Tangan Yewon membuka sedikit jendela agar angin masuk walau sedikit. Karena ini membuat Yewon memanas. Keinginannya terlaksana.
IA DUDUK DISEBELAH YOONGI ALIAS GEBETANNYA.
"Coba liat sini tangannya," tangan kiri Yoongi terangakat meminta lengan Yewon yang terluka.
Tanpa banyak pikir. Yewon meletakkan tangan yang terluka pada Yoongi.
Yoongi mulai membersihkan luka Yewon, "kamu kan dokter, tapi kenapa bilang luka kecil bakal sembuh sendiri? Kan bisa aja infeksi."
Aneh, tapi bisa ditebak. Yewon sama sekali tidak berani menjawab Yoongi.
Mata si pria melirik pada Yewon, lalu fokus pada luka dilengannya itu lagi, "Kamu juga ngapain sok berani, jelas-jelas dia lagi mabuk. Mulai sekarang perhatikan ketika mau bertindak." ucapnya seakan mengomeli Yewon.
Namun Yewon senang.
>>>
Mereka turun dari bus.
Kini mereka jalan bersama karena memang satu jalan. Hanya beda belokan.
"Tapi Kai itu adik kandung, kah?" tanya Yewon yang tiba-tiba aja merasa penasaran.
Yewon panik ketika melihat Yoongi yang tidak nyaman akan pertanyaannya, "Maaf! Aku nanya hal yang gak-gak, maaf ya."
"Keliatan banget gak mirip, ya?" tanya Yoongi balik. Dan ditanggapi anggukan, karena itu yang selalu Yewon rasakan ketika melihat mereka berdua. "Kami saudara tiri. Ayah saya menikah dengan Ibunya Kai."
Pantas saja.
"Tau tentang medis kah? Sebenernya gak banyak orang yang tau sedetail itu waktu ngobatin luka ringan."
Min Yoongi menjawab, "Kakak perempuan saya dulu dokter, jadi saya agak tau sedikit."
"Kalian punya kakak perempuan toh." Yewon sungguh menyukai topik ini. Ia menggali sedikit demi sedikit tentang pria yang disukainya, sungguh Yewon merasa senang.
"Kakak kami udah meninggal, bersama orang tua kami." balasan Yoongi membuat Yewon terdiam.
"Ma-af.. Aku gak tau." ucap Yewon merasa bersalah.
Bibir Yoongi membentuk garis tipis, "gapapa, itu udah lama. Saya sama Kai udah gak terluka membahasnya."
Mereka sampai pada belokan masing-masing. Yoongi seperti yoongi saja, tidak bicara basa-basi sedikitpun. Jadi Yewon yang memulainya.
"Min Yoongi, terimakasih!"
"Untuk?" Yoongi tidak paham mengapa dokter muda itu berterimakasih.
Yewon mengangkat tangannya, "Obat. Aku rada kaget soalnya tiba-tiba kamu baik banget. Sekali lagi makasih." ucapnya tanpa luntur senyumnya.
Tanpa membalas senyumnya. Yoongi yang berlalu menuju rumahnya.
Menyebalkan. Pikirnya.
Karena Yoongi lupa sesaat.
Yoongi memasuki belokannya. Setelah cukup jauh dari penglihatan Yewon. Pria itu berhenti melangkah.
Tangannya yang memegang plastik berisi kapas, obat merah, dan plester itu ia buang sembarangan arah. Kakinya lanjut melangkah, tangannya terkepal kuat. Ia marah pada dirinya.
Sadar Yoongi.
Kai masih tersiksa.
▶▶▶
Kai kembali menghadang gadis yang tidak bisa merasakan sakit itu.
Sedangkan gadis itu menatap Kai sinis, "Awas. Gua mau lewat."
"Kalo misal gak ngerasain sakit. Lu tau kalau pengen buang air gimana?" tanya Kai kayak bercanda tapi beneran penasaran.
Yuna tambah kesal dan makin menyipitkan matanya, "APA? LU NGELEDEK YA?!"
Kai terkekeh kecil, "sorry bercanda doang." ucapnya enteng. Ia lalu menunjuk kursi roda yang tengah diduduki Yuna. "Itu beneran sakit? Kalo bisa jalan, mau ikut gua cari angin gak?"
Yuna terdiam sesaat memikirkan apa yang sebenernya tengah dilakukan cowok dihadapannya ini. Ia akhirnya berdiri dan melepaskan infusan yang terpasang padanya, Yuna memilih ikut, karena jujur dia pengap berada disini, terlebih kemarin ayahnya datang.
"Kemana?" tanya Yuna.
"Atap," Kai tersenyum setelah berucap.
Yuna juga ikut tersenyum kecil. Dirinya merasa agak terhibur atas ajakan dari Kai.
---
Kai membuka pintu rooftop dan mereka masuk kesana. Mereka duduk untuk beristirahat.
Yuna berdiri setelah merasa lebih baik, senyumnya terukir tipis saat wajahnya terkena angin, meski ia tidak merasakan bagaimana sejuknya angin ini.
"Yuna, gak dingin apa? Masuk angin nanti lho!" ujar Kai yang masih duduk lesehan pada atap.
Yuna kembali duduk, "mana bisa gua tau dingin atau panas." ucapnya mengomentari ucapan Kai.
Lagi-lagi Kai mengunci mulutnya. Lupa kalau Yuna merupakan pasien. Seseorang yang tidak merasakan sakit, suhu, juga tidak berkeringat.
"Beruntung banget.. Yang bisa ngerasain apa yang gak gua rasain." ujarnya sendu.
"Sakit juga bukan sesuatu yang menyenangkan, Na."
"Tetep aja. Gua iri, Kai."
Kai menoleh saat Yuna menyebut namanya, "lu tau nama gua?"
Yuna mengangguk, "Perawat Lea nyebut nama lu kemarin." ucapnya.
Keduanya kembali diam. Kai yang iri karena Yuna tidak merasakan bagaimana sakitnya hidup tanpa organ yang tidak sempurna. Dan Yuna yang iri terhadap Kai karena dirinya hidup seperti orang normal.
"Siapa aja yang tau penyakit lu?" tanya Kai dalam hening.
"Keluarga gua, sama guru privat. Gua berhenti sekolah umum sejak lulus SD." jawab Yuna. Kai menatap penasaran. Akhirnya Yuna melanjutkan, "waktu sekolah dasar gua pernah ketumpahan air panas. Karena gua gak ngerasa sakit sedikit pun. Gua baru tau kulit gua melepuh pas pulangnya."
Yuna menghela napas, "lu sendiri? Kenapa bisa disini? Sakit apa?" tanya balik Yuna.
Kai bergumam, "Korban tabrak lari dan karena itu usus gua jadi rusak. Kita... maksudnya gua sama kakak lagi nungguin usus buat gua. Dalam waktu itu, kakak gua banting tulang buat biaya operasi gua. Sampai capek sendiri lihat dia kerja kayak orang gila." jawabnya.
"Irinya ada yang sayang sama lu."
"Jangan ngadi-ngadi. Bapak lu memang kayak gitu, tapi gua yakin itu karena alkohol. Dan gua yakin ibu lu sayang sama lu." ucapnya mencoba meyakinkan Yuna. Semalam Kai sudah mendengar kabar Ayah Yuna yang membuat rusuh.
Gadis itu berdecih, "Gak percaya gua."
Kai bangun karena merasa jengkel, "Bersyukur aja sih masih punya orang tua!!" Bentak Kai yang tentu membuat Yuna kaget.
Kai membelakanginya Yuna sesaat. "udahlah, gua mau turun. Ayo, keburu ketahuan sama petugas."
"I-iya."
Mereka turun melalui tangga. Kai sama sekali tidak berciut, Yuna rasa ia marah padanya. Gadis itu menggigit bibir merasa bersalah.
"Kai," panggil Yuna. Namun Kai tetap diam. "Kai! Maaf, serius!" ucapnya tulus.
Pria yang berada di depannya berhenti menuruni tangga, ia menoleh ke belakang, "iya, diterima permintaan maafnya." lalu tersenyum ramah.
Yuna pun ikut tersenyum lega.
######
AN
diriku tidak akan membuat alasan apapun. maaf, kemaren janjinya double/tiga kali up, tapi malah baru sekarang di upnya lagi ㅠㅠ
Semoga suka chapter kali ini juga <3
KAMU SEDANG MEMBACA
a reason she love him. (kim yewon)
Fanfiction• GFriend series [Series] 1# Math - Jung Yerin 2# ILYMTY - Kim Sojung 3# My Best Boy - Jung Eunha 4# Hello Again! - Hwang Eunbi 5# ARSLH - Kim Yewon 6# coming soon Start : 12 desember 2020 End : -