34 - Jaehyun & Rosé

2.4K 323 29
                                    

Rose menghempaskan tubuhnya ke kasur, tubuhnya terasa lelah. Padahal hanya pergi sebentar dan hanya duduk mengobrol, akibat terlalu lama menganggur di Belanda.

Lusa nanti Rose akan bekerja di rumah sakit yang sudah ia pilih, sepertinya disana ada Eunwoo.

Rose meraih handphone nya di dalam tas. Tapi perutnya terasa lapar, dirinya belum memberi asupan untuk perutnya. Tadi saat bertemu Lisa, tidak sempat makan akibat terlalu asik mengobrol.

Pantry Rose kosong, seperti hatinya.

Ia menghembuskan nafas kasar, terpaksa harus turun lagi ke bawah untuk pergi membeli makanan. Untung saja didekat apartemen ini terdapat satu toserba.

Saat di toserba, Rose meraih banyak makanan. Sekaligus untuk mengisi pantry nya yang kosong tadi.

"Rose?" panggil seseorang dari belakang.

Rose menoleh dan lagi-lagi ia bertemu Jaehyun hari ini, yang tadi dirumah sakit dan yang ini di toserba.

Rasanya Rose ingin tenggelam ke tanah, kenapa ia harus bertemu orang ini disaat yang tidak tepat.

"Bisa ngobrol sebentar?" tawar Jaehyun.

Jaehyun mengenal persis wanita didepannya ini.

Tubuh ramping, rambut yang berkilau berwarna hitam agak kecoklatan, tidak terlalu tinggi, dan juga wangi.

Agak ragu untuk menegur, tapi Jaehyun sangat amat merindukan wanita didepannya ini. Rasanya ia ingin memeluk Rose saat ini juga, tapi kemudian ia tersadar.

Jaehyun bukan siapa-siapa lagi.

a story by icegrassjelly

"Belanda pasti cantik ya," ujar Jaehyun membuka obrolan.

Rose mengangguk dan tersenyum, tidak mengatakan apapun.

"Kamu kerja disini?" tanya Jaehyun.

"Bukan urusan kamu lagi, Jaehyun." jawab Rose tegas.

Jaehyun agak terkejut dengan respon Rose, padahal seharusnya dirinya lah yang marah karena Rose meninggalkannya selama empat tahun.

"Kamu marah?" tanya Jaehyun pelan.

Rose tertawa dan menghembuskan nafas kasar. "Kamu yang seharusnya marah, tapi kamu malah negur aku."

Untung saja sudah malam dan toserba sepi pengunjung.

"Itu dulu, sekarang nggak lagi." ujar Jaehyun singkat.

"Cukup basa-basi nya, aku mau pulang." kata Rose.

"Aku kangen banget sama kamu," lirih Jaehyun.

Rose membatalkan dirinya yang tadinya ingin berdiri setelah mendengar perkataan Jaehyun barusan.

Selama ini Rose kira dia hanya merindukan Jaehyun sendirian, tidak dirindukan balik.

Rose juga kesal, ia sudah meninggalkan Jaehyun tapi Jaehyun tetap merindukkannya. Selama ini, Rose tidak pernah berharap akan dirindukan Jaehyun. Tapi dirinya berharap, Jaehyun akan bahagia dengan menemukan wanita lain yang lebih baik dari dirinya.

"Buat apa, aku udah jahat." balas Rose.

"Kamu nggak jahat, aku tau kamu pergi ke Belanda karena impian kamu disana. Tapi, disatu sisi kamu juga jaga perasaan aku kan. Nolak buat LDR, karena kamu takut aku sakit?"

"Padahal, sebenernya. Justru aku semakin sakit liat kamu berjuang jagain perasaan aku. Kamu berjuang diem-diem, sedangkan aku kayak pengecut."

"Aku jadi merasa selama lima tahun kita jalanin sama-sama, lima tahun juga aku ngebiarin kamu berjuang sendirian. Aku nggak mau lagi,"

"Rose, kamu dulu prioritasin aku. Tapi aku nggak prioritasin kamu, aku yang seharusnya jahat di cerita ini, bukan kamu. Aku yang seharusnya merasa bersalah, bukan kamu."

"Selama empat tahun kamu pergi, aku setiap hari selalu nungguin kamu pulang. Berharap bisa ngechat kamu, tapi aku juga nggak mau ganggu perasaan kamu disana."

Jaehyun menelan ludahnya. "Aku mau perbaikin itu semua, kita ulang dari awal."

Rose yang mendengar semua perkataan Jaehyun, hanya bisa diam. Rose tidak pernah berpikir sejauh itu, Rose selalu merasa bersalah dan menjaga perasaan Jaehyun.

"Aku nggak pernah anggep kamu pengecut," balas Rose.

"Aku yang ngerasain!" tegas Jaehyun.

Rose menggeleng dan meneteskan air mata. "Jangan aku lagi, Jae. Banyak diluar sana yang lebih baik nungguin kamu,"

"Nggak,"

"Jae-"

"Kamu beda dari mereka," potong Jaehyun.

"Kamu berjuang, kamu bukan kayak yang lain. Yang cuma bisa nunggu kepastian, kamu nggak gitu. Kamu selalu jaga aku supaya nggak sakit, tapi diri kamu sendiri yang nahan sakitnya."

"Aku nggak mau menyerah, Rose. Cukup saat kita kuliah aja aku nyerah deketin kamu, kali ini aku bakal bersikap kayak laki-laki seharusnya."

Jaehyun beranjak dari duduknya dan berjongkok didepan Rose, Jaehyun mengenggam tangan Rose.

"Kita ulang dari awal ya?" bujuk Jaehyun.

"Aku kehilangan kamu, Rose. Kamu yang pergi, aku yang nyesel." lirih Jaehyun.

Aku juga kehilanganmu.

"Aku nggak mau kehilangan orang yang aku sayangi, untuk kedua kalinya." lanjut Jaehyun.

Yang pertama ibunya, dan jangan sampai Rose menjadi yang kedua.

Rose menyeka air matanya. "Kasih aku waktu tiga hari,"

Jaehyun mengangguk.

Nyatanya mereka berdua sama-sama merasa bersalah, didalam sudut pandang mereka.

a story by icegrassjelly

Setelah perdebatan malam itu, Jaehyun mengantar Rose sampai ke lobby apartemen. Mereka juga kembali bertukar nomor, tapi sampai sekarang mereka berdua masih sama-sama gengsi.

Tidak ada yang berubah dari Rose maupun Jaehyun, mereka tetap sama.

Rose punya waktu tiga hari untuk memikirkan itu semua.

Jujur, dirinya pun merasa sangat kehilangan sosok yang mengisi hatinya selama lima tahun lamanya. Jaehyun seperti punya tempat tersendiri di hati Rose, selain keluarganya.

Tempat itu berhasil ditembus Jaehyun, yang sebelumnya belum pernah ada yang menembus. Jaehyun berhasil merobohkan benteng itu.

Rose menutup kepala nya dengan bantal saat ini. Dirinya menggutu kesal, tiga hari adalah waktu yang sangat singkat untuk menentukan semuanya.

Padahal besok ia bekerja hari pertama, tapi suasana hatinya malah dikacaukan oleh Jaehyun.

Rasanya Rose ingin tenggelam sebentar saja ke dalam inti bumi saat ini, padahal ia tinggal menjawab iya atau tidak saja. Tapi untuk menentukan kata mana yang harus ia pilih nanti, itu lebih sulit daripada memecahkan soal Integral Matematika.

Rose akhirnya meraih handphone nya di nakas. Ia mengirim pesan ke Lisa, mencoba meminta saran.

Rose, ayolah. Tiga hari itu waktu yang kelamaan, harusnya lo bisa jawab dari malam itu juga kalo lo sayang dia.
Lo sayang dia, tapi denial sama diri sendiri. Hal dulu terulang lagi, masa sih harus dapet ceramah dulu dari orang lain baru bisa nentuin?
Lo udah dewasa, bisa ambil keputusan sendiri. Ambil yang tepat, jangan sampe nyesel.
Ikutin kata hati lo, jangan mentingin orang lain atau masalah lain.
Kalo lo sayang dia, lo bakal nerima dia lagi buat isi hidup lo.

Balasan Lisa.

Rose mengusap wajahnya dengan kasar, lalu membanting handphone nya ke kasur.

Ternyata seperti ini permasalahan cinta yang sebenarnya, benar-benar terasa menyulitkan.

To be continue.

TERIMA LAGI ATAU NGGAK NIH HSHSHS

Vote dong sayang2ku :(

[✔] unpredictable ; jaeroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang