernah menyukai Taeyong?" Tanya Wendy kaget. "Dia pernah mengajakku berkencan dan mengajakku ke apartemennya berulang kali." Ucap Taeyong dengan tenangnya. Wendy membelalakan matanya.

Luna? Dia sudah bertepuk tangan girang. "Yesss!!! Prahara rumah tangga! Ayo cepat bertengkar! Baku hantam!" Ucapnya mengompori.

"Kau berhutang penjelasan padaku Lee Taeyong." Wendy menatap Taeyong tajam.

...

P U Z Z L E✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang